17

380 20 0
                                    





Hari berganti.
Yang beku akan mencair.
Yang memangis akan tertawa.
Dan yang letih sudah kembali semangat.

Akan ada begitu banyak emosi yang bisa dikeluarkan oleh manusia. Emosi tidak selalu dengan marah- marah sampai uratnya terlihat. Tidak selalu dengan teriak dengan suara paling kencang yang bisa dikeluarkan. Tidak selalu dengan derai air mata yang menganak sungai.

Ada suatu emosi yang paling susah untuk dipahami. Karena mereka menutupi yang seharusnya dikeluarkan. Mereka menyimpannya rapat- rapat dengan harapan bahwa semuanya akan kembali baik- baik saja. Akan tetapi, bagaimana jika harapan tersebut tidak sesuai dengan yang kita harapkan?

Diam adalah emosi yang paling susah untuk dipahami. Apakah seseorang itu sedang senang, sedih, kecewa, ataukah marah?

Bagaimana orang disekitarmu bisa tahu apa yang kamu rasakan jika kamu saja menutupi semuanya.

Jika ada yang namanya empati mengapa kita harus menutup diri?

Halaman 45







Rido menutup buku yang berjudul "Rasa dan Asa" yang sedang dibacanya. Membaca buku tersebut membuatnya merasa tenang. Dia sadar bahwa yang namanya hidup pasti ada yang namanya senang dan sedih. Namun, mengapa Tuhan mengujinya lewat keluarga. Sosok yang dibutuhkannya untuk menjalani kehidupan yang fana ini. Jika keluarga saja abai, lantas dengan siapa Rido harus berpegangan jika suatu hari nanti dia sudah sangat lelah?

Mengapa Kak Argi yang jarang bertegur sapa dengannya terlihat sangat memperhatikan Bunda Saras? Dan juga dia terlihat bahagia sekali bermain dengan Reva. Rido hanya mengingat bahwa Kakaknya itu tidak pernah mau bermain dengannya. Dia selalu sibuk dengan segala kehidupannya sendiri.

Bang Bryan pun sudah mulai jarang menanyakan kabarnya. Setelah perpisahan mereka, pasti Bryan selalu mengirim pesan tentang keadaanya. Akan tetapi sekarang sudah jarang dia mengirim pesan kepadanya. Di sekolah pun dia selalu sibuk, apalagi dia sudah kelas 12 pasti sedang mengejar materi agar dapat mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi.

Ibunya tidak pernah membalas pesannya. Sudah puluhan bahkan mungkin ratusan pesan yang dikirimkannya tidak ada satupun yang dibalas. Mungkin ada beberapa yang dibaca, dan sisanya diabaikan.

Sedangkan ayahnya semakin dingin kepadanya. Dia pasti sudah bahagia dengan keluarga barunya itu. Membayangkan keluarga ini tanpanya sudah sangat harmonis. Begitupun dengan ibunya dan Bang Bryan, mereka pasti masih bisa hidup dengan nyaman.

Lantas bagaimana kabarmu Rido?

Bertanya kepada diri sendiri mengenai apa saja hal yang sudah dilakukannya bersama keluarganya. Jawabannya tidak ada.

Mereka semakin menjauh.

Semakin sulit didekati.

Dan semakin tidak terlihat dirinya di depan keluarganya.



***



Hari ini hari Rabu. Rido bersiap untuk sekolah. Setelah memakai seragam dan tak lupa membawa tasnya, Rido turun ke bawah. Meja makan terlihat sepi.

"Ini pada kemana ya Bi?"

"Itu Den, Nyonya masuk rumah sakit. Tadi lagi demam."

"Ohh iya Bi. Terus Kak Argi juga ikut?"

"Engga Den, dia di rumah karena disuruh Tuan Besar biat jagain Reva. Mungkin ada di kamarnya Non Reva, Den."

"Oke Bi."

Rido melanjutkan sarapannya. Dia berfikir mungkin karena tadi malam memasakkannya makanan, Bundanya jadi kecapekan karena sudah sakit. Tapi dia tidak memaksanya untuk memasakkanya makanan, dia pun sudah berusaha menolaknya akan tetapi Bundanya tidak mendengarkannya.

Dia juga sedikit terkejut dengan pernyataan bahwa Kakaknya di rumah dan sedang menjaga Reva? Adik tirinya?

Bukan.

Bukan Rido tidak menyukai eksistensi anak kecil tersbut.

Akan tetapi selama ini, dia dan Kakaknya bahkan tidak sedekat itu. Mengapa sosok Reva dan Bunda Saras mampu membuat kakaknya tersenyum bahkan tertawa.

Dia hanya iri mengapa dia yang bertahun- tahun hidup bersama Kak Argi belum menemukan ketulusan dari sosok tersebut.

Jika kehadirannya tidak diinginkan mengapa masih dipertahankan? Untuk apa dia disini jika dia tidak bisa merasakan rasa kekeluargaan itu.

Rido mulai berpikiran negatif. Bagaimana jika ayahnya tidak mau menampungnya lagi di rumah ini, mengingat kehidupannya dengan Bunda Saras yang terlihat sangat bahagia.

Dia hanya berharap hal tersebut tidak akan terjadi. Ya, dia terlalu takut memikirkan hal tersebut.











Jangan lupa vote dan komen !!!

SAHASIKAWhere stories live. Discover now