18

341 21 0
                                    

Hadirnya bukanlah awal kebahagiaan. Bukan pula sebuah pelengkap. Kehadirannya semu. Ada tidaknya dia, tidak mengubah apapun.



"Ke kantin kuy."

"Kuy lah."

Rido, Neo, dan Ari melangkahkan kakinya menuju kantin. Setelah celingak- celinguk akhirnya mereka menemukan bangku yang kosong. Neo pergi memesan makanan. Sedangkan Ari dan Rido bertugas mengamankan tempat duduk.

"Eh katanya Iben jadi ketua klub basket yak," ujar Ari memulai pembicaraan.

"Eh emang udah pemilihan ya?" Rido balik bertanya.

"Udah kemaren."

Jangan tanya mengapa Ari mengetahui itu, sudah jelas dari seorang Neo si paling update dengan berita mengenai SMA Cendana.

Ngomong- ngomong tentang basket Rido jadi mengingat Bryan. Abang nya itu adalah ketua klub basket juga sebelum Iben. Dia juga jarang melihat Bryan dikarenakam gedung kelas 11 dan 12 berbeda. Akan tetapi kantinnya sama. Sebelumnya dia selalu membawa bekal. Tapi kali ini dia berada di kantin dan berharap melihat sosok Bryan.

"Halo masbro- masbro sekalian, nih pesenan kalian."

Ari datang membawa sebuah nampan dengan dibantu oleh seorang pelayan kantin juga."

"Makasih Mang," ujar mereka bertiga ketika semua yang mereka pesan sudah tersedia. Soto ayam dengan lemon tea adalah menu favorit mereka di kantin.

"Ekhm."

Ari dan Neo berdehem melihat Rido yang dengan penuh semangat memasukkan sambal ke mangkuk sotonya tanpa ingat bahwa dia baru saja sembuh. Di sendokan keempat Rido hanya nyengir melihat keduanya. Lalu, memasukkan sendokan sambal keempatnya ke tempat sambalnya kembali.

Perlu kalian metahui bahwa Rido adalah penyuka pedas dan manis. Namun, dia juga tidak ingin membuat marah kedua sohibnya itu.

Mereka memulai memakan soto mereka masing- masing sambil membicarakan hal- hal random.

Kantin yang semula ricuh bertambah ricuh karena kedatangan most wanted SMA Cendana. Siapa lagi kalai bukan Bryan CS dan jangan lupa dengan Iben dan kedua temannya - Zega dan Regan.

Mereka memasuki kantin dan mencari bangku yang kosong. Banyak ciwi- ciwi yang mempersilahkan mereka duduk di samping mereka. Tapi mereka menolak dengan baik- baik.

Mata Bryan dan Rido bertemu. Melihat Rido yang sedang duduk bersama teman- temannya membuat Bryan langsung menuju ke arah Rido. Jarang- jarang dia melihat adiknya di kantin.

"Gimana dek, keadaannya?" Tanya Bryan sambil duduk di samping Rido. Diikuti dengan yang lain yanh juga duduk di meja Rido.

Rifki dan Naka yang melihat tempat duduk sudah dipenuhi Iben, Zega, dan Regan pun menarik bangku kosong dari meja yang lain.

"Baik Bang."

"Jangan sampai sakit lagi loh Dek," ucap Bryan sambil mengelus rambut Adiknya.

"Naka pesenin kaya biasa."

"Loh kok gue sih Bry," protes yang dipanggil.

"Biar kita aja Bang," Regan menawarkan diri dan menggandeng tangan Zega untuk membantunya membawa pesanan 6 orang. Zega yang ditarik hanya menurut- menurut saja. Ya, Zega adalah tipe orang yang malas bicara.

Bryan dan Rido mulai membicarakan banyak hal. Mungkin karena mereka jarang bertemu, jadi mereka memanfaatkan momen ini. Mereka saling bercanda tanpa tahu ada seorang yang diam-diam menatap tak suka.

"Bang bisa tolong anterin Rido beli balik engga?"

Rido sengaja meminta Bryan untuk mengantarkannya agar abangnya itu bisa mampir ke rumah.

"Oke siap, nanti tunggu di pos satpam aja ya Dek? Engga bawa motor kan?"

"Engga kok Bang."

Mereka pun melanjutkan makan dengan saling melempar canda. Mendengar ocehan Neo dan Regan yang entah sejak kapan terlihat akrab. Mungkin karena mereka memiliki level humor yang sama.












Jangan lupa vote dan komen !!!

SAHASIKAWhere stories live. Discover now