Bab 77 - Duke vs King

1.1K 259 52
                                    

Sophie mengetatkan mantel yang menutupi kepalanya. Dia telah mengganti pakaian yang basah dengan baju pelayan di rumah Thaddeus dan kereta kudanya berderap kembali ke Istana. Mungkin beberapa orang akan berpikir itu tindakan bodoh, Thaddeus juga sempat ragu. Tapi, jika sophie terlihat kembali ke rumah Duke tanpa izin, maka itu artinya Thaddeus telah menentang raja. Hukumannya tidak ringan.

Pilihan terbaik adalah agar Sophie berusaha keluar dari istana dengan persetujuan raja. Itu tidak mudah tapi sophie akan bersabar. Selain itu, Sophie sudah menilai kalau raja tidak akan menyakitinya selama dia belum memulai ritual. Karena raja akan memastikan parfum yang dia berikan asli dan berhasil. Jika gagal, raja akan memaksa sophie untuk kembali membuatnya.

"Yang mulia, kepala saya sakit sekali," pelayan yang tadi diminta sophie menyamar sebagai dirinya tampak memijit keningnya bingung. Dia telah kembali memakai seragam pelayan dan sophie telah menetralisir parfum yang mempengaruhi inderanya.

Sophie duduk kembali di sofa yang ada di kamarnya dan minum secangkir teh yang sudah dingin seolah tidak terjadi apapun. Sophie tersenyum elegan kepadanya.

"Kita mengobrol banyak tadi, masa tidak ingat? Kau menghabiskan banyak pai dan teh," Sophie tersenyum. Dengan segera raut wajah bersalah tercipta di wajahnya.

"Yang mulia, maafkan kelancangan saya!" Pelayan itu membungkuk dalam dengan gugup.

"Tidak apa, saya senang. Pergilah," Sophie melambaikan tangan, menyudahi sandiwaranya.

Sophie tidak membuang waktu. Dia harus kembali mengumpulkan bukti dan diam-diam memberikannya kepada Thaddeus.

***

"Sophie! Sophia!" Sophie tersentak. Suara itu terasa jauh. Mungkin berasal dari ujung lorong. Dia sedang berada di ruang kerja raja dan menggeledah beberapa mejanya. Sophie melakukannya dengan menggunakan parfum pengendali pikiran, tidak ada pelayan atau penjaga yang mencegahnya berkeliling istana. Mereka mengabaikannya seolah-olah dia hanya sebuah kerikil.

Tapi suara orang yang memanggilnya, jelas bukan berasal dari dalam istana. Itu roran. Sophie bingung. Haruskah dia mempengaruhi roran dengan parfum? Dia tidak tahu apa saja yang dia lakukan selama hilang berminggu-minggu.

"Sophia!" Roran tampak terengah. Entah insting macam apa yang dia miliki, tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan sophie. Padahal istana raja memiliki empat puluh ruangan berbeda.

Sophie dengan reflek menyembunyikan dokumen yang baru dia lihat ke balik daunnya. Dia tampan gugup. Ini mungkin pertama kalinya dia gugup di hadapan roran. Kakaknya adalah orang yang paling dia percaya.

Tapi raja bisa saja sudah mengutak atik otaknya.

"Roran, lama tidak bertemu, aku hanya mencari buku untuk—"

"Aku tidak peduli! Raja tahu soal kau adalah perfumer?"

"Apa?" Mantra orang gypsi masih mengikat lidahnya. Sophie tidak bisa menjawab.

"Aku sudah tahu, aku sudah mengetahuinya dari sigmar. Aku sudah menduga kalau ayah kita mengurungmu di istananya," Roran masih terengah seolah dia tengah dikejar sesuatu.

"Kau tidak mencariku," Sophie terdengar geram.

"Apa?"

"Aku menghilang selama berbulan-bulan dan kau tidak mencariku. Jangan bilang kalau kau percaya perkataan Raja dan—"

"Aku juga sama!"

"Apa maksudnya?"

"Aku juga sudah tidak berada di ibukota selama berbulan-bulan. Memangnya apa yang mereka katakan kepadamu?"

Taming The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang