Chapter 31 - Menyelamatkan

87 13 7
                                    

#Day31

#papa ;

Papa adalah miskin, sengsara. Atau dalam Hindu diartikan berdosa. Yg nggak enak2 pokoknya.
Kata turunan ; Kepapaan.

 Kata turunan ; Kepapaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


POV NORMAL

Kabut tebal menyelimuti kawasan pepohonan yang rimbun, nampak beberapa rumah cantik yang bertengger di dahan kokohnya tersusun rapi. Anak tangga yang terbuat dari papan kayu turut menghiasi pohon tersebut, jika biasanya pagi identik dengan keributan penduduk desa yang akan pergi ke ladang, kali ini semuanya sunyi. Musim dingin membuat mereka berlomba-lomba merapatkan selimut dan enggan beranjak dari tempat tidur. 

Namun bukan hanya itu alasan yang membuat mereka tetap berada di rumah, di musim yang sama beberapa tahun silam, kebahagiaan musim dingin telah di renggut dari mereka. Kepapaan melekat dalam benak mereka, tentang bagaimana para manusia merenggut kebahagiaan yang selama ini menyelimuti penduduk Alstroemeria. 

Ladang, rumah, bahkan tempat suci mereka telah terjamah dan hangus. Keserakahan mereka berdampak buruk terhadap kehidupan di sana, serta meninggalkan luka dalam bagi mereka yang kehilangan. Kegelisahan dan kepapaan akan terus mengikuti, sampai akhirnya yang ditakdirkan datang, untuk kembali membawa kedamaian di dunia mereka. Ramalan dari tertua Lordum menjadi pegangan dan harapan penduduk Alstroemeria. 

Axcel terbangun, mimpinya kali ini semakin jelas, ia seolah menyaksikan bagaimana orang-orang menangis dan terlihat putus asa. Bagaimana para anak-anak yang seharusnya bisa tumbuh dengan baik bersama keluarganya, justru kehilangan salah satu dari mereka. 

Dadanya sesak seolah ia merasakan kesedihan itu, rasa sakut kehilangan amarah dan putus asa membuat gemuruh di dadanya seperti kejadian itu ada di depan matanya. 

Menyeka keringat di wajah dengan gusar, Axcel mengatur napasnya yang memburu dan segera beranjak dari tempat tidur. Ia membuka jendela kamarnya dan membiarkan rimbun pohon di depan kamarnya membawa angin seperti ingin membantu menenangkan gundahnya. 

Kemarin ia urungkan untuk bertanya pada Arkan tentang kedekatannya dengan Darrel, karena ia berpikir mungkin memang mereka sudah saling mengenal dan dekat tanpa sepengetahuan dirinya. Meskipun Arkan sendiri tidak pernah menceritakan soal pria itu padanya,  ia enggan untuk bertanya dan ikut campur. 

Belum lagi soal kalung Aruna yang terus mengusik dirinya, semua seperti puzzle yang saling terhubung, dari mulai acara kemah yang janggal dengan Aruna yang pingsan di tempat yang tampak asing. Juga tentang keanehan pada dirinya sendiri yang sejak lama tanpa sadar bisa melakukan sesuatu di luar nalar manusia. Axcel tak punya penjelasan akan hal itu. 

Satu yang paling mengganjal di benaknya, mimpi-mimpi itu. Mengapa semakin hari ia memimpikan hal yang sama dan semakin jelas, seperti mimpi itu menyampaiakan sesuatu tapi Axcel sama sekali tak bisa mengerti. 

Setiap ia habis bermimpi semua hanya semakin membingungkan, dan juga terkadang kekuatannya yang semakin kuat, ia berusaha mengendalikan tapi kadang berhasil kadang juga tidak.

I Did [VMin]Where stories live. Discover now