Bab 48 - The Duke Returns

1.2K 243 65
                                    

"Cepat Carl, mana kopiku?" Thaddeus tampak tidak sabar sambil membenahi jas dan dasinya. Carl sendiri terlihat gugup sambil membawa nampan berisi kopi dan kue kering di sebuah piring.

Thaddeus berdiri di pinggir jendela sambil melihat keluar rumah yang sedang dia singgahi. Itu bukan rumahnya, dia sedang melakukan kunjungan bisnis mendadak. Jadwalnya di selatan selesai lebih cepat tapi itu tidak membuatnya bermalas-malasan. Thaddeus segera menyuruh andrei dan carl untuk merombak jadwalnya, mengirim lusinan surat pemberitahuan dan merepotkan banyak orang.

Tapi thaddeus tidak menerima alasan apapun. Dia orang berkuasa, semua orang membutuhkannya. Selain itu, ketika Sophie masih tinggal di rumahnya, thaddeus mencurahkan terlalu banyak waktu untuk mengajari tunangannya. Sehingga saat ini dia begitu sibuk.

Carl dengan hati-hati meletakkan kopi, sebuah jar berisi gula Palem dan teko kecil berisi susu yang sudah dihangatkan. Ketika thaddeus sedang bepergian, dia tidak mudah menerima orang lain yang tidak dikenal untuk melayaninya. Carl harus selalu berada di sisinya untuk memberi apapun yang sang duke butuhkan. Bisa dibilang, separuh hidup carl adalah milik sang duke. Dia bahkan tidak mengizinkan dirinya sendiri untuk memikirkan hal lain selain kepentingan tuan nya.

Ketika carl pergi berlibur, dia terus saja memikirkan urusan pekerjaan di rumah sang duke. Carl ragu apakah dia bisa menikah dan punya kehidupannya sendiri di masa depan?

Carl membiarkan sang duke menikmati pemandangan di luar jendela sambil meminum kopinya perlahan. Selama beberapa bulan belakangan, thaddeus sudah kembali ke kebiasaan lamanya. Dia sempat mengganti kopi dengan teh, menukar tanaman kebunnya dengan bunga lain serta membuang parfum kuda yang dibuat oleh sophie.

Dulu, dia begitu kecewa dengan keputusan raja untuk menikahkannya dengan sang putri. Karena seolah sang raja mengejeknya terang-terangan. Mengingatkannya kalau saat ini sang raja jelas jauh lebih berkuasa ketimbang dirinya. Tapi perlahan dia menjadi lebih tenang dan rasional.

"Sudah saya duga, kopi di pagi hari membuat anda lebih tenang, your grace," Carl tersenyum.

"Ya, aku tidak cocok dengan teh,"

"Anda kembali ke kebiasaan anda minum kopi ketika sarapan, apakah itu artinya anda sudah menerima pertunangan anda dengan putri sophia?"

Thaddeus berhenti minum sejenak, melihat ke arah carl dan bicara tanpa senyum.

"Dulu aku hanya bersikap kurang dewasa dan emosional, tapi setelah kupikir ulang, dia cocok menjadi duchessku. Selain itu, keahlian parfumnya tidak tergantikan," thaddeus bersikap setengah acuh.

Karena dulu sophie pernah membuatkan thaddeus parfum untuk kuda yang diracik menyerupai suasana pagi di rumahnya— thaddeus ingin mengubahnya. Itu adalah wujud protes pribadinya atas keputusan sang raja.

Carl berpikir, thaddeus bersikap seolah-olah keberadaan sophie memang sudah seharusnya. Dan dia juga kembali memuji keahliannya dalam membuat parfum. Carl memang tidak punya pengalaman romansa apapun, tapi dia berharap sang duke menunjukkan sisi emosionalnya lebih banyak ketimbang logika.

"Tidakkah anda merindukannya, your grace?" Carl tersenyum, sedikit menggodanya.

Kali ini thaddeus melihat ke arahnya, masih tidak tersenyum.

"Apakah merindukannya akan membuat pekerjaanku selesai lebih baik? Aku tidak butuh pengalih perhatian," katanya dingin.

Thaddeus membuka surat kabar, itu salah satu rutinitas wajib hariannya. Thaddeus biasanya langsung membuka halaman ketiga, dimana berita politik dan ekonomi berada. Tapi belakangan, tanpa dia sadari dia selalu melihat halaman pertama. Lembar dimana kolom gosip berada.

Taming The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang