Chapter 16 - Kakak datang!

82 17 5
                                    

#day16
#clue: Susu kambing

#day16#clue: Susu kambing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



POV NORMAL

Lobi bandara tampak lebih lenggang, mungkin karena tidak banyak yang mengambil jadwal penerbangan di sore hari atau memang sedang tidak banyak orang bepergian menggunakan pesawat. Arkan duduk di salah satu bangku, melihat aktifitas yang tak terlalu padat di sana, seraya menunggu kedatangan seseorang yang setengah jam lalu menelponnya meminta untuk dijemput. Tapi orang yang ia tunggu tak kunjung datang, padahal ia sudah menunggu cukup lama menurutnya. 

"Ngerepotin, harusnya gue buntutin Axcel aja tadi, daripada nungguin orang gak jelas," gerutunya merasa bosan. 

"Orang tua ini bisanya cuma ngedumel mulu, baru juga nunggu setengah jam, udah kesemutan ya pantatnya?" 

Seorang pria sedang menyeret kopernya berdiri di depan Arkan, ekspresinya yang datar berbanding terbalik dengan wajahnya yang terkesan manis. Tapi jangan tertipu dengan wajah manis itu, karena mulutnya bisa saja mengeluarkan kata-kata pedas kapanpun. 

Arkan berdecak, ia lantas mengambil alih kope besar pria itu, menyeretnya keluar dari bandara internasional APT Pranoto. Pria itu hanya terus mengikuti langkah Arkan tanpa mengatakan apapun, sampai akhirnya mereka berada di parkiran. 

"Lho kok motor? Trus koper gue gimana?" protes pria berkulit putih yang masih menenteng tas di bahunya. 

"Berisik, lagian gue bawa motor matic, bisa di taro depankan?" 

Arkan memberikan helm pada pria itu, meletakkan koper di depannya. Meski sedikit kesulitan, tapi akhirnya mereka bisa segera keluar dari kawasan bandara. Dalam perjalanan menuju rumah tinggal Runa, mereka yang awalnya saling diam, akhirnya ada yang memulai pembicaraan. 

"Eh Pak tua, ngapain tiba-tiba nyuruh gue ke Samarinda? Bukannya itu udah tugas lu buat jagain Adek gue?"

"Gue masih muda, liat kaca spion tuh," Arkan menunjuk kaca spion motornya dengan dagu, "Muka lu ama gue aja keliatan tua elu." 

"Akhhh!" teriak Arkan tiba-tiba, "kok gigit? Kanibal lu ya?" Arkan mengusap pelan bahunya yang ngilu akibat gigitan pria di belakangnya. 

"Dasar gak sadar umur!" 

"Makanya jangan suka marah-marah biar awet muda."

"Elu aja yang gak bisa tua! Dasar manusia jadi-jadian." 

Arkan menghela napas, memilih mengalah daripada terjadi hal-hal buruk di perjalanan. Tapi diam-diam dia juga tersenyum, melihat pria di belakangnya dari kaca spion. Meski tingginya hampir sama, tapi temperamen kakak beradik itu sangat jelas perbedaannya. Jika Aruna itu lembut dan penuh senyum, maka Darrel adalah kebalikannya. 

Arkan masih ingat dengan jelas bagaimana pertemuan pertamanya dengan Darrell, saat itu dia hanya seorang bocah 6 SD yang sangat menyayangi adiknya, dan akan mengikuti adiknya kemanapun agar tak terluka. Aruna yang saat itu masih berusia 5 tahun, adalah bocah lucu yang bisa membuat siapapun gemas padanya. Maka dari itu, Darrell begitu menjaganya bahkan ia takut jika adiknya di culik. 

I Did [VMin]Where stories live. Discover now