23

368 23 0
                                    


Happy reading









Rido pulang ke rumah jam 2 siang. Pesan yang dia kirim kepada ayahnya bahkan belum dibalas. Rido memasuki kamarnya. Rumah ini sepi. Dia tanya kepada Bi Imah katanya mereka sedang berlibur ke pantai mumpung tanggal merah katanya. Rido mulai paham bagaimana kelurganya. Betapa bahagianya ayahnya mendapatkan istri seperti Bunda Saras dan bagaimana senangnya Argi mempunyai adik perempuan seperti Reva.

Mengesampingkan rasa sakit di hatinya, Rido mulai membuka laptop di atas meja belajarnya. Mencari- cari part time adalah hal yang sedang dilakukannya. Dia tidak cukup bodoh untuk mengetahui bahwa dia hanyalah anak yang tidak diinginkan. Mulai sekarang Rido harus mulai sadar diri.

Daripada hidup di lingkungan yang bahkan selalu mengabaikannya, mending dia mulai belajar mandiri.

2 minggu ini ayahnya bahkan lupa tidak mentrasfer uang jajannya. Dia sudah memberi pesan juga kepada ayahnya, akan tetapi apa daya bahkan pesannya tidak pernah dibalas. Sekalinya ketemu di rumah pun hanya sebentar dan hanya jawaban "iya" saja yang Ia terima. Untung saja Rido memang sudah belajar menabung sejak 1 tahun terakhir ini. Jadi dia bisa menggunakannya ketika ayahnya lupa mentrasfer uang jajan mingguannya.

Dia menemukan apa yang sejak tadi dia cari. Dia menyesuaikan hal apa yang bisa dilakukannya selagi tidak mengganggu kegiatan sekolahnya. Dia memilih untuk memenuhi syarat- syarat pendaftaran untuk menjadi guru les privat. Ya, Rido memutuskan untuk mendaftar menjadi seorang guru les privat. Kebetulan ada lowongan yang masih satu daerah dengannya, jadi tidak kejauhan juga.

Setelah menyiapkan apa apa saja yang dibutuhkam, Rido pun mengirimkannya ke email kantor yang akan menyalurkannya kepada orang yang sedang mencari guru les.

Rido menuruni tangga. Dia lapar, ingin ngemil. Dia mencari camilan untuk dibawanya ke kamar. Setoples kue kering dan dan setoples keripik pedas dibawanya ke kamar. Ya, memang camilan adalah teman belajar yang terbaik.





***



"Assalamu'alaikum , gimana keadaaan Aga mas. Maaf baru bisa telpon sekarang, karena bagaimanapun mas tau kan aku baru bisa jemput Aga setelah umurnya 16 tahun."

"Dia baik- baik saja."

"Makasih ya Mas, untuk kebutuhan Aga seperti biasa nanti akan selalu ditransfer per bulan. Kalo ada apa- apa kabarin ya mas."

"Iya tenang aja, mas pasti jagain Aga selalu kok."

"Makasih ya mas, Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."









***



Hari sudah malam dan Rido mendengar suara ayahnya di ruang tamu. Sedang menelpon dengan rekan kerjanya mungkin. Dia menuju meja makan yang sudah lengkap dengan Bunda Saras yang sedang memindahkan lauk pauk ke meja makan.

"Rido kemaren kamu kemana aja kok engga pulang," ujar Bunda Saras begitu melihat Rido.

"Kemaren Rido nginep di rumah Ari tante."

Setelah itu tidak ada percakapan lagi karena sang kepala keluarga sudah duduk dan mereka pun memulai makan malam seperti biasa.

Rido sudah menyelesaikan makan malamnya. Kak Argi pergi membawa Reva entah kemana dan Bunda Saras yang sedang membersihkan cucian piring. Hanya ada Rido dan ayahnya di meja makan.

"Yah."

"Hmm."

"Uang jajan Rido belum di transfer ya Yah?"

"Iya nanti saya transfer."

"Makasih ya, Yah."

Ya, sesingkat itulah percakapan mereka. Dari dulu pun memang seperti ini. Kadang Rido merasa iri denga anak lain yang bisa dekat dengan Ayahnya.

Rido memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Sampai di kamar dia menemukan Reva yang sedang berada di meja belajarnya. Entah apa yang sedang dilakukan.

"Reva lagi ngapain."

"Reva minta ini ya Kak."

Yang lebih muda menunjuk kertas folio yang ada di atas meja. Mata Rido membulat, melihat tugas yang harus dikumpulkannya esok malah dibuat untuk menggambar oleh anak kecil dihadapannya.

"Eh jangan yang ini ya, yang lain aja."

"Engga mau."

"Tapi ini tugas kakak."

"Engga mau."

Reva pun turun dengan tergesa- gesa dari kursi belajar Rido hingga

"Bruk. Hwaaaa."

Teriakan melengking Reva yang jatuh dari kursi membuat yang lain memasuki kamarnya.

"Rido! Kamu apain Reva," ujar Argi sambil menatapnya nyalang.

Sudah sesayang itukang Kakaknya dengan adik tirinya?

"Rido engga ngapa- ngapain adek kok, Kak."

Reva dibawa Bunda Saras ke kamarnya. Mungkin kakainya lecet terkena ujung kursi saat jatuh. Hanya ada ayah dan kakanya di kamarnya.

"Plakk."

Tamparan kedua kali dan dari orang yang sama. Ayahnya menamparnya tanpa ingin tahu penjelasannya. Apakah mereka pikir dia sebegitu jahatkah.

"Engga ada uang jajan selama dua minggu."

"Yah, tapi Rido udah engga punya uang, Yah."

"Saya engga mau denger alasan kamu itu. Ayah paling engga suka sama orang yang menyakiti saudaranya sendiri."

"Tapi Yah ..."

Ayahnya pergi dari hadapannya begitu saja.

"Dasar benalu," ujar Kak Argi dan langsung pergi dari kamarnya.

Rido hanya terdiam. Padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun. Semenjak kedatangan dua anggota baru di keluarganya mereka menjadi secara terang- terangan tidak menyukainya.

Rido menangis sambil menenggelamkan kepalanya di lipatan kakinya. Hatinya sungguh sakit.

Setelah puas memangis, Rido memilih untuk menyalin ulang tugas yang rusak karena dicoret dengan menggunakan pewarna oleh adik tirinya itu.

Mungkin kehidupan kedepannya akan semakin berat, pikir Rido.







Maaf masih banyak typo 🙏

Jangan lupa vote dan komennn !!!

SAHASIKAWhere stories live. Discover now