38

376 26 4
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

Rido memasukkan buku ke dalam tasnya ketika bel pulang sekolah telah berbunyi. Setelah berpamitan kepada Neo dan Ari untuk duluan, Rido langsung menuju parkiran. Hari ini dia ada jadwal les untuk Libra.

"Oyy mau ke rumah tante Lili yak."

Rido menolehkan kepalanya kepada orang yang bertanya kepada dirinya. Melihat Mario yang juga sedang mengambil motor.

"Iya kenapa?"

"Gue ikut."

Ah iya, soal keponakan tante Lili yang bersekolah disini ternyata adalah Mario. Dulu, Rido kira Mario satu angkatan dengan abangnya- Bryan. Namun ternyata malah dia yang satu angkatan.

"Lo cuma mau gangguin gue aja kan? Gak usah deh," ujar Rido mengingat Mario yang beberapa kali ada di rumah Libra ketika dia sedang ada jadwal les. Yang dilakukan Mario hanya membuat fokus Libra terpecah dan membuat Rido juga kesusahan berkonsentrasi. Bagaimana tidak? Mario hanya akan bermain hp dengan volume tinggi. Bahkan dia juga mengajak main Libra padahal jelas- jelas ada dirinya yang sedang mengajar. Mana tante Lili jarang berada di rumah lagi.

"Kali ini gue gak ganggu kok. Gue juga disuruh tante Lili sama om Dean buat jagain Libra. Mereka kan mau ke luar negeri. Katanya dia juga dah bilang lo kan?"

Rido pun teringat ucapan Tante Lili waktu itu. Memang, makin hari kedua orang tua Libra semakin sibuk dan sering bolak-balik ke luar negeri. Mereka akan menitipkan anaknya kepada kerabatnya yang paling dekat- orang tua Mario dan menyuruh Mario untuk menginap.

"Iya, yaudah tapi jangan ngajak Libra main dulu sebelum selese belajar ya!"

"Siap cill."

"Jangan panggil gue bocil!"

Terik Rido yang hanya dibalas cengiran oleh Mario. Lalu mereka pergi bersama menuju rumah Libra. Ketika mereka sampai, kebetulan juga melihat Libra yang baru sampai dengan menggunakan motornya.

"Eh bang Mario, bang Rido, yuk masuk. Gue mau mandi dulu ya, Bang."

Libra menuju lantai dua dimana kamarnya berada meninggalkan Mario dan Rido yang sedang duduk di ruang tengah. Mario langsung ngacir menuju dapur mencari makanan. Sedangkan Rido, selagi menunggu Libra dia akan mengerjakan tugas yang ada. Ya, Rido tipe orang yang ketika ada tugas dia akan berusaha untuk mengerjakannya langsung. Tidak menunda-nundanya, agar tidak menumpuk katanya.

Mario mendudukkan dirinya di samping Rido setelah mengambil beberapa makanan dan minuman. Tidak lupa dia juga memberikannya pada Rido.

"Rajin amat lo," ujar Mario yang hanya dijawab oleh keterdiaman Rido yang sedang fokus.

Setelah beberapa saat, Libra turun ke bawah dan memulai les nya yang berkisar 1,5 jam.

Rido pamit kepada Libra dan Mario untuk pulang. Diperjalan, Rido melihat tempat makan yang menyediakan ayam geprek. Rido pun memutuskan untuk mampir.

Dia segera memesan menu yang diinginkannya untuk dibungkus, lalu duduk di tempat yang ada.

"Wah wah wahh ada siapa nih."

Rido mendongakkan kepalanya dan melihat sosok Iben bersama kedua temannya. Rido tidak menanggapi ucapan Iben. Walaupun mereka adalah saudara tiri, namun dia bisa melihat rasa tidak suka Iben kepadanya. Karena itu, dia selalu mencoba menghindar tiap bertemu dengan Iben.

"Sombong amat lo. Perasaan cuma telinga lo yang bermasalah. Apa sekarang mulut lo juga?"

Rido membayar pesanannya lalu pergi mengabaikan omongan Iben. Saat akan menaiki motornya, dia ditarik oleh kedua teman Iben dan dibawanya menuju sisi belakang tempat makan. Rido memberontak, namun tenaganya tidak sebanding dengan dua orang yang memeganginya.

"Lepasin gue! Apa- apansih lo pada! Lo juga Ben, kenapa gangguin gue?"

"Jauhin Bang Bryan dan jangan pernah ketemu sama dia."

"Emang lo siapa suruh gue jauhin abang gue sendiri?"

"Gue? Gue adeknya lah. Lagian posisi lo itu udah gue gantiin. Sekarang adeknya Bang Bryan ya cuma gue!"

"Lo harusnya sadar sama yang namanya saudara kandung dan saudara tiri, bego!"

"Bugh."

Pukulan telak diberikan Iben kepada Rido ke area perutnya. Rido yang tidak siap dengan serangan itupun terjatuh."

"Lo berdua pegangin nih orang," suruh Iben pada kedua temannya.

"Bugh."

Pukulan diberikan kagi pada perutnya.

"Bugh."

Lalu ditendang betisnya

"Bugh."

Terakhir adalah wajah Rido, yang menyebabkan alat bantu dengarnya jatuh. Melihat itupun, Rido akan langsung mengambil nya. Tetapi sebelum itu, ada kaki yang menginjak alat bantu dengarnya.

"Krek."

Itu adalah suara yang terdengar di telinga Iben dan kedua temannya. Tapi tidak dengan Rido. Dia tidak bisa mendengar apapun. Semua mendadak sunyi dengan rasa sakit di beberapa area tubuhnya. Dia melihat orang yang menginjaknya adalah Iben. Rido menatapnya nyalang, bagaimanapun yang membelikan alat bantu dengarnya adalah ayahnya.

Rido termangu melihat alat bantu dengarnya yang sudah remuk dan juga melihat kepergian tiga orang yang telah membuatnya kembali merasakan sunyi.






















Jangan lupa vote dan komen !
Maaf apabila terdapat typo🙏

SAHASIKAOnde histórias criam vida. Descubra agora