Bab 2

3.3K 514 65
                                    

Yang membuat Sophie mengorbankan kasur hangatnya malam ini adalah, ini pertama kalinya dia bertemu pelanggan yang ingin mencari wewangian kuda. Sophie ingin tahu, kuda seperti apa yang butuh parfum? Selain itu, pria di hadapannya saat ini tidak seperti pencinta hewan. Apalagi kuda juga bukan hewan yang kerap didandani atau duduk di pangkuan seperti kucing.

"Bisa lebih spesifik, sir? Kenapa anda butuh parfum untuk kuda?"

"Tidak ada? Kalau begitu aku akan cari toko lain," Dia menghela nafas dan berniat pergi.

"Tunggu! Maksud saya, saya harus memahami sebelum mulai meracik. Apa jenis kuda anda?"

"Kau itu seorang gadis, kau tidak  mengerti soal kuda,"

"Percayalah, saya lebih tahu soal kuda dari yang terlihat," Sophie menunjukkan tekadnya.

Sophie melihat seringai kecil dari balik tudung gelap itu. Pria itu masih meremehkannya.

"Aku datang dari tempat yang cukup jauh, dan ketika kudaku tiba di kota ini, dia menjadi gelisah dan sulit ditunggangi. Aku dengar wewangian bisa membuatnya tenang,"

Dia terlihat ragu sendiri dengan kalimatnya kemudian menggaruk belakang lehernya.

"Sudah kuduga, itu bodoh. Saya minta maaf sudah mengganggu waktu anda, nona. Lupakan saja," pria itu pun sekali lagi hendak pergi.

"Saya bisa melakukannya, sir. Bisa saya melihat kuda anda?"

Ada sedikit tatapan meremehkan dari pria itu sebelum akhirnya mengangguk meminta Sophie mengikutinya.

Di teras toko, tertambat seekor kuda bersurai indah dengan bulu cokelat terang keemasan. Dia menggerakkan keempat kaki tegapnya gelisah dengan hidung terus mendengus.

"Kami sudah meminta seorang ahli mengecek kesehatannya dan dia bilang kudaku tidak sakit apapun, kalau dia terus seperti ini, mungkin aku harus meninggalkannya dan memakai kuda lain,"

Sophie mendekat dan membelai leher kuda indah itu. Jelas itu bukan kuda sembarangan, apalagi yang biasa digunakan untuk menarik kereta atau membajak ladang gandum. Itu adalah kuda yang biasa ditunggangi bangsawan, dan mereka hanya tunduk kepada pemiliknya saja.

"Kurasa dia merindukan sesuatu di rumahnya," Sophie menyimpulkan.

"Apa? Itu bodoh," pria itu nyaris tertawa.

"Dia itu cuma kuda," lanjutnya meremehkan.

"Kuda juga makhluk hidup, dan saya pernah bertemu kuda yang tidak mau makan kalau anaknya tidak berada bersamanya di satu kandang," sophie bersikeras.

"Aku merasa sia-sia karena menanggapi ini, tapi kudaku tidak punya anak,"

"Apakah baru-baru ini anda memelihara kuda baru di rumah anda, sir?"

"Apa hubungannya?"

"Saya hanya berusaha membantu anda, sir," Sophie saling bertatapan dengannya, menunjukkan keseriusan seolah itu adalah pertaruhan hidup dan mati. Pria itu jadi tidak sampai hati untuk terus meremehkannya.

"Baiklah, bulan lalu saya membeli seekor kuda dan dia tidur bersebelahan dengan kandangnya,"

"Jantan atau betina?"

"Betina,"

"Itu dia! Kuda anda sedang jatuh cinta, sir!"

"Baiklah, jelas aku sudah membuang waktuku di sini," pria itu tampak kesal dan hendak pergi.

"Saya serius, dan saya rasa saya bisa membantu anda,"

"Apakah anda mencoba menipu saya?"

"Anda boleh memutuskan saya menipu atau tidak setelah parfumnya selesai diracik," kata Sophie seolah menantang.

Taming The Villain DukeWhere stories live. Discover now