Day 3, China (1)

51 13 3
                                    

Sudah setengah jam yang lalu Lexy bangun dan tak bergerak barang sedikit pun. Hanya matanya yang berkedip sembari menatap langit-langit. Kemarin ia merasa kelegaan yang harusnya bisa membuat ia tidur nyaman setelah sekian lama namun pikiran itu membuatnya risau sendiri. Lexy bingung. Harus dari mana dia menghitung hari kembalinya hubungan ia dengan Louis.

Dari kemarin ketika Louis mengajaknya menjalin kasih lagi atau hari ini. Tapi bila dihitung mulai kemarin, Lexy merasa tak rela. Dia merasa rugi beberapa jam karena Louis mengungkapkan momen itu pada siang hari.

Lexy berkedip lagi. Lexy merasa bodoh sendiri karena membiarkan pikiran itu membuatnya bingung pagi-pagi. Tapi Lexy benar-benar tak rela bila kemarin jadi hari pertama mereka pacaran. Tujuh hari sangat cepat. Tapi Lexy gengsi meminta pada Louis untuk terus menjalin kasih sampai mati.

Tidak. Pasti bila hubungan mereka akur selama tujuh hari ini, Louis tidak akan mengakhiri lagi hubungan mereka. Louis pasti hanya menyebut 'tujuh hari' itu sebagai alasannya agar Lexy mau memberi Louis kesempatan.

Lexy menolehkan kepalanya ke kiri, menatap wajah itu yang masih terpejam dengan damai. Tiba-tiba Louis membuka matanya. Lexy tersentak. Malu sendiri karena ketahuan menatap Louis.

Senyuman Louis mengembang manis.
"Apa yang kau pikirkan?" ucapnya dengan suara yang serak khas orang bangun tidur.

Lexy tak berkutik beberapa detik. Ia merasa kehidupan rumah tangganya dulu sedang kembali. Atau mungkin selama ini ia hanya mimpi buruk bercerai dengan Louis. Melihat Louis dengan perlakuan manisnya membangkitkan memori masa lalu Lexy. Saat Louis akan tersenyum padanya setiap pagi dan mengucapkan selamat pagi.

"Aku melihatmu dari tadi. Apa yang kau pikirkan? Apa kau menyesali keputusanmu kemarin?" tanya Louis.

Lexy menggeleng cepat. "Tidak."

Louis mendekatkan wajahnya, mencoba menatap Lexy lekat-lekat. Lexy tidak bisa berkutik. Ia terlalu gugup. "Jadi kenapa?" tanya Louis lagi.

"Hanya... Hanya tidak menyangka."

"Oh ya?" Louis menyunggingkan lagi senyumnya dan mengecup kening Lexy. Ia bangkit dari kasur dan berjalan menuju wc.

Setelah Louis masuk ke dalam wc, cepat-cepat Lexy menghirup nafas yang ia tahan sedari tadi. Kini dadanya berdegup kencang. Kenyataannya ia benar-benar tidak menyangka dengan kejadian ini. Lexy menggigit bibir bawahnya sejenak lalu senyumannya mengembang lebar. Oh tidak, Lexy tidak bisa mengontrol senyumnya saat ini.

***

Mereka tiba di cina hari itu dan memilih kamar hotel yang mengelilingi kamar Axel Tonies. Hari ini Axel Tonies tidak memiliki jadwal apapun sehingga tim 7 days bisa berlenggang sedikit. Seperti biasa, ketika Louis menyuruh Niall untuk menikmati waktu luang, Niall justru ingin terus bekerja dan mengawal Axel Tonies. Meskipun Louis tetap akan memantau dengan menyamar untuk sesekali masuk melihat siapa saja yang ada di kamarnya dan akan memastikan tidak ada gangguang sedikitpun yang bisa membahayakannya. Entah Niall ingin terus menghindari tim 7 days atau apa tapi Louis akhirnya mengizinkannya.

"Dimana Calum?" tanya Lexi saat ia baru saja masuk ke dalam kamar hotel Louis dan Zayn.

Saat ini keduanya tidak menyamar menjadi sepasang suami istri sehingga mereka bisa memesan kamat yang berbeda. Namun Zayn belum mengetahui bila mereka telah kembali bersama.

"Dia sedang menjajakkan kuliner yang ada di cina," balas Zayn lalu menutup koran yang sedari tadi dia baca.

"Sejak di paris anak itu selalu memikirkan makanan," timpal Louis yang saat ini sedang menyusun senjata-senjatanya.

7 Days (One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang