Chapter 26 - Makan Siang

70 9 1
                                    

#Day26
#Clue; Rebung 

#Day26#Clue; Rebung 

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

POV NORMAL

Melihat keindahan alam semesta yang tidak ada habisnya adalah sebuah anugerah, bisa bernapas dengan tenang dan menikmati udara sejuk yang dihasilkan pepohonan, adalah hal yang paling membahagiakan. 

Seseorang duduk dibawah pohon menikmati kesendiriannya, menatap padang ilalang yang terhampar luas di hadapannya. 

Beberapa hari yang lalu, ada penduduk yang melihat portal terbuka di daerah padang ilalang ini, hingga akhirnya dalam tiga hari ini dua hingga tiga orang berjaga di daerah ini. Tapi entah kenapa kali ini hanya ada satu orang yang duduk berjaga di bawah pohon sambil menikmati sebuah apel yang entah dari mana. 

Dalam keheningan yang damai, tiba-tiba saja angin berhembus sangat kencang, sang penjaga tahu ini adalah tanda jika portal telah dibuka, dengan bantuan burung-burung kecil yang beterbangan di sekitarnya, ia menyampaikan pesan agar burung-burung itu pergi ke tempat dimana sang pemimpin berada saat ini. 

Setelah melihat burung-burung itu menjauh, sang penjaga melihat ada lubang hitam yang ukurannya semakin membesar melebihi portal yang biasa dibuka oleh para penjelajah yang ditugaskan untuk melindungi alam semesta yang lain. 

"Tidak, ini buruk!" gumamnya, dengan kekuatan yang ia punya, pria itu berusaha untuk menutup kembali lubang portal itu. 

Tapi sesuatu menghentikannya, sebuah benda runcing yang tiba-tiba saja melayang keluar dari portal itu dan menembus tepat di dada sang penjaga. Pria itu berlutut kesakitan, isakan terdengar lirih dari bibirnya tapi bukan menangis karena ia harus mati hari ini, tapi karena merasa gagal menjalankan tugasnya untuk menjaga portal itu. 

Terlambat, itu yang mungkin disesalkan oleh beberapa penjaga yang datang ke padang ilalang. Mereka terkejut karena kini tanah lapang itu hanya di penuhi debu hitam yang di terbangkan oleh angin yang berasal dari satu jasad dengan anak panah masih menancap.

"Makhluk kejam apa yang menghanguskan semua ini?" teriak sang panglima yang berdiri di barisan terdepan. 

"Mencariku?" 

Sosok angkuh dengan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, membuka penutup kepalanya, senyum angkuh ia tunjukkan dan di belakangnya ada begitu banyak yang berpakaian serupa dengannya. 

"Apa mau kalian? Ini bukan dunia kalian, cepat pergi! Jangan membuat kerusakan di negeri kami!" usir sang panglima dengan jubah hijau kebiruan dan menunggangi kuda hitam tanpa pelana. 

"Kami akan pergi, tapi setelah mendapatkan Amethyst!" 

"Dasar manusia-manusia serakah! Kalian tidak akan mendapatkan Amethyst di sini." 

Namun sepertinya ucapan sang panglima tidak diterima oleh pemimpin musuh dan terjadilah pertempuran sengit di antara mereka. Banyak pihak musuh yang tumbang karena semua prajurit Alstro memiliki kekuatan istimewa sementara mereka hanya membawa senjata tajam serta kuda.

I Did [VMin]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora