Chapter 27 - Latu

60 12 2
                                    

#day27

#clue Latu ; api (bahasa jawa)

#clue Latu ; api (bahasa jawa)

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.


POV NORMAL

Langit telah berganti warna, kerlip bintang mulai menghiasi gelapnya, tapi seseorang masih enggan untuk beranjak dari duduknya, masih mengamati baris-baris kata dalam tumpukan kertas tebal yang disebut buku. Aruna sudah hampir satu minggu sering kali terdampar di perpustakaan kampus hanya demi mencari ketenangan untuk menggarap skripsinya, tentu juga dengan maksud lain. 

Hari ini pun rasanya melelahkan, tidak bertemu Axcel setelah kejadian di warung waktu itu, membuatnya gundah. Apakah Axcel menolak ajakannya untuk bersama dengan gadis itu? Gadis yang sama yang ia temui di rumah Axcel ketika pria itu sakit. Pikiran aneh dan praduga yang seperti ini, yang membuat fokus Aruna terbagi. 

Seharusnya dia bisa lebih cepat mengerjakan tugasnya, agar dia bisa bertanya secara langsung pada Axcel apakah dia memiliki hubungan dengan gadis itu? 

'Tunggu kenapa aku harus bertanya? Bukankah itu urusannya,' pikir Aruna.  Tapi memikirkan kemungkinan itu membuat hatinya terasa semakin gelisah.

Karena sudah cukup lama dia berada di perpustakaan, akhirnya Aruna memutuskan untuk pulang saja, toh fokusnya jadi terbagi gara-gara pikiran buruknya tentang Axcel dan gadis bernama Brianna itu.

"Abis ini makan dulu ya Cel? Gue laper banget, emang kebangetan tuh si Felix masa gak bantuin sama sekali." 

Aruna berhenti di tangga, saat mendengar suara yang juga sedang menuruni tangga, namun bedanya itu suara dua orang yang sejak tadi mengisi kepalanya. 

"Kalo lu capek, lu boleh besok gak usah bantuin gue, nanti gue bisa minta tolong Arkan aja." 

Mata minimalis itu mengintip dari atas dengan jalan perlahan menuruni tangga. Dia bisa melihat gadis itu bergelayut manja pada lengan Axcel dan dibiarkan begitu saja, seolah sudah terbiasa seperti itu. Bahkan Aruna saja tidak berani terlalu mendekat pada Axcel, karena takut debaran jantungnya terdengar oleh pria itu. 

Sampai di akhir tangga, Aruna tak lagi melihat keduanya, namun suara langkah serta obrolan mereka masih terdengar. Sangat jelas sampai membuat Aruna berhenti untuk melangkahkan kakinya. 

"Cel, bentar deh ada yang mau gue omongin." 

"Apa?" 

"Gue … udah lama suka sama lu, lu mau kan jadi pacar gue?" 

o0o

Libur adalah hari yang sangat ditunggu Axcel, dia sudah lelah dengan berbagai macam kegiatan yang membuat kepalanya berat, bahkan juga tidak sempat hanya untuk bertegur sapa dengan Aruna. Tapi dia mulai merasa jika akhir-akhir ini seniornya itu seperti mengabaikannya. Axcel bukannya tak ingin makan siang bersama atau sekedar belajar di perpustakaan kota seperti waktu itu, hanya saja waktunya di kampus sangat terbatas dan Axcel juga tahu Aruna pasti semakin sibuk dengan skripsinya. Ia tak ingin mengganggunya.

I Did [VMin]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora