Day-21. Waspada

799 100 20
                                    


#Day21
Clue #pesakitan

Pesakitan

-orang hukuman
-terdakwa
-pecundang

* * * *

Gabriel mondar-mandir gelisah di ruang tengah apartemen tuannya menanti kedatangan dua sahabatnya, sementara dirinya kini ditemani Rafael. Ia benar-benar tidak tenang setelah apa yang ia alami di kantor Arcello. Beberapa kali Gabriel melongok keluar jendela memastikan dua sahabatnya sudah tiba.

"Duh, lama banget sih mereka?" gerutu Gabriel sedikit kesal.

Rafael yang melihat sahabatnya panik berusaha menenangkannya. "Tenang, Gab. Mungkin mereka sedang di perjalanan. Tunggulah ... sabar."

"Tapi aku nggak tenang, Raf. Tuan Arcell dalam bahaya," timpal Gabriel.

Rafael menggeleng kepala heran melihat tingkah sahabatnya yang begitu protektif pada tuannya. "Aku yakin, raja iblis tidak akan segegabah itu untuk mencelakai Tuan Arcell kali ini. Aku tebak, mereka pun sedang memikirkan hal yang sama seperti kita, Gab. Mencari cara yang lebih halus untuk mencuri kekuatan Raja Arash darinya. Jika tidak, sejak awal mengetahui keberadaan Tuan Arcell, mereka akan langsung menyerangnya. Aku yakin itu."

Sesaat Gabriel merenung memikirkan apa yang baru saja sahabatnya bilang. "Tapi aku benar-benar khawatir, Raf."

"Aku tahu, Gab. Tapi aku harap kamu bisa lebih tenang menghadapi ini semua. Karena hanya dengan kepala dingin, kita bisa dengan mudah mendapatkan jalan keluar." Sekali lagi Rafael berusaha menenangkan sahabatnya yang gamang. "Duduklah. Kamu tidak lelah mondar-mandir terus seperti itu?"

Kali ini, apa yang Rafael katanya banyak benarnya. Gabriel pun menuruti perkataan sahabatnya. Ia duduk di sebelah Rafael meski hatinya belum benar-benar tenang.

Tidak lama, Azrael dan Mikhael tiba di balkon apartemen. Dengan sedikit kekuatan Rafael, pintu balkon pun terbuka. Kedua sahabat mereka pun masuk dengan raut wajah khawatir.

"Bagaimana kronologinya, Gab?" ucap Azrael sesaat ia baru masuk.

"Duduklah dulu," pinta Gabriel.

"Oh, maaf. Aku terlalu khawatir," timpal Azrael. Kemudian ia pun duduk bersisian dengan Mikhael di hadapan Gabriel dan Rafael.

"Maaf, kami terlambat. Aku baru saja menyelesaikan pekerjaanku." Mikhael meminta maaf atas keterlambatannya datang menemui Gabriel.

"Tidak apa, yang penting sekarang kalian sudah ada di sini. Dan ... maaf, aku malah mengganggu pekerjaan kalian," ucap Gabriel.

"Tidak perlu dipikirkan, Gabriel." Mikhael menimpali.

"Jadi bagaimana kejadiannya?" Sekali lagi Azrael bertanya pada Gabriel.

Gabriel pun menarik napas dalam sebelum ia menceritakan semuanya. "Tadi pagi aku dihubungi Tuan Arcell karena berkas pentingnya tertinggal di sini. Lalu aku menawarkan diri untuk mengantarkan berkas itu ke kantornya. Sesampainya di sana, aku sama sekali tidak merasakan apa pun, sampai seorang pria memasuki tempat itu, dan seketika dadaku sesak seperti terimpit kuat. Tidak hanya itu, gelombang ultrasonik yang begitu tajam seolah menusuk telingaku. Aku hampir semaput dibuatnya. Dan aku yakin, pria itu ada hubungannya dengan iblis."

Mendengar cerita sahabatnya, Azrael dan Mikhael sejenak terdiam tampak berpikir.

"Apa kau yakin, Gab?" tanya Mikhael memastikan.

"Aku yakin, Mike. Walaupun sekarang aku sudah menjadi manusia, tapi kepekaanku masih bisa diandalkan," tegas Gabriel.

"Lalu apa yang akan kita lakukan?" tanya Mikhael. "Apa yang akan kamu lakukan, Gabriel?" Kini pertanyaannya lebih spesifik ditujukan pada Gabriel.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Where stories live. Discover now