Day-27. Dalam Pelukan

785 103 26
                                    


#Day27
Clue #Latu

Latu atau lelatu artinya bunga api, kilatan api.

* * * *

Malam yang hening menyelimuti kamar Arcello. Debur ombak dan suara serangga adalah satu-satunya yang menghidupkan suasana. Melihat keanehan yang terjadi pada Gabriel sejak makan malam, membuat si pria mungil tidak bisa tenang.

Di atas ranjang dua orang berbaring saling membelakangi. Gabriel dengan keresahannya, dan Arcello dengan kebingungannya.

Arcello tidak tahan dengan suasana sepi seperti itu. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. “Phi. Apa Phi baik-baik aja?” tanyanya sambil menoleh, menatap punggung Gabriel.

“Ya, saya baik-baik saja, Tuan.” respons Gabriel masih bergeming dalam posisinya.

“Tapi aku perhatiin sejak makan malam, kayaknya Phi lebih banyak diam? Apa terjadi sesuatu, atau aku ada salah sama Phi?” Intuisi Arcello memaksanya untuk bertanya seperti itu.

“Tidak ada, Tuan. Semuanya baik-baik saja,” timpal Gabriel. “Tidurlah Tuan, bukannya seharian ini Tuan banyak kegiatan? Pasti lelah. Tidurlah. Jangan terlalu banyak pikiran. Istirahatkan tubuhmu untuk kegiatan besok.” Bukannya menjelaskan apa yang terjadi, Gabriel malah menyuruh sang tuan beristirahat.

Tidak ada bantahan dari Arcello. Ia lebih baik melakukan apa yang Gabriel katakan daripada memancing keributan malam-malam. Meski begitu, dalam hatinya masih berjejal pertanyaan mengenai alasan Gabriel tiba-tiba bersikap dingin padanya.

Sementara di sisi lain ranjang, Gabriel menatap tak berarah. Pandangan serta pikirannya mengawang, menghadirkan keping-keping peristiwa yang terjadi tadi siang hingga petang. Gabriel sangat kesal, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan karena aura kehadiran iblis di tengah-tengah mereka, tetapi tentang apa yang dilihatnya terakhir kali.

Gabriel menoleh pelan. Ia hanya mendapati punggung sang tuan bergerak pada ritme yang tetap, bernapas tenang. Tampaknya, malam itu akan menjadi malam yang panjang dipenuhi pikiran-pikiran berlebih yang berkemelut di benak masing-masing. Hingga akhirnya, keduanya sama-sama terjaga dalam diam.

Maafkan saya, Tuan, benak Gabriel, menyesal.

* * *

Keesokan harinya, suasana pagi di pantai terdengar ramai. Selain kegiatan Arcello bersama rekan-rekan kerja, sepertinya ada perayaan lain yang membuat pagi itu lebih meriah.

Di tepi pantai, disaksikan matahari terbit, debur ombak, nyanyian camar, dan belasan orang terdekat, tampak dua orang tengah berdiri saling berhadapan. Mereka adalah Zach dan Bian. Keduanya terlihat saling menatap lekat.

Zach Abraham, sang pemilik resort sekaligus sahabat Arcello tiba-tiba berlutut di hadapan kekasihnya, Althamist Biandra. Sambil menunjukkan sebuah cincin, ia terlihat serius bersimpuh.

“Althamist Biandra, kekasih yang paling aku cinta. Jika engkau mengizinkan, aku ingin menjagamu selalu. Hidup berdua baik suka maupun duka. Menjadi sandaran saat kau luka, tempat pelukan saat kau hampa, rumah tempat kau merebahkan hati dalam cinta yang bahagia. Aku akan selalu ada dalam hidupmu.” Kata-kata Zach membuat Bian dan orang-orang di sekitar mereka bergeming.

“Maukah kamu menemani hidupku?” tanya Zach.

Bian tidak bisa berkata-kata. Ia terlalu tak menyangka. Kedua matanya pun tampak berkaca-kaca. Sementara itu, Auryn, Arcello, dan beberapa rekan kerja mereka mulai memberi semangat pada Bian. Berseru agar ia mau menerima lamaran kekasihnya.

Gabriello (Cetak ✅ │ Part lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang