25

398 22 0
                                    

Happy reading
.
.
.
.


Rido memandangi anak di depannya yang sedang mengerjakan soal. Dia menyuruh Libra untuk mengerjakan soal- soal yang kemungkiman akan keluar di Ujian Nasional.

"Gue nyerah deh Kak, susah banget elah. Lagian kenapa juga gurunya anak SMA."

Rido hanya diam. Dari awal pertemuannya tadi anak di depannya selalu mengoceh tanpa henti. Mungkin ucapan Tante Lili yang harus sabar menghadapi Libra ya karena tingkah menyebalkannya.

"Yaudah kita belajar pelan- pelan aja ya. Jadi, dua suku berikutnya dari barisan ini harus dipahami dulu polanya. Nah kalau polanya udah ketemu ... "

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Rido ijin sholat terlebih dahulu sebelum akhirnya pamit.



***

Rido sedang berada di kamarnya. Membuka hp dan menilik isi galerinya yang hanya berisi beberapa foto, sampai menemukan satu foto yang menarik perhatiannya. Foto ketika dia lulus SMP. Hanya ada dirinya dan abangnya saja karena kedua orang tuanya yang waktu itu sedang ada keperluan sehingga yang datang hanya Bryan dan Bi Imah.

Dia tiba- tiba merindukan Bryan. Dia memutuskan untuk ke kamar Kak Argi menanyakan perihal ibunya yang menikah lagi. Kamar Kakakya itu terletak di ujung lorong lantai dua.

"Tok tok tok."

Cklek

"Kak Rido mau tanya sesuatu sama Kakak."

Argi hanya menampilkan raut datarnya melihat bocah di depannya.

"Tanya apa?."

"Soal ibu yang udah nikah lagi. Apa kakak tau?"

"Tau," jawaban singkat itu membuatnya sedih. Berarti hanya dia yang tidak tau kan?

"Terus sekarang mereka tinggal dimana ya Kak?"

"Tanya aja sama Bryan," jawab Argi sambil menutup pintunya.

'Huhh mengapa kakaknya itu datar sekali' pikir Rido.

Rido memutuskan untuk kembali ke dalam  kamarnya. Dia bimbang apakah dia akan bertanya kepada Bryan atau tidak. Tapi mengingat abangnya itu tidak mengabari pernikahan sang ibu membuat nya sadar diri mungkin karena dia bukan lagi bagian dari keluarga mereka. Dia sadar hadirnya tidaklah sepenting itu. Dia hanya berharap ibunya mendapatkan pendamping yang selalu melindunginya dan sang abang mendapatkan figur ayah yang baik. Ya, sesederhana itu pemikiran Rido. Dia sudah mulai terbiasa dengan keadaan seperti ini kan?











Setelah memakai seragamnya, Rido melangkahkan kakinya menuju meja makan. Disana mereka sudah siap, hanya dirinya saja yang belum. Mereka pun memakan sarapan mereka diiringi celotehan dari sang bungsu Hegrotama. Setelah selesai, Rido berpamitan berangkat sekolah.

Rido sampai di ruang kelasnya. Kelas sudah lumayan ramai namun Neo maupun Ari belum teerlihat batang hidungnya. Dia membuka hp nya dan melihat notofikasi dari kedua sohibnya itu. Neo tidak berangkat dikarenakan ada acara keluatga, sedangkan Ari sedang ada perlombaan musik di sekolah lain. Rido hanya berpikri pasti akan sepi harinya tanpa mereka. Waktu sidah menunjukkan pukul 7 tepat dan guru masuk. Kegiatan pembelajaran pun dimulai.


Bel istirahat telah berbunyi. Rido malas sekali untuk ke kantin. Andai saja dia tadi bawa bekal. Semua teman kelasnya sudah keluar menuju kantin, sesangkan Rido tadi niatnya tidak ingin ke kantin hanya diam saja. Tetapi kenapa perutnya terasa lapar. Dengan terpaksa Rido melangkahkan kakinya menuju kantin.

"Bu roti coklatnya 2 sama susu coklatnya 1."

"10.000 den."

Rido membayar dengan uang yang pas. Setelah itu dia berbalik ingin makan di kelas saja. Saat berbalik dia tidak sengaja menyenghol siswa didepannya yang sedang membawa minuman di kedua tangannya.

"Bruk."

"Prang."

"Kalo jalan liat- liat dong!!"

"Gue engga sengaja, maaf. Sini biar seragam nya gue aja yang bersihin," jawab Rido merasa bersalah melihat sosok di depannya terkena jus mangga yang tadi di bawanya.

"Ben lo gapapa?" Tanya seseorang dari belakang Iben. Ya, seseorang yang ditabrak Rido adalah Iben. Dan yang bertanya tadi adalah Regan. Setelah itu datang lagi Bryan? Ahh dia senang sekali bisa bertemu abangnya ini.

"Lo gapapa dek?"

"Gu-"

"Gapapa kok Bang. Yuk bantu bersihin seragamnya."

Mereka pergi meninggalkan satu sosok yang memandang tak percaya kejadian dihadapannya. Mengapa Abangnya itu tidak memandang ke arahnya. Dan apa tadi?? Dia memanggil Iben dengan sebutan Dek? Rasa laparnya tiba- tiba hilang. Dia melangkahkan kakinya menuju kelas. Untuk tumpahan tadi sedang dibersihkan oleh ibu kantin.










Jangan lupa vote dan komen !!!
Maaf apabila terdapat banyak typo🙏

SAHASIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang