New mision

60 9 3
                                    

Louis terbangun lantaran ponselnya bedering. Ponsel yang khusus dia gunakan untuk menghubungi Keeley untuk mencari informasi tentang blackboyle. Mendengar dering itu, sudah pasti keeley yang menghubunginya.

Dengan mata yang masih terpejam, Louis mengangkatnya.

"Hey, Steve! Sudah lama aku tidak melihatmu apa kau sudah berhenti bekerja?"

Seketika kabel-kabel di otak Louis menyambung. Matanya bisa di buka lebih lebar. Ia baru ingat bila saat menyamar dulu namanya adalah Steve.

"Oh, tidak. Aku hanya.. mengambil cuti."

Entah apa yang dia jawab. Louis merutuki diri sendiri.

"Oh, bagus kalau begitu. Aku punya seorang teman yang sepertinya sangat cocok denganmu. Kalian bisa saling mengenal dulu jika mau. Ada pesta di kamarku nanti malam. Bagaimana? Mau bergabung?"

Louis menghela nafas pura-pura menimang.

"Nanti malam ya?" Maaf tapi aku tidak bisa, aku sudah ada urusan penting."

Terdengar helaan kecewa Keleey. Tapi gadis itu mengerti dan menutup telepon.

Louis bangkit mencari-cari handuk.

Dia tak mengerti mengapa Keleey sangat suka pesta dan juga mencoba untuk menjodoh-jodohkannya. Bila Lexy tahu, Keleey pasti akan diomelinya.

Louis terkekeh.

Ia meraih ponsel aslinya dan menelpon Lexy dari panggilan cepat.

"Apa yang kau lakukan?" Itu adalah pertanyaan pertama Louis saat Lexy menjawab.

"Hanya di rumah. Apa yang akan kau lakukan?"

"Aku ada urusan."

"Urusan apa?"

Louis menimang apa harus mengatakannya pada Lexy atau tidak. Tapi akhirnya ia tahan daripada menimbulkan keingintahuan Lexy.

"Apa kau kosong nanti malam?"

Louis mengalihkan pertanyaan.

"I-ya."

"Kalau begitu ayo makan malam bersama."

"Oke."

"Sampai bertemu nanti malam."

"Bye.."

Louis menutup telepon. Senyuman tipis melingkari bibirnya. Semakin dipikirkan, semakin lebar pula senyumannya. Louis menyerah. Dia mengakui bila mirip anak ABG yang sedang jatuh cinta. Kisah cintanya dengan lexy cukup lama dan panjang namun bagaimana bisa perasaannya tidak berubah sedikitpun. Justru, akibat perpisahan mereka, Louis makin mencinta Lexy dan tidak ingin dipisahkan lagi.

*****

Louis menghentikan mobilnya persis di tempat biasa ia memarkir. Setelah mematikan mesin mobil dan mencabut kuncinya, ia merangkak keluar. Menekan tombol pada kunci dan membuat mobil itu berbunyi tanda terkunci. Louis membenarkan coat coklat yang ia padu dengan kaca mata hitam yang bertengger mantap di tulang hidungnya. Ia berjalan melewati parkiran menuju pintu utama gedung CIA.

Cuaca cukup cerah. Awan putih dan biru membentang luas bersama dengan matahari yang bersembunyi malu di balik awan. Louis menaiki anak-anak tangga kecil di depannya dengan cepat. Namun tanpa sengaja indra penglihatannya menangkap sosok Niall bersama pria bertubuh besar berjalan beriringan masuk ke dalam. Louis menelengkan kepalanya, mencoba mengikuti sosok itu yang dengan cepat hilang dibalik koridor.

"Apa benar itu Niall? Untuk apa dia kesini? Bukankah dia sudah tidak punya urusan lagi?" batin Louis.

Louis kembali berjalan menuju kantor Liam. Sesampainya disana, Liam tidak ada di ruangan karena sedang rapat. Alhasil, Louis menunggu Liam di kantin. Dia baru ingat bila belum memakan apapun pagi ini.

7 Days (One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang