Day-19. Hujan Minggu Sore

792 127 24
                                    


#Day19
Clue #imitasi

Imitasi berarti tiruan, bukan asli.

* * * *

Pukul sepuluh pagi Arcello baru bangun sejak ia tertidur di pangkuan Gabriel semalam. Namun ketika bangun, ia sudah ada di atas kasur. Dengan sisa kesadarannya semalam, Arcello ingat jika Gabriel membopong tubuhnya seperti putri dipindahkan ke kamar. Mengingat hal itu membuat Arcello tersipu malu.

Arcello tersentak saat menyadari jika dirinya tidur sendiri. Cepat-cepat ia beranjak dari kasur lalu keluar kamar untuk memastikan kalau Gabriel masih ada di rumahnya dengan rambut yang masih acak-acakan.

Sesaat keluar kamar, tempat pertama yang Arcello datangi adalah dapur, tempat favorit Gabriel. Tetapi sosok yang ia cari tidak ada di tempat tersebut. Arcello mulai panik. Setelah itu ia coba mencari di ruang tengah, berharap sang mantan malaikat itu masih tertidur di sofa, tapi setelah dicek ternyata tidak ada juga.

Arcello semakin khawatir, ia pun mulai memanggil-manggil. "Phi ... Phi di mana?" teriak Arcello.

Namun tidak lama kemudian, sang pria yang dipanggil-panggil namanya pun menyahut. "Iya, Tuan?"

Mendengar hal tersebut, Arcello segera memastikan. Ternyata Gabriel sedang berada di balkon, memotongi tangkai-tangkai daun yang mengering sekaligus sedang memberi pupuk.

Arcello melongok dari pintu balkon memastikan Gabriel ada di sana, barulah ia bisa bernapas lega. "Ternyata Phi ada di sini," tuturnya sambil cengar-cengir berjalan mendekati Gabriel.

"Jantungku hampir copot. Aku pikir Phi pergi bersama yang lain," jujur Arcello merasa takut jika Gabriel tidak menepati janjinya.

Gabriel menghentikan aktivitasnya lalu mendekati tuannya. Ia menatap Arcello yang masih berantakan pasca bangun tidur. Sambil membenarkan rambut tuannya yang tampak centang, ia pun meyakinkan Arcello. "Kan saya sudah bilang, saya akan tetap di sini. Tuan tidak perlu khawatir."

Dari sorot matanya yang bening, Arcello meyakini jika perkataan Gabriel benar-benar tulus dan jujur. Ia pun hanya mengangguk menimpali ucapan Gabriel.

"Oh ya. Mereka sudah pulang semua Phi?"

"Ya iyalah, Tuan. Mereka pergi sebelum fajar. Lagi pula, Tuan membuat mereka menunda semua aktivitasnya. Ingat?" goda Gabriel.

Arcelo cengar-cengir mengingat permintaannya tadi malam. "Si Rafie juga pergi? Dia kan nganggur," timpal Arcello.

Gabriel tersenyum mendengar sarkas tuannya kepada Rafael. Entahlah, di mana pun berada kesan orang terhadap Rafael memang tak jauh dari kata badung.

"Itu, itu tas belanja ditinggal lagi? Biar ada alasan balik ke sini ya?" Arcello masih terus mencela Rafael.

"Oh iya. Saya lupa. Rafael meminta saya menyampaikan ke Tuan, barang dalam tas itu adalah hadiah perkenalan darinya untuk Tuan. Kata dia, Tuan pasti akan sangat menyukainya. Periksalah!" tutur Gabriel.

Tanpa menunggu lama, Arcello langsung berjalan menghampiri tas belanja yang berada di atas sofa. Senyumnya terukir manakala dia tahu apa yang ada di dalamnya.

"Wiiih... Asli nggak nih? Jangan-jangan imitasi," celoteh Arcello. Sebuah tas tangan pria berwarna hitam dari merek ternama berhasil membuat senyum Arcello semakin merekah. Walaupun dia bukan penggemar barang branded, dia cukup paham tas tangan itu tidaklah murah.

"Awas ya Fie, kalau ternyata KW, gue gibeng lu!" monolog Arcello sambil terus tersenyum. Dalam hati dia sangat yakin barang yang dipegangnya bukanlah imitasi. Bahkan dari paper bag -nya saja sudah tampak jelas bahwa itu asli.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Where stories live. Discover now