3

735 36 0
                                    

Cahaya matahari di pagi hari mulai mengusik seorang remaja yang sedang tidur dengan nyenyak, membuatnya membuka matanya perlahan. Kemudian bangkit dan melihat jam yang berada di atas nakas yang menunjukkan pukul 6 pagi. Ya, tadi Rido ketiduran lagi setelah melaksanakan solat Subuh, karena kepalanya yang tiba- tiba pusing.

Rido pun melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan mulai bersiap untuk bersekolah.

Setelah memakai dasi dan memastikan bahwa rambutnya sudah rapi, Rido menyambar tas yang berada di meja belajarnya. Turun ke bawah dan mencium bau telur yang sedang digoreng.

"Tumben siang."

Ah ternyata itu abangnya.

"Loh kok belum ada sarapan Bang," Rido bertanya karena setiap dia turun ke bawah pasti di meja makan selalu tersedia menu sarapan yang di buat oleh Bi Imah. Tapi sekarang yang ada hanyalah roti dan telur dadar buatan Bryan.

"Bi Imah izin, saudaranya katanya tadi malem nginep jadi hari ini engga ada yang masak. Sini duduk terus makan." Bryan memberikan perintah kepada adiknya untuk duduk disampingnya dan memberikannya sebuah sandwich yang berisi telur dadar, selada, serta saos dan mayonaise yang sudah dibuatnya tadi.

"Enak gak nih."

"Kalo engga mau sini buat gue aja."

"Enak aja ya maulah!" Rido langsung memakan sandwich buatan Bryan.

"Ehh enak juga, lain kali buatin lagi ya bang."

"Tadi aja ada yang engga mau." Rido tidak membalas ucapan Bryan dan fokus dengan sandwich di tangannya.

"Mau berangkat bareng gue aja engga De?" tanya Bryan setelah menghabiskan sandwichnya.

"Boleh deh Bang, dari semalem kepala gue pusing. Takut oleng pas bawa motor."

"Lo sakit?" tanya Bryan dengan raut wajah yang khawatir.

Gini- gini juga dia termasuk abang yang perhatian dan Rido mengakuinya. Dibandingkan dengan Argi, dia memang lebih dekat dengan Bryan. Mungkin karena umur mereka yang tidak terpaut jauh. Akan tetapi dari dulu dia memang merasa bahwa Argi tidak terlalu menyukainya. Akan tetapi dia selalu menepis pikiran tersebut.

"Engga kok, Bang. Sekarang udah engga pusing lagi kok. Yuk berangkat."

Mereka pun melangkahkan kakinya menuju halaman rumah. Bryan mengeluarkan motornya dari garasi dan menstater motornya menuju sang adik yang sedang bertegur sapa dengan mang Amin- tukang kebun yang sudah lama mengabdi di keluarga Rido. Sama seperti Bi Imah.

Mereka pun berangkat sekolah setelah berpamitan dengan Mang Amin.

***

Melihat Bryan dan Rido- dua siswa yang masuk ke dalam jajaran populer di SMA Cendaru- yang berangkat bersama dengan bukan menjadi hal yang asing bagi orang- orang disekitarnya. Bryan yang merupakan kakak kelas idaman para adik kelas karena paras tampannya dan Rido yang merupakan salah satu siswa berprestasi yang sering menyumbangkan pialanya ke sekolah menjadikan mereka masuk ke dalam jajaran most wanted. Padahal pada kenyataannya Rido selalu merasa bahwa dirinya tidak seterkenal itu. Sikapnya yang cuek terhadap lingkungan di sekitarnya membuatnya tidak terlalu suka ketika ada orang yang menatapnya dengan terang- terangan. Walaupun dia tau dia tampan kok.

"Yuk dek."

"Hello mas bro. Hello juga dedek nya bang Kana."

Suara tersebut membuat dua saudara yang akan melangkahkan kakinya menuju kelas menghentikan langkahnya dan melihat siapa yang memanggilnya. Dan ternyata ada dua teman abangnya - Kana dan Rifki.

"Ish bang Kana, jangan rangkul- rangkul elah."

Rido menyingkirkan tangan Kana yang dengan seenak jidatnya merangkulnya dengan sebelah tangannya.

"Eh bang Rifki, tas gue jangan dipegangin. Nambah- nambahin beban aja sih."

Rido benar- benar bersabar menghadapi kedua teman abangnya itu. Mereka memang suka sekali mengganggunya. Katanya Rido itu gemesin. Ah itu mah alasan mereka saja yang sebetulnya ingin adik, mengingat mereka itu anak terakhir.

"Lo berdua lepasin adek gue dan jangan di gangguin."

Bryan yang sejak tadi berada di belakang mereka bertiga bersuara membuat yang merasa terpanggil langsung mundur dan Rido langsung berlari sambil berteriak,

"Bang gue ke kelas duluan ya!"

Bryan hanya menggelengkan kepalanya melihat adiknya yang mood nya sering berubah ubah. Kadang pendiam,terkadang juga pecicilan.







Jangan lupa vote yaa

SAHASIKAWhere stories live. Discover now