13

440 24 0
                                    

"Assalamu'alaikum."

Rumah terlihat sepi. Rido langsung saja menuju kamarnya. Dia sangat merindukan kamar yang selama beberapa hari ini dia tinggalkan. Rebahan sambil memainkan hp, itu adalah yang sedang Rido lakukan.

Kata Mang Amin, ayah dan ibu barunya itu sedang pergi ke rumah orang tua Saras di Bandung. Mungkin mereka akan menginap di sana. Rido tidak terlalu memikirkan hal itu, mengingat kesendirian memang sudah menjadi sebagian hidupnya.

Jika bertanya mengenai hal penting dalam hidunya, Rido akan menjawab keluarga. Karena dia sadar bahwa keluarga adalah orang yang sudah menemaninya dari kecil hingga dewasa. Dia sadar bahwa kasih sayang mereka itu adalah kebahagiaan terbesarnya. Ayah, Ibu, Kakak, dan Abangnya adalah orang- orang yang ingin dia bahagiakan ketika sudah sukses.

Bahagia itu sederhana. Dan memang sesederhana itu. Namun, apakah cara untuk mendapatkannya juga sederhana? Itu adalah hal yang harus menjadi pertimbangan untuk pertanyaan kita kepada Tuhan. Karena pada dasarnya ketika kita meminta kebahagiaan kepada Allah, Rido percaya bahwa setiap langkah dan perbuatan yang dijalani dari hari ke hari adalah suatu proses menuju kebahagiaan yang dia cari.

Terkadang manusia memang terlalu memaksaan keinginannya. Kita lupa bahwa apa yang terbaik menurut kita bukan berarti hal yang memang baik menurut Allah. Mungkin jalannya curam, sakit, atau bahkan menakutkan. Namun, satu yang pasti adalah sesulit apapun itu harus kita lakukan.

Life goes on man.

Hidup adalah anugerah. So, prinsip Rido dalam menjalani hidup ya jalani saja. Lakukan banyak hal baik. Dan yang paling penting menurutnya adalah bagaimana cara kita mengontrol emosi diri kita sendiri.

Jika memang ayah dan ibunya bahagia untuk bercerai, walaupun memang Rido tidak mau ya biarlah. Karena jika dipikir ulang pun apakah mereka akan membatalkan hal tersebut jika dia yang meminta? It is like a big no!

Dia tidak terlalu dekat dengan kedua orang tuanya, walaupun dulu ibunya sering di rumah. Pribadinya yang cenderung tertutup kepadanya membuatnya selalu mengurung diri di kamar.

Akan tetapi, satu yang Rido syukuri adalah Allah mengirimkan sosok seperti Neo dan Ari yang selalu menghiburnya.

Teman memang banyak dan mudah dicari. Namun, yang mau menerima banyak kekurangan dirimu bisa dihitung dengan jari.

Dulu Rido tidak percaya dengan yang namanya pertemanan. Baginya berteman itu merepotkan. Dia lebih suka menyendiri, kalaupun berteman ya sebutuhnya saja. Namun, itu semua berubah setelah mengenal Neo dan Ari. Yah, setidaknya ketika sedang merasa gundah, Neo dan Ari adalah pelampiasan terbaik. Pelampiasan dalam artian main bersama bahkan jika sedang rajin mereka akan belajar bersama.

Rido jadi merindukan Argi dan Bryan. Ah, besok Rido akan mengajak mereka makan bersama. Semoga saja mereka tidak sibuk.





***





Hari ini hari Senin. Rido memulai harinya dengan solat dan bersiap menuju sekolah. Menuruni tangga dan menuju arah meja makan. Dia melihat Bi Imah yang sedang menyiapkan sarapan. Ada satu orang yang sedang duduk di meja makan dan Rido langsung tersenyum senang melihat siapa itu.

"Kakak pulang kapan?"

"Tadi malem."

"Ohh iya, " Rido menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mengapa rasanya canggung berbicara dengan kakak sendiri.

Mereka mulai memakan nasi goreng yang ada di depannya.

"Kak bisa anterin Rido sekolah engga, soalnya lagi kurang enak badan nih."

Argi tahu adiknya baru saja masuk rumah sakit kemarin. Namun, dia lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya dan tidak menyempatkan waktu untuk mengunjunginya. Toh, kelihatannya dia tidak terluka cukup parah.

"Gue cape, berangkat sama Mang Amin dulu aja."

"Oh iya kak," menghabiskan sarapannya, Rido segera berpamitan dengan kakaknya.

Entah mengapa semenjak perceraian kedua orang tuanya Rido merasa jauh dengan kedua saudaranya. Padahal mereka juga sering bertemu. Walaupun ketika bertemu mereka akan kebih banyak diam. Ibunya juga tidak pernah membalas pesan yang dikirimkannya semenjak bercerai. Dulu ketika ibunya berada di kota lain saja ibunya masih sempat membalas, walau hanya balasan singkat.







Jangan lupa vote untuk kelanjutan ceritanyaa


SAHASIKAWhere stories live. Discover now