Bab 11

2.1K 290 25
                                    

Sophie tidak tahu nama jalan yang kini dia lewati. Dia tidak pernah ke ibukota dan tidak pernah berpikir kalau dia punya kesempatan ke sana. Tapi kini dia melangkah di lantai batu granit kasar yang disusun artistik di area pertokoan mewah, sambil diikuti beberapa pelayan berseragam yang membawa lusinan kotak dan peti. Semua itu berisi segala gaun, alat rias dan sepatu yang baru saja dibelinya.

Sophie terguncang setiap kali Priscilla menunjuk pakaian dan aksesoris di setiap toko yang mereka beli serta dengan mudahnya berkata kalau semua itu masuk ke tagihan istana. Setidaknya untuk satu hari ini saja Sophie sudah hampir menghabiskan seratus ribu krom.

Dia merasa baru saja melakukan hal kriminal. Seharusnya dia dipenjara. Bisa-bisanya dia berfoya-foya dengan uang rakyat Anatoille yang tidak semuanya sejahtera.

"Itu bukan uang dari pajak," Priscilla menanggapi, ketika untuk pertama kalinya jiwa aktivis Sophie muncul dan mengkritik dirinya sendiri karena sudah bersikap boros.

"Keluarga kerajaan punya anggaran, semua diambil dari hasil bisnis. Seperti hasil panen di tanah- tanah perkebunan milik keluarga Antoirre serta uang sewa lahan. Ada juga keuntungan dari hasil kapal dagang. Berhenti merasa bersalah. Kau berhak untuk ini, Sophie," Priscilla tersenyum seolah berusaha bersabar menghadapi anak kecil yang tidak tahu apa-apa.

"Umm, apa kau yakin?"

"Anggap saja ini imbalan kesabaranmu selama enam belas tahun, aku sangat geram memikirkan kau sering tidur di kandang kuda" Priscilla menambahkan lagi.

"Yah, bibiku memang disiplin,"

"Disiplin? Mereka perundung! Ah Sophie, bagaimana bisa kau masih mencoba membela mereka setelah apa yang mereka lakukan," Lady Emery tampak tulus berduka.

Priscilla Emery, tahu cara tepat memperlakukan Sophie. Dia tidak mudah menilai atau menghakimi. Dia penuh empati dan menyebarkan aura ceria. Ketika pelajaran etiket, walau juga tegas, dia paham ketika Sophie sedang lelah atau tidak fokus. Lady Emery biasanya berhenti belajar dan mengajak Sophie minum teh.

Sophie jadi maklum kenapa ratu Charlotte menyukainya dan kenapa dia adalah guru etiket bangsawan terbaik di Anatoille.

Menjelang pengumuman Roran dan dirinya sebagai pangeran, Sophie harus diperkenalkan perlahan. Tentu saja dia tidak bisa hadir begitu saja di acara besar tanpa ada seorang pun yang mengenal mereka.

Sophie akan menghadiri pesta, serta acara bangsawan di Ibukota. Itu semua berlangsung setidaknya dua kali dalam seminggu. Priscilla akan selalu mendampinginya untuk mencegah dirinya berbuat hal kampungan atau memalukan. Dia akan diperkenalkan sebagai kerabat raja, bukan seorang putri.

Besok adalah hari pertama. Sophie sudah tidak sabar untuk kabur. Tapi itu tidak mungkin. Menjadi seorang putri ternyata dia bahkan tidak bisa sebebas dulu ketika tinggal di rumah bibinya.

"Mari pesan makanan, Sophia. Kau mau apa?"

Saat ini mereka berdua singgah sejenak untuk makan malam. Restoran itu mewah, dengan penerangan kumbang api yang tidak depresi seperti yang dimiliki penginapan di wysterina dulu.

"Kurasa roti lapis, aku tidak terlalu lapar,"

Priscilla menunjuk sebuah cangkir yang mulutnya menghadap ke bawah di sudut meja Sophie.

"Jangan angkat tanganmu, kau gadis bangsawan. Ambil sendok yang paling dekat dengan tubuhmu lalu ketuk cangkir kristal itu satu kali,"

Sophie menurut,  dan memukulnya pelan. Namun tidak disangka suaranya cukup nyaring sampai membuat Sophie gugup. Setelah itu seorang pelayan datang dan mencatat pesanan mereka.

Semua orang di Anatoille mengenal Lady Emery. Tapi tidak dengan Sophie. Tentu saja itu membuat puluhan mata penasaran di restoran jadi memperhatikan mereka. Lady Emery tersenyum kepada Sophie. Dia selalu memulai pembicaraan, memastikan Sophie nyaman dan terbiasa dengan pergaulan kelas atas. Tapi sophie berpikir untuk memulai percakapan.

Taming The Villain DukeWhere stories live. Discover now