31

501 25 5
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.




Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas. Artinya akan ada banyak aktivitas yang akan Rido lakukan. Selain itu, dia juga senang akhirnya uang jajannya ada lagi. Selama liburan kemarin, Rido hanya mendapatkan uang saku sekali saja. Terpaksa dia menggunakan uang tabungannya untuk membeli apa yang diinginkannya. Selain itu, semenjak kejadian dimana ayah memukulnya, Rido jadi takut untuk bertemu dengan ayahnya itu. Ketika berpapasan dengan ayah dia akan berusaha untuk menghindar. Ketika di meja makanpun dia tidak pernah menoleh kepada ayahnya dan lagipun ayahmya tidak pernah membahas apapun mengenai hal itu.

Ngomong ngomong tenatang Bryan dia sudah lulus dan masuk ke dalam perguruan tinggi favorit yang letaknya masih di daerah sini saja. Jadi dia sudah tidak bisa melihat abangnya itu. Padahal Rido sangat rindu dengan abangnya.

"Do!"

Rido menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat ada Neo dan Ari yang berjalan cepat menuju ke arahnya. Mereka pun masuk ke dalam kelas mereka. 12 MIPA 3. Seperti biasa, karena tempat duduknya hanya 1 orang 1 meja jadi mereka duduk dari urutan 2 3 4 dengan Rido yang berada di tengah- tengah, Ari di barisan kedua, dan Neo di barisan keempat.

Karena baru hari pertama, kegiatan pembelajaran masih belum normal. Ya, kebanyakan hanya pengenalan dan juga guru yang menceritakan pengalamannya dahulu. Rido bosan. Sungguh.

Dia iseng- iseng membuka hpnya. Membuka room chat nya dengan Bryan.

Bang

Iya?


Rido tidak menyangka akhirnya sang abang membalas pesannya, karena selama ini abangnya itu sangat susah dihubungi.

Boleh ketemuan engga bang?

Dimana?

Rido benar-benar tidak menyangka bahwa abangnya itu langsung membalas pesan yang dia kirim. Fast respon, pikir Rido.

Di cafe Daylight nanti jam 4?

Oke


"Yes!!"

"Hey yang disana kenapa teriak?!"

Rido mengedarkan pandangannya dan melihat bnyak pasang mata yang melihat kearahanya. Rido tersenyum malu atas tindakannya.

"Maap pak."

"Yasudah dengarkan saya bicara, jangan teriak-teriak lagi.




***




Rido duduk sembari mwnunggu kedatangan abangnya-Bryan. Sekarang baru jam 15:45, Rido datang lebih awal 15 menit dari janji yang ditentukan.

Jam 4 tepat Bryan sampai dan melangkahkan kakinya ke arah dimana adiknya berada.

"Gimana kabarnya Bang?"

"Baik, lo sendiri gimana? Ayah sama Kak Argi juga."

"Gue juga baik Bang. Ayah sama Kakak juga kok."

Padahal tanpa sepengetahuan Rido, mereka sering bertemu untuk menghabiskan waktu bersama.

"Kenapa akhir- akhir ini lo ngejuhin gue bang?" Tanya Rido yqng hanya dijawab oleh diamnya sang abang. Karena itu Rido lebih memilih menanyakan hal yang lain.

"Ibu gimana keadaannya Bang? Terus sekarang kalian tinggal dimana. Ayah tiri abang baik kan?"

Bryan menjawab semua pertanyaan adiknya. Mulai dari sekarang dia yang tinggal di mansion ayah tirinya yang letaknya tidak jauh dari rumah yang dulu mereka tempati. Juga tentang sosok ayah tiri yang baik. Dan satu lagi fakta yang cukup membuat Rido kaget adalah bahwa Iben merupakan saudara tiri abangnya yang artinya bukankah Iben juga saudaara tirinya?

Bryan yang sejujurnya sudah terlalu rindu dengan adiknya pun menikmati pertemuan mereka. Mereka berlaku layaknya seorang adik-kakak pada umumnya. Ya, Rido hanya berharap bahwa abangnya itu tidak lagi menghindarinya. Abangnya pamit ketika jam sudah menunjukkan pukul 17:33 karena ditelpon oleh sang Ibu.

"Hati- hati Bang, sering- sering ketemu ya Bang Bry."

"Pasti."

















Jangan lupa vote dan komen

Mohon maaf apabila terdapat typo🙏

SAHASIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang