Day 1, France (3)

60 12 2
                                    

Malam ini Lexy dan Louis adalah suami isteri. Tidak, bukan hanya malam ini tapi 7 hari mendatang sebagai agen yang menjalankan sebuah misi penting. Hari ini adalah hari pertama mereka menjalankan misi sebagai peran yang memang pernah mereka miliki di kehidupan nyata. Namun tadi pagi hanyalah peran kecil yang tak terlalu kentara. Berbeda dengan malam ini, dimana Lexy harus membiarkan mereka bertautan tangan diantara keramaian orang-orang yang memperhatikan mereka.

Saat ini mereka berada di pesta salah satu petinggi negara. Wakil presiden turut hadir karena hubungan erat yang dimilikinya dengan teman semasa kuliahnya itu. Tom Peterson. Seorang miliuner yang suka membuat pesta mewah dengan modal beratus-ratus triliun.

Untuk dapat masuk ke dalam pesta ini tentu diperlukan jaringan khusus yang tidak mudah. Kantor pusat telah menyediakan semuanya dengan rapi. Para agen hanya menerima perintah sesekali, lalu melaksanakan tugas sesuai dengan rencana dari buah pikir mereka masing-masing. Terkadang mereka akan mengambil keputusan sendiri sesuai dengan keadaan yang lebih menguntungkan bila rencana mereka rusak sewaktu-waktu.

Saat ini, Louis tengah menarik tangan Lexy yang kian mengendur. Ia berbisik dengan penuh penekanan. "Tetaplah menggandeng tanganku. Tujukkan profesionalitasmu."

Lexy tersenyum lebar. Ia memukul pundak Louis pelan. "Haha diam kau," ucapnya pelan. Perempuan itu memutar bola matanya jengah.

Sementara Louis ikut tersenyum lebar sembari mengelus kepala Lexy dengan penuh cinta. Padahal, ia menekan kepala Lexy sampai kepalanya terhentak ke depan.

"Berhenti menggangguku atau kuhajar kau setelah ini." Lexy menggeram. Namun senyuman di bibirnya terpajang dengan sempurna. Bila orang-orang menyaksikan kejadian ini, mereka akan mengira Lexy dan Louis adalah suami isteri yang sangat serasi dan menggebu-gebu. Penuh cinta dan kasih sayang satu sama lain.

"Makanya, pegang tanganku erat-erat. Lebih baik kalau kau tak melepaskannya barang sedetik."

Lexy mencoba mengabaikan kalimat itu. Ia tak mau mengira sesuatu yang berlebihan dan berharap banyak. Lagipula, ini hanya misi! Sebuah profesionalitas yang harus ia mainkan dengan apik.

"Arah jam sepuluh. Orang terdekat sekaligus kepercayaan Tom Peterson." Louis memberitahu.

Lexy mengangguk pelan. Perlahan, langkah sepasang suami istri palsu itu berhenti tepat di depan orang tersebut.

"Hai, nyonya Laura. Apa kau ingat aku? Aku Inggrid Lambert, pengurus yayasan kanker anak yang menelponmu minggu lalu," ujar Lexy sebagai penyamarannya.

Perempuan cantik yang awet muda itu membulatkan matanya sembari tersenyum lebar.

"Oh, nyonya Inggrid. Akhirnya aku bertemu denganmu," ucap wanita tersebut dengan ramah. Ia memeluk Lexy sembari memberikan ciuman pipi.

"Aku tak menyangka kau juga datang," ujar Lexy.

"Yah, pemilik pestanya adalah kakakku."

"Wah!" Lexy pura-pura terkejut. "Aku tak menyangka kau sekaya ini. Pantas saja kau tak tanggung-tanggung memberikan sumbangan yang banyak pada yayasan kami. Aku merasa bersyukur ternyata orang kaya sepertimu sangat mempedulikan anak-anak kanker."

Laura tersipu malu. Dibalik sikap lemah lembutnya, Lexy bisa menilai bila orang itu suka dipuji. Dan tujuannya memberikan sumbangan dengan harga selangit dari pada berinvestasi karena alasannya ingin dipuji orang banyak. Perempuan itu gila pujian. Dan hal itu pula yang akan Lexy jadikan sebagai umpan.

Laura melirik pria yang berdiri disamping Lexy. Ia menyeringai menggoda sembari menoleh lagi. "Pacarmu?"

Lexy sempat berpikir sejenak. Tapi akhirnya ia menjawab dengan canggung. "Suamiku."

7 Days (One Direction Fanfiction)Where stories live. Discover now