Chapter 45 - Pembalasan

68 10 1
                                    

#day45
#clue pampasan 

#day45#clue pampasan 

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

POV NORMAL

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

POV NORMAL

Pertarungan di dalam ruangan adalah hal yang tak disukai Arkan dan Feyra. Mereka sadar lingkup mereka terbatas, sepertinya Almeta mengerti kelemahan Alstro dalam hal ini. Para anggota Almeta yang mengepung tampak bersiaga, sejujurnya bagi Arkan dan Feyra mereka tak tampak seperti anggota Almeta, mereka hanya orang-orang tersesat tanpa ilmu dan punya ketamakan diri, entah bagaimana Almeta mencuci otak mereka, namun kini tatapan mereka terlihat membenci Feyra dan Arkan seolah mereka berdua adalah yang paling bersalah di sini. 

Senjata tajam dan senjata api telah siap di tangan mereka, siap menyerang menunggu aba-aba sang Pemimpin. 

"Apa yang kalian tunggu?" tanya sang Pemimpin kepada anak buahnya. Mendengar pertanyaan itu semua bergerak bersamaan. Beberapa menunggu giliran atau mungkin kesempatan.

Bunyi peluru bersahutan berusaha mengenai Arkan dan Feyra, akar tanaman bergerak acak menjadi tameng mereka, konsentrasi penuh pada pertarungan ini membuat keduanya tak bisa ke mana-mana. 

"Fey, hati-hati. Senjata tajam mereka dilumuri racun!" seru Arkan memperingati rekan setimnya. 

Sayang ucapan itu sulit untuk diikuti, Feyra berusaha menangkis dengan ranting pohon namun goresan dari belati beberapa kali mengenai akar dan juga dirinya. Feyra menyadari bahwa seharusnya luka goresan kecil tak membuatnya nyeri, nyatanya kebas mulai terasa di bagian yang terkena senjata. 

Arkan meliuk-liukkan badannya menghindari peluru yang datang ke arahnya, beberapa barang dengan berbahan kayu ia jadikan tameng menghalau peluru. Dirinya menyadari sesuatu saat melihat salah satu peluru yang menancap di kursi yang ia gunakan sebagai perisai, warna peluru itu tidak biasa. 

Kecurigaannya bertambah saat pipinya terkena peluru yang lewat, nyaris menembus pipi kanannya. Itu jelas tidak sakit tapi anehnya goresan itu membekas dan berwarna hitam. 

"Sialan! Si pengecut itu menggunakan racun Starlon!"

Feyra yang mendengar ucapan Arkan cukup terkejut. Pasalnya dia tidak menyangka jika musuh akan menggunakan cara licik seperti ini. Mereka tampak kewalahan, bukan karena serangan fisik, tapi racun itu perlahan meresap dan memperlambat pergerakan mereka. Sementara itu sang Pemimpin justru hanya diam menyaksikan peristiwa itu dengan seringai puas. 

I Did [VMin]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora