Rapat malam itu

83 13 1
                                    

Sudah beberapa hari ini Kate terus memeriksa ponselnya dengan gelisah. Ia memikirkan satu nama yang berhasil menimbulkan efek dahsyat di benaknya. Beberapa hari ini, pria itu mengabaikan baik pesan maupun telepon darinya. Kate tidak mengerti, mengapa lelaki itu begitu misterius. Terkadang ia bersikap sangat manis seakan sangat menjaga perasaan Kate. Dan dibeberapa keadaan, ia akan menghilang bak di telan bumi, selalu menghilang, tidak memberinya kepastian atau sekedar menanyakan keadaannya melalui sms. Bukankah itu yang biasanya dilakukan orang saat jatuh cinta? Ah, atau mungkin hanya Kate yang merasakannya. Barangkali pria itu tidak merasa yang sama dan menganggapnya sebagai teman biasa.

Kate berhasil melamun hingga tak menyadari layar ponselnya menyala. Sebuah panggilan dari seseorang karena Kate sengaja men-silent ponselnya.

Ketika layar itu kembali redup, Kate tersadar dari lamunannya. Ia menghela nafas lelah. Beruntung kemarin malam ia berhasil minum-minum dan membuah keresahannya sedikit berkurang. Namun sepertinya ia membutuhkannya lagi.

Tepat saat Kate hendak keluar, seseorang masuk ke dalam ruangannya.

Orang itu...

Pria yang memberinya keresahan tak berkesudahan ini.

"Zayn?"

"Hai, aku tadi menelponmu. Aku rasa kau sibuk," ia tersenyum. Tanpa sadar senyuman itu merenggut kewarasan Kate.

Buru-buru Kate meraih ponsel yang tergelegak di atas mejanya. Diperiksanya layar ponsel yang mencantumkan panggilan tak terjawab sebanyak enam kali.

"Ah, maaf tadi aku sedang...sibuk?" Kalimat itu mirip pertanyaan karena ia tak yakin. Sedetik kemudian, Kate tersadar. Benar! Ia tidak berbohong. Ia sibuk memikirkan pria yang ada dihadapannya ini tadi.

"Kate, maaf aku tak membalas pesan atau telponmu beberapa hari ini. Aku sedang sibuk dan.. terjebak dalam situasi yang tidak memungkinkan."

"Ya, aku mengerti keadaanmu. Aku hanya khawatir."

Kate tersenyum kecut. Zayn yang tampak salah tingkah karena tak tahu berkata apa, hanya mengalihkan pandangan dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Mau makan siang bersama, di luar?" Tanya Zayn malu-malu.

"Ya." Untuk pertama kalinya setelah kegundahan melandanya, Kate tersenyum. Sangat lebar.

*
Lexy berkali-kali menelpon Kate yang entah ada dimana. Selama itu pula, operator selalu mengatakan hal yang sama bila nomor itu tidak aktif. 

Sebelumnya, Lexy datang ke ruangan Kate yang kosong. Ia yakin Kate sedang pergi ke luar karena tas miliknya tak ada di dalam. Mungkin Kate sedang melaksanakan misinya, pikir Lexy.

Jadi, ia terpaksa makan sendiri siang ini. Lexy tak biasa bila harus makan sendiri. Ia tipe wanita yang harus ditemani saat makan karena anehnya, hal itu bisa menambah nafsu makannya.

Ia berbaris memesan makanan. Kali ini, ia memesan porsi sedikit karena tahu, ia tak akan nyaman makan seorang diri di tempat ramai. Dan Lexy akan dengan senang hati bila harus segera pergi dari tempat itu.

"Terima kasih," ucapnya saat menerima nampan makanannya.

Ia berbalik dan baru menyadari bila kantin sangat ramai. Orang-orang sengaja berlama-lama dengan obrolan kosong mereka dan tak memberi Lexy kesempatan untuk duduk. Bola matanya menelusuri setiap bangku yang ada. Sialnya, dari ujung ke ujung tak ditemukannya bangku kosong yang siap dijadikan tempatnya makan.

Tak jauh dari tempat Lexy berdiri, Louis mengamatinya dengan nampan yang berada di tangannya. Di hadapannya, terdapat bangku kosong untuk dua orang. Ia tak berpikir untuk menyuruh Lexy duduk disana karena Louis pun ingin segera menyantap makanannya.

7 Days (One Direction Fanfiction)Where stories live. Discover now