Day-36. Dua Sisi Perasaan

473 80 50
                                    

#Day36
Clue #Menganak_sungai

Berasal dari kata 'anak sungai' yaitu percabangan dari sungai besar menjadi sungai kecil. Namun, 'menganak sungai' artinya berbeda, yaitu mengalir. Biasanya medan maknanya berfungsi menggambarkan aliran air mata, keringat, darah, atau cairan lainnya yang mengalir/menetes kecil dan terus menerus.

* * * *

Malam menjelang usai Arcello dan Beezel berciuman. Keduanya masih berada di dalam mobil berkendara tanpa tujuan. Seperti api yang disiram air, suasana mendadak canggung dan hening. Mereka bergelut dengan pikiran masing-masing.

Sementara Beezel mengemudi dalam diam, Arcello justru kembali menangis tanpa suara. Yang jelas, air matanya kini menganak sungai pada pipinya yang merah. Menyadari pria di sampingnya terisak, Beezel mulai membuka suara.

“Arcell, kayaknya kita lebih baik cari tempat buat ngobrol. Mau?” saran Beezel pada Arcello yang tampak gelisah. “Tenang, saya tidak akan memaksamu bercerita. Saya cuma ingin kamu lebih rileks,” bujuknya.

Mendengar perkataan Beezel, Arcello pun mengangguk setuju. Pikirnya, ide yang diberikan sang atasan lebih baik dari pada hanya berduaan berkendara dalam embara.

Arcello masih bergeming. Pikirannya melayang, antara menyesali tindakan impulsifnya pada Beezel, atau justru sedang menyusun alasan agar dapat dimaklumi. Yang pasti, pikirannya masih awut-awutan. Jujur saja, Gabriel masih menguasai pikirannya. Untungnya Beezel tidak banyak bertanya.

Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di tempat dinner private. Sebuah restoran dengan hotel di atasnya. Keduanya langsung mengisi meja yang sudah Beezel pesan sebelumnya. Alih-alih memesan makanan, ia justru malah memesankan cokelat hangat untuk Arcello agar lebih tenang.

Setelah pesanannya tiba, Beezel menyuruh Arcello menikmati minuman hangat di hadapannya. “Minum lah, biar Arcell lebih tenang.”

Setelah dipersilakan, Arcello pun segera mereguk cokelat hangat itu. Sesekali ia menghirup aroma yang menguar dari minuman dalam cangkir yang ia genggam.

“Sudah lebih tenang?" tanya Beezel sambil menatap lekat, memerhatikan pria manis di hadapannya.

Arcello mengangguk, "Terima kasih banyak ya, Pak,” timpalnya. Namun sesaat kemudian ia kembali terdiam. Kecanggungan masih terasa.

Arcello menggenggam gelas hangat yang berisi cokelat panas itu dengan kedua tangannya. Pikirannya masih mengawang menimbang-nimbang antara membahas atau tidak perkara ciuman yang ia lakukan dengan Beezel.

“Pak, tentang yang tadi saya minta maaf ya, saya ...,” ucap Arcello pelan kemudian tertahan.

“Wah, sepertinya saya adalah pelarian. Iya?” tukas Beezel tersenyum miris seakan tersakiti mendengar ucapan Arcello.

“Nggak gitu maksud saya, Pak.” Arcello cepat-cepat menyangkal. Ia tidak mau jika sang atasan sampai salah memahami perkataannya.

“Mencium seseorang secara tiba-tiba, lalu minta maaf, itu artinya pelarian, Arcell,” bela Beezel.

“Tapi kan, tadi saya ....” Belum selesai Arcello bicara, Beezel sudah memotong.

“Kalau yang di depanmu tadi bukan saya, apa kamu juga akan menciumnya?” tanya Beezel.

“Ya enggak lah, Pak,” tangkis Arcello cepat.

“Berarti ciuman itu memang untuk saya, kan? Lalu kenapa minta maaf?”

Mendengar perkataan Beezel membuat Arcello gelagapan. “Itu ....” Ia terdiam karena tidak memiliki alasan untuk menyangkal.

“Kecuali kalau kamu menyesal dan ingin segera melupakannya, hanya itu alasan untuk meminta maaf,” terang Beezel terdengar sedikit kecewa.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Where stories live. Discover now