Bab 19 - Kontrak sang Raja

1.4K 272 18
                                    

Butuh waktu hampir dua minggu bagi Sophie untuk akhirnya bisa bertemu raja phillip secara privasi. Sebenarnya itu hampir mustahil, karena raja phillip selama ini memperlakukannya seolah tidak ada. Malahan, kali ini pertemuan mereka terjadi hanya karena raja yang menginginkannya.

Sophie tidak tahu alasannya, dia sempat berkirim surat dengan raja. Menyatakan keinginannya untuk bersekolah di universitas. Tapi surat itu tidak pernah dibalas. Dia ragu kalau raja memanggilnya untuk membahas itu. Lagipula, Sophie sudah menduga jawabannya. Kemungkinan besar tidak. Wanita bangsawan yang melanjutkan pendidikan sampai universitas nyaris tidak pernah Dia dengar. Apalagi usia Sophie masih enam belas tahun.

Raja phillip, membiarkan sophie duduk mematung di sofa ruang kerjanya, sementara dia menyelesaikan pekerjaannya. Raja membaca tumpukan perkamen, membubuhkan tanda tangan dan sesekali meminum kopi yang sudah dingin di mejanya.

Keheningan yang menyiksa sophie itu berlangsung selama sepuluh menit sebelum akhirnya raja menaruh penanya dan pergi duduk di sofa yang berseberangan dengan putrinya.

"Nah, sophia, apa kabarmu?"

"Berkat kemurahan hati anda, tidak ada kesedihan yang menimpa saya," kata sophie anggun. Itu terdengar terlalu puitis, tapi kata priscilla, seperti itulah cara bicara dengan raja. Dia boleh bicara apapun bahkan walau menggunakan kata kotor. Tapi seorang wanita bangsawan harus tetap elegan dan formal ketika berbicara dengan raja.

Raja phillip menggaruk dagunya, mengamati Sophie. Lalu dia mengambil sebuah surat bersegel yang dia taruh di meja di seberang sofa. Dia kemudian menunjukkannya kepada Sophia.

"Ini, adalah surat yang baru saja dikirimkan Thaddeus, Duke of Caleigh, mengenai sebuah kesepakatan," kata raja.

"Ya, yang mulia," Sophie menundukkan kepalanya. Dia cepat belajar, seorang putri tidak boleh langsung bertanya ketika sedang melakukan percakapan dengan raja kecuali setelah raja mempersilahkannya.

"Pernikahan kalian berdua nanti, adalah keputusanku. Itu adalah sesuatu yang tidak boleh dipertanyakan. Tapi, mengingat asal usul dan bagaimana kau dibesarkan sebelum ini— aku merasa berutang penjelasan," kata raja phillip memulai.

Sophie masih menundukkan kepala, dia berpikir tentang apa yang ingin disampaikan raja. Apakah dia akhirnya akan membahas soal ibu mereka rose? Atau mungkin meminta maaf karena sempat menelantarkan mereka berdua?

"Sophia, keluarga Caleigh adalah rival keluarga kita sejak ratusan tahun. Bahkan sejak sebelum kerajaan ini diciptakan. Tidak jarang, persaingan ini mengorbankan darah yang tidak sedikit. Masing-masing dari kami memimpin Anatoille dengan tangan berlumur darah. Itu, adalah hal yang akan dialami oleh kakakmu Roran. Pengkhianatan, percobaan pembunuhan, permusuhan adalah makanan sehari-hari kami para calon raja,"

Raja menarik nafas dan bersandar sambil melonggarkan kerah pakaiannya.

"Thaddeus, seharusnya akan menjadi putra mahkota, jika tidak ada Roran. Karena itu, ketika kau bilang dia mencoba membunuh Roran, itu bukan hal yang aneh sama sekali. Dia punya alasan kuat untuk itu,"

"Aku sudah mengatakan ini pada Roran, tentang segala ancaman dan resiko yang akan dia terima begitu dia mendapatkan gelar putra mahkota. Tapi kakakmu, sama sekali tidak mau mengotori tangannya. Dia pikir dia akan baik-baik saja walau dia tidak ikut menyerang atau berkonspirasi demi mempertahankan tahtanya. Kakakmu berpikir, niat baik dan sikap persahabatan akan membantunya untuk bertahan hidup,"

"Tapi sikap positifnya membuatku khawatir. Berbeda dengannya, kau sepertinya lebih rasional. Beritahu padaku sophia, apakah dengan menjadi seorang pacifist, pencinta perdamaian dan sportif akan selamanya membantunya untuk bertahan di singgasananya?"

Sophie mengangkat kepalanya, menatap langsung kepada raja.

"Maafkan saya, yang mulia. Tapi saya pun punya pikiran serupa. Saya tidak bisa membayangkan Roran melakukan hal seperti yang Thaddeus lakukan. Saya mengenalnya dengan baik. Kurasa, dia lebih baik mati daripada harus melakukan itu. Roran ingin menjadi raja yang baik. Tapi itu tidak akan ada artinya kalau dia mendapatkannya dengan cara yang jahat,"

Raja tersenyum, ada ekspresi kecewa darinya.

"Oh, aku mengerti. Seperti inilah ibu kalian mendidik kalian. Kudengar kau juga bertahan diperlakukan seperti budak oleh keluarga bibimu tanpa dengan sengaja membalas. Itu mengesankan, tapi aku tidak bisa menerimanya. Karena itu aku telah menghukum mereka," kata raja seolah baru saja memberi hadiah.

"Menghukum? Apa yang anda lakukan?"

"Tidak perlu tahu, itu bukan lagi urusan mu,"

"Kembali lagi ke pembahasan soal Thaddeus dan Roran, karena jelas kakakmu tidak akan bersedia melakukan hal serupa dengan Thaddeus, aku berpikir untuk melindunginya dengan cara lain,"

"Aku akan mengenalkan roran lebih dekat dengan kenyataan. Dia akan menghadapi interaksi nyata dengan kaum bangsawan di universitas. Di sana dia akan terbiasa dan beradaptasi dan kita bisa melihat sampai mana Roran akan bertahan dengan sikap keras kepalanya?"

"Sekarang tentang dirimu, sophia. Aku tahu, kau mungkin takut dengan Thaddeus. Tapi, dia punya kriteria nyaris sempurna sebagai calon suami di kalangan ningrat Anatoille. Beruntung dia masih lajang dan sampai saat ini dia tidak menolak perjodohan ini. Gadis bangsawan manapun akan bersukacita jika berjodoh dengan Thaddeus,"

Sophie punya banyak pertanyaan, dia tidak tahan untuk bertanya.

"Dia tidak menolak? Bagaimana bisa? Dia bersikap bermusuhan dengan saya di kali terakhir pertemuan kami,"

"Dan kalau saya boleh berkata, saya tidak menginginkan pernikahan ini. Tidak nyaman menghabiskan hidup saya dengan seseorang yang mencoba membunuh kakak saya,"

"Kalau begitu, lepaskan gelar putrimu, kembali ke summerville tanpa membawa apa-apa," kata raja dingin dengan senyuman tipis.

"Apa?" Sophie terkejut.

"Apa kau mengira kau di sini untuk pembicaraan antara ayah dan anak? Tidak, sophia, kau sama dengan gadis bangsawan lain. Kau hidup demi keluargamu, kalau kau tidak bersedia, aku mengizinkanmu pergi. Tapi itu artinya kau tidak akan bertemu roran lagi," kata raja Phillip. Itu membuat jantung Sophie berpacu cepat seketika.

"Saya— tidak bermaksud untuk itu, yang mulia,"

"Kau adalah cara lainku untuk melindungi Roran. Surat ini, berisi keputusanku, kalau aku telah menyerahkan dirimu kepada Thaddeus. Ini adalah kontrak boneka,"

Sophie tidak bisa menahan diri untuk tidak memandang tajam ke arah raja. Dia berusaha tetap sopan walau dia ingin berteriak. Kontrak boneka katanya? Itu lebih buruk dari sekedar perjodohan.

"Dari wajahmu, sepertinya marchioness emery juga sudah mengajarimu. Ini artinya, aku sebagai walimu telah menyerahkan dirimu ke keluarga Caleigh. Sebelum dan setelah pernikahan, mereka berhak mengatur dan memutuskan apapun soal dirimu. Sebagai gantinya, Thaddeus berjanji untuk tidak menyentuh Roran sampai sepuluh tahun kedepan dan bersumpah setia sepenuhnya kepada raja Anatoille. Kurasa waktu itu cukup bagi Roran untuk bersiap serta membentuknya menjadi putra mahkota yang baik," Raja tersenyum setelah menjelaskannya.

"Ini semua, demi kakakmu. Kau harus melindunginya dan membuatnya tetap hidup. Itu tidak buruk, sophia. Thaddeus bukan seseorang yang tidak bisa dibujuk. Barangkali dia bersedia mengizinkanmu bersekolah di universitas. Karena saat ini, sebagai raja, aku bahkan tidak lagi bisa membuat keputusan soal dirimu,"

####

Jangan lupa vote dan komentar ya^^

Taming The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang