Bab 72 - Thaddeus Date

1.1K 228 36
                                    

"Lady Evelyn, silahkan berjalan di sebelah kiri saya. Matahari hari ini cukup terik, saya tidak ingin anda merasa tidak nyaman," Thaddeus mempersilahkan seorang lady yang memiliki rambut pirang lurus berpindah ke sisi kirinya, dimana ada barisan pohon Palem berjajar menjadi peneduh.

Evelyn Whitaker adalah putri kedua marquiss whitaker. Dia terkenal akan perilakunya yang lemah lembut dan kulitnya yang seputih salju. Malah, dia nyaris pucat. Matanya biru dan dia tampak serapuh boneka porselin.

Thaddeus dan Evelyn bertemu di taman kota untuk saling mengenal. Tentu saja, thaddeus tidak menginginkan ini. Mistressnya, sophia, yang memaksanya. Dia bilang, thaddeus harus segera mendapat duchess baru. Itu agar sophie tidak merasa harus memikirkannya atau mengkhawatirkan kesehatannya. Sifat sophie yang mudah cemas dan baik hati adalah keuntungan bagi thaddeus.

Karena bisa saja gadis itu benar-benar pergi dari hidupnya dan tidak memedulikannya. Thaddeus tidak peduli apakah yang dirasakannya saat ini adalah rasa kasihan atau kelemahan. Dia cukup puas masih bisa memeluknya, bicara dengannya dan memilikinya walau dalam rahasia.

Dia mencintainya. Thaddeus bersedia selamanya hidup tanpa seorang duchess asalkan sophie tetap bersamanya. Namun, sophie terus mendesaknya untuk mulai berkencan. Sophie terus berkata kalau dia tidak bisa terus menerus menjadi mistressnya. Sophie bahkan pernah membahas kalau dia juga mengharapkan kehidupan normal.

Apakah itu artinya sophie mungkin juga mempertimbangkan untuk menikah lagi?

"T- terima kasih, your grace," Evelyn tersipu. Thaddeus tersenyum. Gadis itu mudah ditebak. Mudah juga dimanipulasi. Sama seperti gadis-gadis lain yang dia kenal. Mereka akan takluk dengan mudah, menyerah dan luluh hanya karena beberapa perlakuan baik darinya. Thaddeus tahu cara menguasai wanita, membuat mereka mabuk akan cinta bahkan sampai menyerahkan segalanya untuk Thaddeus.

Beruntung, thaddeus punya prinsip tidak akan menyentuh wanita manapun sebelum menikah. Karena gelar dan kedudukannya sangat dihargai di Anatoille. Seorang anak haram hasil benih seorang duke bisa hidup nyaman sampai mati. Para wanita itu dan seluruh keluarganya bisa mengambil keuntungan darinya.

Tapi thaddeus tidak keberatan melakukan affair dengan sophia. Jika dia hamil, itu bagus. Sophie tidak akan punya pilihan lain selain kembali kepadanya. Hanya thaddeus yang bersedia menerimanya. Namun gadis itu tahu kapan thaddeus boleh menyentuhnya. Dia tidak ingin hamil. Thaddeus nyaris putus asa berusaha menerka apa yang ada di kepala sophie. Dia tidak tertebak, tidak ada yang bisa mengendalikannya, suatu hari dia bisa menghilang begitu saja jika dia ingin. Karena itu, thaddeus harus mendekatinya secara perlahan.

Thaddeus bersedia untuk mengenyahkan rasa cemas sophie dengan berkencan. Dia akan membiarkan sophie berpikir kalau thaddeus siap menikahi duchess baru. Padahal, dia tidak akan melakukannya. Kalau sophie tidak mau menjadi duchess, maka selamanya dia akan melajang.

Thaddeus sendiri terkejut dengan obsesinya yang menyakitkan. Dia merasa terkutuk dan berharap sophie mungkin memperdayainya dengan parfum cinta. Tapi sayangnya bukan itu yang terjadi.

"Your grace, saya tahu toko pastry yang sangat enak di dekat sini. Apakah anda bersedia menemani saya minum teh?" Lady Evelyn bertanya malu-malu.

"Ya, tentu saja, Lady Whitaker," kata thaddeus layaknya gentleman.

***

"Cuacanya bagus, tapi sedikit panas, maaf saya harus melepaskan syal saya," Lady evelyn dengan tersipu melepas syal putihnya, melipatnya dan menyimpannya. Kini thaddeus bisa melihat bahu yang terbuka dan sedikit belahan dada.

Thaddeus mengangguk dan meminum tehnya. Sudah biasa. Tidak sedikit gadis-gadis yang memakai pakaian mengundang ketika bertemu dengannya. Tapi dia tidak menyangka kalau Lady evelyn yang pemalu juga melakukan itu. Dia cantik, walau di matanya sophia tetap yang paling sempurna.

Taming The Villain DukeΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα