Day 4 (China 6)

37 8 3
                                    

Segera setelah mobil yang mereka tumpangi menggiling jalan, gedung yang mereka tinggali itu meledak. Memperlihatkan api besar akibat ledakan itu mekar bagaikan kembang api. Puing-puing bangunan menghujani mereka.

Semuanya terkejut dan menatap bangunan di belakang mereka yang sudah tak bersisa. Bahkan panas api yang membakar gedung bisa mereka rasakan dari dalam mobil. Padahal Zayn sudah melaju kencang sejak mobil itu menyala.

"HAISH! SIAL! HAMPIR SAJA KITA MATI!" seru Calum yang saat ini memegangi dadanya. Tak henti ia bersyukur bila mereka keluar lebih cepat dari bangunan itu.

"Apa kau tak sengaja meledakkan granatmu?" Tanya Lexy pada Calum.

"Itu bom! Garanat tidak bisa meledakkan satu bangunan besar."

"Tapi granatmu memiliki kekuatan yang sama. Kau kan ahli dalam membuat senjata."

"Hey! Kau pikir aku seceroboh itu?" Calum mencebik tak suka.

"Kita sudah diincar. Sejak awal," peringat Niall.

"Mereka sudah menargetkan kita sejak kejadian kapal. Aku dan Lexy bahkan di jebak," ucap Louis tampak tenang.

"Bila mereka sampai meledakkan gedung tempat kita tinggal. Tidak diragukan bila nyawa Axel Tonies sedang dipertaruhkan," komentar Zayn.

"Karena itulah kita harus berhasil dalam misi ini." Louis mendekap erat senjata dari balik jaketnya.

Senjata itu sudah dia rancang secara khusus selama 2 tahun ini. Senjata paling mematikan yang diam-diam ia rakit tanpa ada satu pun orang yang tahu. Meskipun sangat berbahaya, Louis tak punya pilihan akan menggunakannya bila sesuatu yang genting terjadi.

Sebenarnya tak ada orang yang tahu bila hobi terpendam Louis adalah merakit senjata. Sama seperti Calum. Itu sebabnya Louis suka berteman dengannya. Namun alih-alih Calum, satu-satunya orang yang tahu hal itu adalah Lexy.

dan Lexy tidak tahu bila Louis membawa benda itu sebagai senjata tersembunyinya.

berkat kemampuan Zayn yang gesit dan lincah dalam mengemudi akhirnya mereka sampai sepuluh menit di kediaman Axel Tonies.

sebelumnya, Louis telah mengabarkan kantor pusat untuk menjelaskan apa yang terjadi dan saat ini mereka dalam pengawasan penuh.

tidak seperti dugaan mereka, pagar lebar dan panjang dihadapan mereka sekarang tidak dijaga oleh pihak keamanan. suasana dikediaman justru begitu sepi dan tenang seakan tidak ada satu pun orang di dalam.

mereka memanjati pagar dengan kelincahan seorang agen, mengendap-endap agar tak terlihat oleh satupun manusia yang akan muncul secara tiba-tiba.

"Kita harus berpencar. Aku akan berjaga disekitar parkiran dan depan," usul Zayn. 

"Aku akan ke arah barat," ucap Niall

"Kalau begitu aku ke timur," kata Calum.

"Tidak. Biarkan aku ke timur. Timur adalah ruang utamanya," sela Louis.

"Tidak biarkan aku saja."

"Kenapa Cal?" tanya Lexy penasaran.

"Aku selalu beruntung bila berada di Timur. kau tidak tahu rumornya?"

"Cal, ini situasi serius. Tolong jangan bercanda," instupsi Louis

"Kau pikir aku bercanda?" Calum tergelak. Apa aku seperti sedang bercanda?" tanya Calum tak habis pikir. 

Zayn mengangguk jujur. Calum hanya bisa mendengus kesal.

"Aku ke timur. Bye!" seru Calum lalu berlarian dengan cepat seperti ninja.

7 Days (One Direction Fanfiction)Where stories live. Discover now