The new mission

81 12 0
                                    

pagi itu para agen CIA di sibukkan dengan misi besar-besaran yang akan di laksanakan bersama FBI. pengumumannya membuat orang-orang bertanya-tanya. kerjasama antara CIA dan FBI jarang terjadi, bahkan bisa di hitung jari jumlahnya. image saling bersaing di antara keduanya membuat persaingan itu menjadi suatu bentuk permusuhan di antara keduanya. tapi tidak untuk sekarang. Persepsi picik itu di tumbang dengan cara kerjasama yang benar-benar penting untuk pengabdian kepada negara dalam menjalankan misi penting. Louis mengerutkan kening, heran ketika semua agen di umumkan untuk berkumpul di ruang rapat. Peristiwa ini jarang terjadi. Selama ini yang ia tahu, CIA selalu menjalankan tugasnya dan FBI menjalankan tugas masing-masing tanpa menjalin hubungan kerjasama. Dan ketika pengumuman itu berbunyi, louis merasa semuanya hanya lelucon. Louis adalah tangan kanan liam. Liam selalu menceritakan apa saja padanya tentang hal kecil sekalipun. Dan mendengar kabar ini, ia merasa benar-benar bingung akan rencana liam. Mengapa ia tidak membicarakannya pada louis?

Berjalan keluar ruangannya, koridor terlihat ramai oleh agen lain yang berjalan menuju ruang rapat. Masih dengan kerutan di keningnya, louis menutup pintu ruangannya pelan. Ia segera mengancingkan jas yang ia kenakan.ketika orang-orang berjalan menuju arah yang sama untuk ke ruangan rapat, louis justru berbalik arah dan berlarian dengan cepar. Beberapa agen lain yang sedang berjalan tampak bertanya-tanya dengan tingkah louis.

"louis, kau mau kemana? Rapat akan segera di mulai!" louis tak mengubris bahkan menoleh atas seruan itu. namun ia tahu betul bila itu adalah suara michael. Yang ada di pikiran louis saat ini hanya satu,temui direktur liam dan menanyakan tentang semua ini. Sesaat setelah ia berada di depan pintu ruangan liam, ia masuk begitu saja tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"liam!" liam menoleh dengan satu alis yang terangkat. "ehm, maaf maksudku, direktur liam," dengan demikian liam mengangguk sambil tersenyum. Liam yang sedang memakai jasnya itu, mencari-cari sesuatu di atas mejanya. Semacam berkas yang nantinya ia butuhkan untuk pidato di ruang rapat.

"apa yang terjadi? Kau tidak memberitahuku terlebih dahulu?"

"ada banyak hal-hal yang tidak bisa kita beritahu pada orang-orang. Orang terdekat sekalipun. benar, bukan?" senyuman liam, membuat louis tergagap. Liam yang sedang berdiri terlihat seperti pemimpin sesungguhnya. Ia terlihat angkuh. louis hanya terdiam dengan alis mengkerut.

"hahaha hanya bercanda. Wajahmu lucu sekali," liam menggidikkan bahunya sambil menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. Ia menahan tawa melihat keheranan louis.

"aku tahu kau datang kemari untuk menanyakan sesuatu. Baiklah, jawabanmu akan ku jelaskan di ruang rapat. Sekarang, ayolah kita pergi. Semua orang sudah menungguku," louis mengangguk, tapi perasaan cemas membuatnya tetap berdiri di tempatnya. Sementara liam berjalan lebih dulu, louis menatap punggungnya yang semakin menjauh. Kemudian hilang di balik pintu.

*

Suasana sunyi itu membuat orang-orang mengarahkan pandangannya pada sesuatu yang mencolok. Mereka menunggu penjelasan liam akan sesuatu yang jarang terjadi ini. Sementara di atas podium, liam sedang melakukan sesuatu dengan berkasnya. Ratusan orang yang duduk rapi itu sangat tertib. Walaupun ruangan sangat ramai, tapi suasana sagat sunyi bagaikan di rumah hantu. Semua mata tertuju pada liam dengan pertanyaan sama yang terlontar di otak masing-masing, apa maksud semua ini?

Akhirnya, liam mendongak, tampak terbiasa dengan tatapan orang-orang yang selalu menatapnya, terlebih lagi dalam keadaan yang membingungkan seperti sekarang. Liam memulai kata-katanya denganawalan yang bagus. Mengenai misi dan visi mereka, hingga menjalar pada topik utamanya.

"kalian mungkin bertanya-tanya akan hubungan kerjasama yang terjadi ini, tapi disinilah kita akan merubah pemikiran masyarakat yang menganggap CIA dan FBI saling membenci satu sama lain. Badan ini di buat dengan tujuan sama, yaitu melindungi negara atau masyarakat dari ancaman yang ada. Dengan adanya hubungan kerjasama yang terjalin ini, tidak hanya mengubah persepsi masyarakat, tapi juga kita bersama-sama melindungi negara. Dua hari yang lalu, wakil presiden telah mendapat ancaman teror. Namun pengawal wakil presiden tidak mendapati jejak peneror itu sedikitpun. Beberapa hari yang lalu, wakil pesiden sibuk mendatangi beberapa negara dalam kerjasama dengan negara lain. Bisa jadi salah satu negara tidak menyetujui keputusan yang diusul wakil presiden. dalam menangani keselamatan wakil presiden ini, presiden mengusul agar CIA dan FBI bekerja sama untuk mengawal keselamatan wakil presiden yang masih harus melaksanakan tugas penting negara meskipun dalam keadaan berbahaya seperti ini. Untuk itulah, aku membentuk kelompok untuk menangani masalah ini. Salah satu anggota kelompok tersebut adalah agen FBI niall horan. Agen niall, silahkan maju,"

Bersamaan dengan kedatangan niall horan, tepuk tangan orang memenuhi ruangan. Orang-orang menoleh kebelakang, memperlihatkan sosok yang dibicarakan berjalan melewati orang-orang untuk naik ke atas podium.

"louis! Itu niall horan yang kuceritakan tempo lalu! Wah, dia sangat keren. Lihatlah gayanya, ya ampun dia sangat angkuh," calum yang berada di samping louis, hanya bisa mengoceh tentang sosok niall.

"ya, aku ingat. Kau bilang kemampuannya mirip sherlock holmesmu itu,"

"tapi, apa dia terlihat sombong?"

Niall yang sudah berada di podium itu berdiri dengan wajah datarnya. Dari pembawaannya ia terlihat jelas sangat bahwa ia di segani. sifatnya yang keras dan dingin dalam menghadapi setiap persoalan membuatnya dipandang sebagai sosok yang tidak ramah. Namun, yang sebenarnya niall adalah orang yang ramah hanya saja, ramah yang ia maksud bukan tersenyum sambil berbasa-basi kepada orang. Tetapi cukup sopan dan menghargai orang sekecil apapun itulah yang dimaksud ramah bagi seorang niall horan.

"selain kedatangan niall horan, kelompok ini akan digabung oleh beberapa agen dari CIA,yaitu louis tomlinson, zayn malik, calum hood, dan lexy hummington. Untuk kalian semua, silahkan maju dan bergabung dalam misi untuk negara,"

Louis dan calum saling memandang saat namanya di sebut. Kening louis mengerut. Oh, tidak. Ingin rasanya ia menolak tugas ini. Bila seperti ini, ia tidak bisa segera menjalankan rencananya dan ia tidak bisa membiarkan liam terus mencurigainya.

"mendengar namamu disebutkan itu tidak mengejutkan, tapi namaku? Ayolah, aku sangat beruntung zayn mengambil alih misiku," dengan agak malas, calum bangkit dari kursinya. Ia berjalan lebih dulu ke podium, sementara beberapa detik kemudian louis mengikutinya. Padangannya bertemu dengan lexy saat itu, namun keduanya memilih tak menaruh kebencian yang mengakibatkan pertengkaran. Keduanya sudah merasa sangat malu karena kepergok bertengkar oleh liam tempo lalu. Mereka memilih pura-pura tak mengenal satu sama lain dan berjajar di samping podium dengan yang lain.

"dimana zayn?" calum berbisik. Seketika louis barus tersadar bila ia belum melihat zayn pagi ini. Kepalanya mendongak dan ia mencari-cari sosok zayn diantara agen-agen yang duduk tenang disana. Sementara orang-orang mulai berbisik pelan mengenai keberadaan zayn.

"baiklah, ini saja pengumuman pada rapat kali ini. Aku hanya ingin kalian tahu bila CIA dan FBI berteman baik selama ini. Jangan biarkan pikiran negatif bergelayut di benakmu. Dan kepada para agen yang terpilih, kalian harus berkerja keras sekarang. Selamat pagi,"

Penutup pidato pagi itu, diakhiri dengan tepuk tangan para agen lain. sebelum benar-benar beranjak pergi, liam berbisik di telinga louis. "jangan lupa beritahu zayn tentang ini,"

Beruntung, bila liam tidak marah ataupun mengungkit jauh masalah ini. Jelas zayn telah mempermalukan diri sendiri dengan tidak datang di rapat penting ini. Terlebih lagi, mereka kedatangan seorang tamu yang akan bekerjasama dengan mereka.

sebelum pergi dari ruang rapat, louis tak sengaja melirik niall yang ternyata sedang memperhatikannya. Ia mengangguk kepada louis, tanda sapaannya. Louis balas mengangguk. Lalu niall pergi mendahului mereka.

"whoa... dia lebih memilih anggukan sebagai sapaan pertamanya. Seharusnya dia menjabat tanganmu. Betapa angkuhnya dia, seharusnya pria itu melakukan hal yang sama pada kami," protes calum yang berada di samping louis. Louis tidak peduli akan hal itu. Misi ini, sapaan niall, ataupun blackboyle, saat ini tidak penting untuk louis. Yang terpenting adalah... dimana zayn?





7 Days (One Direction Fanfiction)Where stories live. Discover now