Day-32. Kegalauan Arcello

512 92 28
                                    


#Day32
Clue #bestari

Bestari berarti bijak dalam pemikiran dan pendidikan serta berkelakuan baik. Biasanya digunakan untuk merujuk orang-orang bijak yang jadi panutan di sekitarnya, contoh guru, pemuka agama, siswa teladan, dll.

* * * *

Setelah makan siang di jam istirahat, Arcello dan Auryn berniat membeli kopi di kafe langganan seberang kantor mereka. Niat awal ingin bersantai sambil menikmati kopi, tapi ternyata kafe tersebut sarat pengunjung.

“Yah, tempat PW kita udah ada yang nempatin, Cell,” ucap Auryn sambil menunjuk ke arah meja di pojok dekat jendela.

“Ya udah, cari yang lain aja,” timpal Arcello.

Tanpa disangka, Beezel yang tampak duduk sendirian di salah satu meja, melambaikan tangan pada Arcello dan Auryn, mengajak keduanya untuk bergabung.

“Tuh Cell, bareng Pak Beezel aja,” ajak Auryn bersemangat. Namun Arcello tampak segan bertemu dengan Beezel untuk sementara ini.

“Jangan lah, Kak,” tolak Arcello.

“Ih, nggak apa-apa. Ayo!” Auryn memaksa. Arcello pun menuruti meski setengah diseret hingga akhirnya mereka kini berdiri di depan meja sang atasan.

“Duduk sini saja. Yang lain sudah penuh.” Beezel menawari keduanya agar duduk di meja yang sama.

Saat Auryn hendak mengiakan tawaran Beezel, cepat-cepat Arcello mencubit pinggang wanita di sebelahnya. Meski sedikit menahan sakit, Auryn menangkap isyarat yang diberikan Arcello. Ia pun berubah pikiran dan memilih untuk diam.

“Oh, Maaf, Pak. Kita ditunggu Zach sama Bian di kantor. Mau ada yang didiskusikan. Iya kan, Kak?” Arcello cepat-cepat menolak tawaran Beezel.

“Oh ... iya.” jawab Auryn kurang yakin, tapi ia paham maksud Arcello.

Setelah menolak tawaran Beezel untuk bergabung dengannya di kafe, Arcello dan Auryn pun akhirnya memutuskan pergi dari tempat itu dengan membawa minuman mereka. Alih-alih kembali ke ruang kerja, keduanya kini malah terdampar di rooftop kantor.

“Ada yang gue lewatin nih, kayaknya?” Auryn membuka pembicaraan.

Arcello masih belum ingin membahas. Ia malah sibuk menikmati es kopinya.

“Udah ditembak Pak Beezel, ya?” tebak Auryn membuat Arcello sontak menoleh kaget.

“Lho, kok lu tahu, kak?” Arcello refleks menyahut.

“Hah? Beneran?” Kali ini Auryn terkejut. “Padahal, gue tadi cuma asal ngomong, loh.”

“Ish, Kakak mah.” Arcello berdecak kesal. Ia masuk ke dalam jebakan.

“Jadi gimana?” Auryn tampak antusias.

“Ya ... nggak gimana-gimana,” jawab Arcello malas.

“Gak gimana-gimana, tapi kok ngehindar, Cell?” Auryn semakin penasaran. Wajah Arcello kini ditatapnya benar-benar.

Arcello selalu terpancing oleh Auryn. “Bingung, sih, Kak.” Ia pun mulai membuka suara.

“Bingung kenapa sih, Beb? Tinggal jawab ‘ya’ aja kok repot.” Auryn terkesan meremehkan.

“Ish! Nggak segampang itu lah, Kak.” Arcello mendelik pada wanita di sampingnya.

“Yang lu bingungin tuh apa? Kalian berdua sama-sama single, kalau suka yaudah, jadian aja.”

“Gampang ya ngomong gitu?” timpal Arcello ketus.

“Jangan lu pikir gue nggak tahu, Cell. Selama ini Pak Beezel udah hati-hati banget deketin lu. Malahan, dari pertama udah keliatan banget di mata gue.”

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Where stories live. Discover now