Bab 53 - Tawaran Sigmar

1.3K 291 56
                                    

Sophie membuat sketsa di buku gambarnya. Tatapannya kosong, dia mencoret pena, membuat gambar yang sulit dipahami bahkan untuk dirinya sendiri. Seolah-olah ingin melarikan diri dari pikirannya sendiri. Sudah berhari-hari dia jarang bicara ataupun tertawa. Rasa putus asa meliputinya, dia benci dengan Thaddeus, dengan statusnya sebagai putri, serta dengan dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa.

Sophie seorang jenius. Di benaknya beragam ide bermunculan. Sophie juga punya rasa ingin tahu tinggi. Tapi rasa frustasi semakin menguasainya setiap kali dia ingin melakukan sesuatu, karena dia tidak bebas berbuat apapun yang diinginkannya.

Thaddeus tidak main-main dengan ancamannya. Dia pernah mencoba membunuh Roran. Apa sulitnya membunuh putri tidak berdaya seperti Sophie? Sophie memang merasa putus asa, tapi dia masih ingin hidup. Pria itu, jelas ingin memanfaatkannya sampai titik darah penghabisan. Tidak hanya soal membuat parfum. Thaddeus kini mencoba menggunakannya sebagai mata-mata, persis seperti para wanita yang dulu dimanfaatkannya.

Dia tidak punya siapapun untuk mengadu. Kontrak boneka antara raja dan Thaddeus tidak bisa dipatahkan kecuali oleh Raja. Dan raja tidak peduli akan putrinya sendiri. Sama seperti Thaddeus, sophie adalah alatnya. Alat untuk bernegosiasi demi menjaga nyawa putranya yang lain, Roran.

Lalu apa Sophie bisa hidup dan bernafas sebagai dirinya sendiri? Semua ini akan mudah seandainya sejak lama dia dididik sebagai putri bangsawan yang penurut dan lemah. Tapi masa lalunya tidak seperti itu. Sejak lama sophie adalah pejuang. Walau tubuhnya terkekang, jiwanya memberontak.

Sudah beberapa hari berlalu sejak keputusan ratu. Ratu membatalkan acara ulang tahun sophie demi menggantinya dengan resepsi pernikahan. Tidak lama lagi, sophie akan benar-benar menjadi milik thaddeus, propertinya, boneka penurut yang pandai membuat parfum. Serta satu lagi fungsi tambahan, penghasil penerus bagi keluarga caleigh.

Lalu, apa hak sophie bagi dirinya sendiri? Kuliah di jurusan yang dia inginkan saja tidak bisa. Apalagi menjadi perfumer dan punya karirnya sendiri? Dia kini bahkan harus berhenti kuliah sebelum bisa mendapatkan gelar. Dia akan dipanggil duchess, dihormati dan dikagumi. Tapi itu sama sekali tidak menunjukkan nilai sebenarnya dari seorang Sophia Rose Antoirre.

Kelas gabungan, adalah kelas mata kuliah umum yang diikuti oleh mahasiswa lintas jurusan. Edward Burdock adalah pengajarnya. Dia profesor yang mengajar mata kuliah sejarah parfum. Karena parfum adalah kebanggaan anatoille, ada mata kuliah khusus yang wajib diikuti semua mahasiswa.

Sophie melihat Sir Edward, seorang count. Umurnya mungkin sudah lebih dari delapan puluh tahun. Walau bicaranya lambat, rambutnya putih dan kerutan terlihat jelas di wajahnya, dia berjalan dengan cepat dan bahkan sulit diimbangi dengan kecepatan langkah sophie sendiri.

Dia telah mengajar selama enam puluh tahun di Grandital. Dia tidak pernah melewatkan satu haripun menulis Jurnal yang dia simpan rapih di lemari buku kantornya. Thaddeus menginginkannya. Terutama buku jurnal yang dia tulis sekitar tiga puluh tahun silam.

"Putri, kau ikut mata kuliah ini? Ini untuk siswa tingkat dua," Sigmar menyapa. Sophie menoleh dan memberinya tatapan datar. Tentu saja dia tahu itu. Tapi dia akan segera menikah dan tidak bisa menunggu sampai tingkat dua untuk ikut mata kuliah ini. Edward Burdock juga mengajar mata kuliah seni selain sejarah parfum. Tapi sophie tidak punya kelas lain bersamanya.

"Aku perlu ikut kelas ini, aku hanya ingin tahu," kata Sophie.

"Kau benar-benar suka dengan parfum ya? Kau punya lab sendiri di rumah?"

"Hanya hobi, aku juga hanya bisa membuat parfum tidur dan parfum biasa," tanggap Sophie setengah acuh.

"Ah iya, kau menggunakan parfum yang kuberikan kemarin?" Sophie berhenti menggambar dan lebih fokus dengan sigmar.

Taming The Villain DukeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora