Bab 26 - The Queen's Palace

1.5K 270 17
                                    

Hari menjelang sore, langit cerah nyaris tanpa awan. Matahari bersinar cukup terik walau sudah melewati puncaknya. Para Lady yang sedang berkumpul di kebun kebanggaan ratu charlotte, semuanya memakai topi lebar yang dianyam dan dihiasi dengan bunga imitasi. Sophie bisa melihat kalau para Lady itu berkeringat, dan sesekali mereka menyapunya dengan saputangan.

Sophie duduk bersama ratu, di meja yang dinaungi pohon zaitun besar yang rimbun. Koki menyajikan teh assam dengan perasan lemon dan jeruk. Serta sajian aneka kue manis dan krim. Ada juga seiring roti lapis ukuran kecil yang berisikan salami dan daging tuna cincin.

Sophie tidak terlalu suka acara minum teh di kebun. Selain angin yang sewaktu-waktu bisa menerpa dan menerangkan topi mereka, sophie juga tahu kalau pohon-pohon dan semak di sana dihuni ulat dan serangga. Insiden bulan lalu ketika seekor ulat daun masuk ke gelas seorang Lady bangsawan masih menimbulkan rasa teror di hatinya. Memang, kebun bunga ratu sangat indah. Dia dan para tukang kebun sudah berusaha keras merawatnya. Wajar kalau dia ingin memamerkannya.

Tapi tetap saja, ulat daun serta kepompong yang begitu mudah terlihat di setiap dahan pohon itu, tiba-tiba menghilang.

"Saya tidak ingin merusak hari, tapi, sepertinya para tukang kebun sudah melakukan pekerjaan yang bagus. Aku tidak melihat ulat, atau daun yang berlubang," Sophie berbisik kepada sang ratu yang baru selesai makan sepotong pai apel.

"My dear, sophia, kau memperhatikannya? Ya, aku tidak mau Insiden yang lalu terulang kembali. Jadi,  dengan susah payah aku mendapatkan parfum pengusir ulat yang ampuh.

"Parfum?"

Sophie, yang pernah bekerja di ladang gandum sangat asing dengan penggunaan parfum sebagai pengusir hama. Biasanya, mereka menebar air garam bercampur pupuk tertentu. Yang walaupun cukup ampuh, telah merusak kualitas tanah, membuatnya tidak terlalu produktif lagi.

Sophie mengerti kenapa ratu charlotte dulu seolah membiarkan hama hidup di kebunnya. Karena dia tidak mau menggunakan cara itu.

"Kau tahu, Sophie, parfum bukan hanya untuk wewangian saja, atau mengharumkan seprai baru dan sebagai aromaterapi ketika berendam. Kita menggunakan parfum juga untuk hal lainnya,"

"Seperti apa?" Sophie jelas bukan amatiran. Dia belajar banyak di summerville bersama Rhea.

"Ada parfum yang bisa membuat seseorang jatuh cinta, kudengar countess kailon punya sumber yang bagus untuk itu, dia tidak mau membocorkannya. Lihat saja, kemanapun dia hadir di pesta, para pria mendekat kepadanya," ratu charlotte berbisik.

Sophie memiringkan kepalanya, berpikir, memang, ada parfum yang diciptakan untuk personal. Komposisinya dipatenkan oleh pembelinya dan hanya boleh dibuat oleh si pemilik paten. Parfum cinta, bukan hal yang langka, tapi tidak banyak yang benar-benar ampuh. Sophie sendiri masih penasaran untuk membuat parfum cinta yang benar-benar efektif.

Konon, ketika seorang perfumer menemukan formulanya, dia bisa menjualnya dengan harga luar biasa mahal. Sophie dulu ingin sukses dengan cara itu. Itu sebelum dia secara tiba-tiba dinyatakan sebagai putri kerajaan dan uang tidak lagi menjadi minat utamanya.

"Ada juga parfum yang membuat kita dijauhi, kadang ada orang aneh seperti itu. Seperti mereka yang penyendiri dan tidak mau bersosialisasi," salah satu Lady berkomentar.

"Aku juga pernah dengar ada parfum emosi, yang digunakan untuk merundung seseorang. Siapapun yang memakai parfum itu akan menimbulkan amarah bagi yang mencium baunya, berakhir dengan kekerasan atau persekusi," Lady lain tampak ngeri.

"Parfum emosi? Begitu kalian menyebutnya?" Sophie bertanya.

"Yes, my dear. Setiap parfum yang bisa memengaruhi perasaan dan emosi seseorang disebut parfum emosi," ratu charlotte menegaskan.

Taming The Villain DukeWhere stories live. Discover now