22

366 19 0
                                    

Bukalah pandanganmu. Lebih lebar dan lebar lagi. Temukan ketulusan itu. Mungkin memang bukan dari keluarga. Tetapi yang pasti masih ada orang yang peduli. Sekalipun tidak, diri sendiri lah yang akan sangat peduli.










Setelah maraton anime, mereka ketiduran. Ya, mereka tidur dengan posisi tengkurap dengan laptop yang dibiarkan menyala. Untung saja Tante Vely mengecek kamar anaknya.

Pagi telah tiba. Setelah solat subuh mereka bertiga tidur lagi. Sampai saat jam 6 mereka dibangunkan lagi oleh Tante Vely. Ya, itu sih Ari aja yang sengaja minta dibangunin. Soalnya mereka berencana untuk jogging sekitar perumahan Ari.

Cuci muka satu persatu, setelah itu mereka keluar dari kamar dengan menggunakan celana training dan kaos berwarna hitam. Itu semua punya Ari. Maklum saja, hampir semua warna kaos Ari berwarna hitam. Katanya sih pas beli engga sadar. Tiba- tiba saja lemarinya penuh dengan kaos hitam. Vely selaku ibu Ari hanya geleng- geleng kepala melihat warna kaos yang dibeli oleh Ari sendiri. Jika Vely yang membelikan sudah pasti bukan warna hitam. Alasannya ? Ya karena itu tadi.

"Kalian udah kaya anak kembar aja ya," ujar  Arman- ayah Ari melihat anak dan kedua temannya.

"Kalo kita kembar berarti Rido sama Neo juga anak Om Arman dong," Rido berseru sambil mendekati ayah temannya itu. Ingin salim ijin jogging katanya.

"Keluar dulu ya om, tante."

"Jogging dulu mah, pah."

"Hati- hati," jawab Arman sambil tetap membolak- balikkan koran yang dibacanya.

"Nanti jangan sarapan dulu, Mama udah masak ya."

"Siap Mah/ Siap Tan."

Memang, baik dari keluarga Ari maupun keluarga Neo sudah mengenal baik Rido. Mereka sering bergantian menginap di rumah Ari ataupun Neo. Tapi tidak pernah sekalipun menginap di rumah Rido. Karena salah satu alasan dia sering menginap adalah untuk menghindari rumah yang terasa sepi dan kedua sahabatnya pun mengerti. Baik orang tua Ari mapun Neo sudah menganggap Rido seperti anak sendiri.

"Balapan yok lah," ajak Neo dengan semangat 45 nya.

"Ayoklah," Rido menjawab dengan Ari yang hanya menganggukkan kepalanya.

Masing- masing dari mereka berlari dengan semangat. Rido bahkan karena saking semangatnya hampir menabrak orang lain yang sedang jogging. Untung saja ada Ari yang sengaja melambatkan larinya agar bisa mengawasi bocil satu ini. Sedangkan Neo jangan ditanya lagi. Dia benar benar menganggap serius balapannya. Mungkin dia sudah berada jauh di depan Rido dan Ari.

"Bang balik yok." Kebiasaan Rido kalo sedang ada maunya pasti memanggil Ari ataupun Neo dengan embel- embel Abang.

"Yok lah."

"Tapi gendong Bang, kaki Rido pegel banget nihh."

Tuhkan bener firasat Ari. Tapi jika itu menyangkut Rido, Ari tidak pernah merasa keberatan.

Rido meiki punggung lebar Ari. Neo dibiarkan saja berlari sampai jauh. Mereka menunggu saja di rumah kan? Hahayy.









Brak

"Heh dasar ya lo berdua gue tungguin malah udah balik."

Itu Neo yang datang dengan muka masamnya. Rido hanya tertawa melihat wajah penuh peluh Neo. Sesangkan Ari cuek bebek.

"Awas ya lo cil."

"Ihh apaan sih Neo bau asemm."

"Sini cil keringet gue wangi kok ini."

Rido menyembunyikan dirinya di belakang Ari sambil memeletkan lidahnya. Mereka bermain main dengan Ari yang berada di tengah- tengah mereka sampai akhirnya Ari muak dengan mereka berdua.

"Kalian berdua diem atau engga dapet jatah makan."

Keduanya pun langsung kicep mendengar penuturan Ari.
















Jangan lupa vote dan komenn !!!

SAHASIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang