37

347 27 6
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.



Ruang rawat Reva terlihat ramai lagi setelah kepergian orang tua dari Tama, karena kedatangan Risa, Bryan, dan Iben. Risa yang memang sudah berdamai dengan keadaan pun berbincang dengan Saras.

"Keadaan Reva udah lebih baik?" Tanya Risa pada Saras. Mereka duduk di samping brankar Reva yang sedang tertidur.

"Udah kok, tinggal mantau bekas jahitannya aja. Abis itu boleh pulang."

"Syukurlah."

Di samping itu, ada sekumpulan laki-laki yang sedang duduk di sofa. Tama, Argi, Bryan, dan Iben saling berbincang. Tidak ada kecanggungan pada diri Iben mengingat mereka bahkan sangat welcome dengan dirinya.

"Iben mah kalo di rumah manja Yah, Kak, tapi kalo di sekolah senengnya buat ulah."

"Ihh engga ya Bang. Jangan percaya sama Bang Bryan!"

"Apaan yang pulang-pulang manja-manjaan sama Papah."

Tama dan Argi yang mendengarnya pun ikut terkekeh.

"Gimana sama sekolahnya, lancar saja kah?," ujar Tama pada Iben."

"Lancar kok, Yah."

"Kuliah lo gimana?" Tanya Argi pada Bryan.

"Aman donggg."

Mereka berbincang sangat lama. Bahkan Reva yang tadinya tertidur sekarang sudah terbangun.

Di tengah- tengah pembicaraan mereka, Bryan bertanya.

"Rido dah kesini, Kak?"

"Gak ada tuh. Padahal yang bikin Reva kayak gini tuh anak."

"Emang iya, Kak?" Ujar Bryan sedikit tidak percaya mengingat Rido sering meceritakan Reva kepada dirinya. Bukankah artinya mereka sangat dekat?

"Tanya aja sama ayah."

Sedangkan di sisi sofa yang lain, Iben sedang sibuk berbincang dengan Reva yang sudah bangun.

"Kepala Reva udah engga sakit?"

"Udah sembuh kok, Kak."

"Reva tau gak kakak bawa apa? Coba tebak," ujar Iben sambil mengangkat paper bag yang dibawanya.

"Emm boneka kelinci?" Tebak Reva.

"Ihh kok bener sii."

"Itu telinganya keliatan Kak."

Iben pun menepuk jidatnya. Pantas saja. Tau begini, dia tidak akan memberi tebak- tebakan kepada anak di depannya. Bikin malu saja. Apalagi semua orang ikut terkekeh melhat kelakuan dua orang termuda di ruangan ini.

Iben jadi berpikir bahwa Rido terlalu serakah memiliki keluarga yang sangat baik. Bunda Saras yang lembut, Tama yang penyayang, Kak Argi yang peduli, dan juga Bryan. Sedangkan dia dari dulu hanya bersama dengan sang ayah. Dan jika dilihatpun, kehidupan Rido bemar- benar beruntung memiliki keluarga seperti ini. Itulah pemikiran Iben. Orang luar, yang terlalu menilai banyak hal tentang kehidupan Rido. Dia lupa bahwa yang paling tahu kehidupan seseorang itu adalah orang yang sedang menjalaninya.








Rido sampai di rumah dengan membawa kue brownies buatan Tante Vely, kue kesukaannya. Dia memasuki rumah yang sepi, mungkin orang rumah akan menginap di rumah sakit sampai Reva benar-benar sembuh.

Setelah mandi, dia menuju ruang keluarga. Menyalakan TV untuk mengurangi kesepian yang membelenggu hatinya. Dia benar-benar merasa sangat kesepian ketika berada di dalam rumah. Jika di luar, dia bisa bersama Ari dan Neo. Sedangkan di rumah, Rido hanya bersama sepi yang semakin hari semakin terasa memuakkan.

Rido membuka hp untuk memberi pesan pada Bryan.





Bang, ada waktu luang gak? Kalo ada kita makan bareng yuk




Sambil menunggu balasan dari abangnya, Rido memakan kue brownies yang sudah dia potong. Membuka hpnya lagi untuk melihat apakah abangnya sudah membalasnya, namun yang dia lihat hanyalah tanda bahwa pesannya sudah dibaca. Mengapa abangnya ini tidak menjawabnya?

Ahh mungkin abangnya lupa membalas pesannya.

Rido pun berinisiatif untuk menelpon abangnya dan akhirnya panggilannya tersambung.

"Hallo Bang. Ada waktu gak bang? Rido pengen makan bareng yuk. Kita makan ayam geprek yang di deket halte de-"

"Lo itu jadi kakak mikir gak sih!! Adeknya lagi sakit bukannya jenguk ini malah ngajak main. Jangan jadi pengecut, kalo lo salah yang setidaknya minta maaf dan jenguk Reva."

"Bang gue udah je-"

"Alah gak usah ngeles deh lo, bahkan lo gak pernah jenguk dia sama sekali kan?"

"Enggak bang bukan git-"




Sambungan terputus. Ya, Bryan memutus sambungannya. Mengapa abangnya berkata seperti itu pada dirinya, sekan akan dia tidak pernah menjenguk atau bahkan memiliki niatan untuk menjenguk? Apalagi mengingat dia juga sempat dikurung di gudang. Selain itu, dia takut kehadirannya hanya akan mengganggu yang lain. Rido termenung di depan TV.



















Jangan lupa vote dan komen!
Maaf apabila terdapat typo yaa...

SAHASIKAWhere stories live. Discover now