Day-9. Keluar Rumah

1.3K 155 55
                                    

#Day9
Clue #Derana

Derana artinya tahan dan tabah menghadapi segala sesuatu (tidak lekas patah hati, putus asa, dan sebagainya).

* * * *

Malam sudah larut saat pintu menuju balkon bergetar tertiup angin kencang. Beberapa kali terlihat kilatan petir disusul gemuruhnya. Sepertinya akan turun hujan lebat. Ada kecemasan tersirat dari raut Gabriel. Jika hujan turun, sudah pasti Mikhael dekat, dan ada kemungkinan ia mampir menemuinya.

Bukan tanpa alasan Gabriel merasa cemas. Mikhael, pasti membawa kabar yang paling diantisipasinya dari Penguasa Langit. Tentang hal itu Gabriel harus derana menerima kabar baik maupun buruk.

"Kayaknya mau ujan gede, ya, Phi?" tanya Arcello membuyarkan lamunan Gabriel.

Gabriel menoleh ke arah bakon. Alih-alih menjawab pertanyaan Arcello, Gabriel malah menyuruh tuannya tidur. "Sebaiknya Tuan tidur, sekarang. Ini udah malam. Tuan kan baru sembuh," perintahnya.

Mendengar hal itu membuat Arcello mendengus sebal. "Aku, kan, masih belum ngantuk, Phi."

"Ini demi kesehatan Tuan. Kan, dokter sudah bilang, kalau Tuan harus banyak istirahat," tukas Gabriel.

"Tapi, kan, Phi ...."

"Tuan Arcello Maqil!" Belum usai tuannya bicara, dengan penekanan Gabriel memberi peringatan.

Entah kenapa, hanya dengan menyebut nama lengkapnya, Gabriel berhasil membuatnya patuh. Walaupun raut mukanya menunjukkan keterpaksaan.

"Apaan sih? Kayak anak TK aja, jam segini udah disuruh tidur." Arcello mengomel sambil melongok jam yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Dengan kesal ia pun bangkit dari sofa. Sambil menggerutu dan mengentakkan kakinya ke lantai, Arcello pergi ke kamar meninggalkan Gabriel sendirian.

Mendengar pintu kamar dibanting, Gabriel hanya bisa menghela pasrah. Lagi-lagi ia membuat tuannya kesal.

Gabriel bangkit dari sofa, berjalan menuju pintu balkon. Di hadapan pintu yang masih tertutup rapat, Gabriel menatap gumpalan awan hitam yang berarak-arak. Semakin lama, onggokan awan hitam itu semakin mendekat.

Dua malaikat mendarat di balkon. Seorang, berpakaian serba putih, dan yang satunya lagi berpakaian serba hitam. Mereka adalah sahabat Gabriel. Mikhael dan Azrael.

Gabriel segera membukakan pintu untuk kedua rekannya. Dalam senyap, Gabriel mempersilakan tamunya masuk ke dalam. Azrael berjalan terlebih dahulu, sedangkan Mikhael sejenak melongok pada bunga yang ia pulihkan. Senyumnya pun mengembang.

Azrael adalah sang pencabut nyawa. Tubuhnya kekar juga tinggi, melebihi kedua sahabatnya. Lengkap dengan wajahnya yang tegas, misterius, dan terkesan menakutkan. Khas malaikat maut.

Azrael masih bergeming melihat kondisi Gabriel. Ia menyapukan pandangannya dari bawah hingga atas. Ada perasaan menyangkal, tapi inilah yang terjadi kini.

"Gabriel, aku turut prihatin dengan kondisimu saat ini," sesal Azrael dengan suara beratnya.

"Duduklah," ajak Gabriel pada Mikhael dan Azrael.

Mikhael dan Azrael duduk berhadapan dengan Gabriel. Tidak seperti Mikhael yang tampak santai, Azrael justru masih memandangi Gabriel tak percaya. Ia masih tidak terima jika sahabat terkuatnya kini berubah menjadi manusia.

"Az, aku yakin kamu sudah tahu semuanya dari Mike, kan?" tanya Gabriel.

Azrael mengangguk. "Awalnya aku tidak percaya dengan apa yang Mike katakan, sebelum aku memastikannya dengan mata kepalaku sendiri," tutur Azrael, "itulah sebabnya aku datang."

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα