Bab 47 - The Painting Class

1.1K 233 30
                                    

Aroma cat menguap di udara, sedikit seperti asam dan berbau tanah. Ketika uapnya mengenai hidung, air mata mengalir tipis tidak terbendung. Hari ini sedikit terik, sophie mengenakan gaun santai berwarna oranye pastel serta topi anyam lebar yang dihiasi dengan bunga krisan imitasi.

Dia menggunakan apron putih untuk menutupi gaunnya, demi menghindari tetesan cat minyak yang menetes dari kuas bulu ekor kudanya. Dia juga berusaha tidak mencium bau cat yang menguap karena udara hangat karena itu akan membuat matanya berair. Sophie berada di sebuah taman, masih bagian dari universitas grandital. Dia di sana bersama lebih dari selusin mahasiswa lain untuk melukis.

Sophie menghadapi sebuah kanvas persegi yang ditopang oleh tripod kayu. Dia sedang melukis sepetak kecil bunga lavender yang tumbuh semerbak di salah satu sudut kebun. Terlihat beberapa ekor kepik terbang dan mendarat di lembar daunnya sebelum kembali pindah ke tanaman lain. Sepertinya serangga tidak terlalu menyukai aroma bunga itu.

Lavender, penghalau nyamuk dan serangga. Untuk aromaterapi dia bermanfaat untuk relaksasi dan memberi tidur yang nyenyak. Ketika dioleskan ke kulit, bisa sebagai anti bakteri. Sophie menggumam dalam hatinya, sambil dengan lembut menarik garis di kanvasnya yang tidak lagi kosong.

Tanpa dia inginkan, dia mengingat kembali semua yang pernah dia pelajari di perpustakaan Thaddeus. Bisa dibilang dia sudah hafal semuanya. Dia mengenali wujud sebuah tanaman dan tahu persis apa kegunaannya dalam racikan parfum.

Cara mengekstraksi aromanya adalah dengan menempelkan kelopaknya ke lemak padat berulang kali sebelum dicairkan. Atau, dengan cara penyulingan. Sophie berpikir lagi.

Bagaikan lagu di kepalanya, sophie mengenang apa saja yang dia tahu. Kemudian dia meracik parfum itu di benaknya. Dia akan segera merasa bersemangat dengan itu dan menunggu hari dimana dia nantinya bisa berkunjung ke laboratorium rahasianya dan bereksperimen.

Sejak menjadi perfumer pribadi sang duke, sophie jadi tahu banyak hal. Sang duke, memberinya akses ke banyak bahan baku langka serta resep-resep parfum yang tidak umum. Tanpa sophie sadari, minatnya terhadap dunia parfum pun meningkat. Dia ingin menciptakan parfum terbaik, parfum paling efektif. Belakangan dia berhasil melakukan modifikasi dari resep parfum original untuk meningkatkan kekuatannya.

Dia bukannya ingin menyenangkan thaddeus, tetapi dirinya sendiri. Thaddeus tidak mudah memuji, karena itu ketika dia melakukannya, seolah dia mendapatkan legitimasi atas kemampuannya. Namun, belakangan permintaan parfum militer berkurang. Sophie seminggu sekali masih berkunjung ke mansion caleigh untuk meracik parfum. Tapi dia kini lebih sering menggunakannya untuk eksperimen pribadinya.

Minatnya terhadap parfum, dan puluhan eksperimen itu telah membangkitkan rasa haus di diri sophie. Dia ingin melakukan yang lebih. Dia ingin membuat parfum yang dulunya tidak mungkin ada. Sophie ingin mewujudkan mimpinya.

Karena sophie adalah seorang putri, dan statusnya di atas para siswa yang satu jurusan dengannya, tidak banyak yang bersedia berteman dengannya. Mereka hanya membungkuk, memuji, berbasa-basi dan enggan terlibat dalam kehidupan sophie. Mereka segan, karena merasa tidak setara. Kebanyakan mereka yang berkuliah di jurusan seni adalah orang biasa, atau bangsawan berpangkat rendah.

"Putri Sophia, anda sudah selesai?" Pengajarnya menyapa. Dia wanita paruh baya dengan pakaian terlalu longgar. Badannya sedikit gemuk dan dia mengenakan kacamata berlensa tebal.

Dia bangsawan, tapi bukan yang punya banyak uang. Bangsawan yang bersedia menjadi pengajar ada dua tipe. Pertama mereka yang terpaksa mengajar demi uang serta mereka yang mengajar demi kesenangan dan idealisme. Guru seni praktikal yang ada di hadapannya saat ini adalah tipe yang pertama.

Taming The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang