Sweet night

52 9 2
                                    

Louis melangkah turun dari mobilnya dengan perasaan lega. Bertemu dengan Ashton dan menjadi sekutu untuk tujuan yang sama sedikit melepas beban yang dia tanggung seorang diri. Sejak semuanya dimulai Louis merasa sepi karena tidak ada yang bisa diajak berdiskusi dan berbagi rasa karena persoalan yang harus ia rahasiakan. Bertemu dengan Ashton rasanya seperti berkat sekaligus keberuntungan di waktu yang bersamaan. Mungkin inil lah saatnya Tuhan membantu Louis dan membantunya untuk menang.

Keduanya sudah sepakat untuk saling berbagi tugas guna menghancurkan Blackboyle. Louis menyuruh Ashton untuk mengumpulkan bukti-bukti kejahatan Blackboyle. Mereka membicarakan itu dalam keadaan yang cukup sepi di restoren burger. Tampak luar mereka seperti dua orang teman yang sedang membicarakan hal-hal remeh. Namun siapa sangka bila mereka menjadikan tempat itu untuk menyusun strategi balas dendam.

Ashton yang seorang detektif merasa tugas itu bukan hal yang sulit. Setelah mendapat tugas pertamanya, ia segera menyelidiki semua hal yang dipaparkan Louis. Sementara Louis bertanggung jawab dalam hal strategi. Ashton bisa memberikan kepercayaan dengan penuh karena Louis memiliki denah serta sistem keamanan Blackboyle secara detil.

Rasanya semua sesak Louis berkurang. Meskipun ia masih saja merasa gila setiap memikirkan Lexy yang terlihat hal ini gara-gara dirinya namun saat melihat senyuman Lexy seperti saat ini, Louis merasa amat beruntung bila wanita yang pernah ia sakiti habis-habisan masih saja menerima dirinya dengan penuh cinta.

Louis muncul dari balik pintu. Pandangannya langsung menangkap Lexy yang sedang berkutat di dapur. Ditangannya berada ayam bakar kesukaan Louis. Satu-satunya masakan yang ahli Lexy buat. Lexy tidak pandai memasak. Justru masakannya sering kali terasa aneh. Lexy juga tidak suka memasak. Hanya sesekali bila dia ingin dan di hari-hari penting.

Hari yang benar-benar indah. Louis merasa keberuntungan tak berenti mendatanginya. Mendapat sekutu dan ayam bakar yang sudah lama tidak ia rasakan. Serta Lexy yang sedang tersenyum lebar berjalan mendekatinya, memamerkan piring yang berisi satu-satunya menu makanan yang bisa ia banggakan.

"Lihat apa yang kubuat?" matanya mmembulat. Kilatan rasa bangga terlihat memenuhi matanya.

Aku mencium aroma masakannya. "Makanan kesukaanku."

"Persis!"

Lexy berjalan menuju meja makan yang sudah diatur dengan rapi. Punggung yang sedang menyiapkan makan malam itu mengingatkannya pada masa lalu. Louis memeluk tubuh itu dari belakang. Tangan lebarnya melingkar pada pinggang Lexy yang kecil. Tubuh itu sangat mungil hingga ingin Louis lindungi. Ia betah berlama-lama memeluknya.

"Kau seperti boneka hahaha."

Lexy menolehkan kepala. Membuat jarak wajah mereka begitu dekat.

"Kau selalu menggunakan kata-kata itu untuk mengejek tubuhku yang kecil."

"Tidak tuh. Aku bilang begitu karena aku suka boneka. Apalagi yang cantik." Louis menenggelamkan wajahnya di tengkuk Lexy. Menghantarkan nafas hangat Louis pada kulitnya.

"Kau tidak bisa dihentikan. Kata-katamu seperti pujian. Tapi sayangnya aku tidak tertipu ya."

Selesai menyusun peralatan makan, Lexy berbalik. Kini Louis memberi sedikit jarak pada tubuh mereka. Namun masih dengan erat melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Lexy.

"Tidak, kok. Kau meragukan kejujuranku?" Louis menaikkan satu alisnya.

"Sepeprtinya kali ini memang jujur."

Senyuman Lexy mengembang lagi.

"Katakan, kenapa kau merepotkan dirimu untuk memberiku makanan. Bukankah kau tidak suka memasak?"

7 Days (One Direction Fanfiction)Where stories live. Discover now