Bab 76 - Escaping

1.1K 267 80
                                    

Sophie tidak membiarkan dirinya berlama-lama depresi. Tentu dia sudah menduga kalau raja tidak akan menepati janjinya. Sophie tidak hanya diam berusaha membuat parfum selama dia di istana raja. Dia menyusun rencana lain. Dua hari sejak raja menerima parfum lili saljunya, dia belum melakukan ritual. Sophie tahu, karena ritual itu juga punya aturan lain yang harus dipenuhi. Raja tidak akan melakukannya dalam waktu dekat.

Tentu saja, memiliki raja diktator abadi bukan hanya bencana bagi Anatoille melainkan bagi seluruh dunia. Sophie harus mencegah ritual itu dan dia harus bebas. Sayangnya dia tidak akan mendapatkan semua itu jika dia hanya berdiam diri sebagai putri yang lemah dan menunggu untuk diselamatkan.

Sophie sudah cukup mengenal dunia politik serta militer. Dia membaca banyak buku mengenai itu di rumah thaddeus. Dia menyaksikan langsung bagaimana sang duke dan para ksatrianya memanipulasi orang-orang lemah demi kepentingannya. Sophie sering menentangnya dan beberapa kali mencoba menyabotasenya. Tapi kali ini, sophie akan keluar dari citra gadis baik hati dan penyuka perdamaian.

Ini perang. Dan dia tidak akan bisa memenangkan sebuah perang tanpa perjuangan.

Sophie memegang sebuah ampul berisi parfum di tangannya. Dia duduk di sofa kamarnya dengan pakaian tidur. Matanya yang cantik menerawang keluar jendela. Dia menunggu pintu kamarnya diketuk.

"Sarapan anda tuan putri," seseorang memasuki kamar. Dia adalah Lisa, pelayannya. Mereka Tentu sudah diberitahu oleh kepala pelayan istana raja soal dirinya. Mereka adalah staf terlatih dengan kesetiaan penuh kepada raja. Dia tersenyum tanpa ketulusan sambil mendorong troli makanan ke kamar.

Sophie tahu, kalau dia menangis dan memohon atau menawarkan imbalan, dia tetap tidak akan dibiarkan pergi. Jadi, sophie tidak banyak mengeluh selain menyatakan kecewa terhadap kentang tumbuk yang dingin serta teh yang terlalu panas. Dia tidak mau membuang tenaganya untuk membujuk para pelayan itu agar membebaskannya.

Sophie mencengkram botol parfumnya. Dia membuatnya dengan sisa bahan yang bisa dia gunakan. Raja cukup cerdik, dia tahu parfum bisa dijadikan senjata. Karena itu laboratorium sophie hanya diisi dengan bahan-bahan khusus untuk membuat minyak lili salju.

Tapi sophie bukan perfumer biasa. Dia bisa membuat racikan parfum dengan mengekstrak bahan yang ada. Dia mendapatkan kandungan racun biru dari bluberi yang diantar ke lab. Tidak ada yang curiga ketika dia meminta keju hitam serta beberapa sayuran. Mereka percaya itu semua untuk konsumsi sang putri. Mereka tidak tahu kalau dia bisa membuat bahan parfum darinya.

"Apa yang dilakukan pangeran roran?" Sophie bertanya. Si pelayan wanita melihat sophie baru saja membaca surat kabar.

Roran tidak ada di istana. Dia sangat sibuk. Dia pergi ke utara dan banyak negara bagian untuk memperkenalkan dirinya. Raja sepertinya menambah jadwal kesibukan roran sampai kakaknya itu harus cuti berkuliah. Entah karena alasan apa. Raja melakukan itu seolah sedang mempersiapkan kematiannya sendiri. Tapi, itu tidak benar. Raja ingin hidup selamanya.

Yang jelas, opsi meminta tolong kepada roran, atau diam-diam menghubunginya bukanlah pilihan. Roran tidak bisa ikut dalam rencananya. Dia sudah mendedikasikan diri sebagai putra mahkota Anatoille. Dia bahkan tidak berusaha mencari adiknya. Dia percaya mentah-mentah semua perkataan Raja. Itu aneh, karena sophie mengenal roran. Apakah raja melakukan hal serupa seperti pada sophie? Mungkin Raja telah mengancamnya atau sejenisnya.

"Pangeran roran melakukan tugas penting atas perintah Raja, tugas kenegaraan," Lisa menjawab dengan nada formal.

"Duduklah, temani aku minum teh," kata sophie.

Pelayan itu berubah gugup. Dia terlihat keberatan.

"Ti-tidak. Terima kasih yang mulia, saya—"

"Aku tidak bisa mengobrol dengan siapapun selama ini. Apakah raja melarangmu minum teh bersamaku? Ayo duduklah, ceritakan yang kau tahu,"

Taming The Villain DukeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz