it's fracas

261 23 0
                                    

Lexy pov

Sudah berkali-kali wanita disebelahku ini menenangkanku atas kejadian pagi tadi. Mulutnya terus mengoceh untuk memperingatiku tetap tenang. Nyatanya tidak bisa, aku merasa sangat kesal atas perlakuan mantan suamiku. Jelas-jelas dia berselingkuh didepan mataku. Mungkin lebih baik bila dia tidak mengajak wanita itu kerumah, tapi nyatanya Louis membawa perempuan itu kedalam rumah bahkan dia berani menciumi wanita lain selain istrinya didalam rumah sendiri. Bagaimana aku bisa tenang? Apalagi setelah kejadian pagi tadi. Louis mengemuk tidak jelas, seakan-akan dia tidak menginginkan kejadian ini. aku ingat betul keadaannya saat berselingkuh. Dia tidak mabuk sama sekali. Tentu saja dia melakukan itu dengan kesadaran penuh. Dasar laki-laki! sudah jelas salah, malah marah-marah. Bila saja aku tidak terkejut dengan aksinya yang menendang-nendang mejaku mungkin aku bisa dengan lancar mengocehinya. Satu lagi yang aku heran dari wanita disebelahku ini. Dia mengatakan kata-kataku kasar? Aku bahkan mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Tapi sedari tadi dia menyudutkanku seakan-akan akulah yang bersalah.

"ah kate, sudahlah! Sudah hampir seratus kali kau mengatakan itu. Aku akan mengatakan ini untuk terakhir kalinya. Aku sangat membenci Louis sekarang." Aku mengambil burger pesananku.

"ya tuhan! Lexy bagaimanapun dia adalah mantan suamimu. Pikirkan masa-masa bahagia yang pernah kau lakukan dengannya."

"sudah hilang kate." Aku membawa makanan dan minumanku meja tempatku makan kemarin. Kate terus mengoceh tapi aku berusaha untuk tidak mendengarkannya. Tidak ada satu orangpun kah yang membelaku sekarang? Mengapa semuanya seakan ingin meneriakiku sebagai orang yang jahat?

"baiklah sekarang kau tenang. Hilangkan pikiranmu atas kejadian tadi pagi.okay?" kate menarik nafasnya lalu menghembuskannya pelan. Aku tersenyum. Aku yang kesal mengapa dia yang repot?

"kate, kau tidak perlu seperti ini. bagaimanapun juga rasa benciku tidak mungkin hilang begitu saja setelah mendengar ocehanmu ini."

Kate terdiam menatapku. Mungkin dia berfikiran kebenaran atas yang aku rasakan. "bagaimanapun juga aku adalah perempuan, begitu pula denganmu. Kau mengertikan perasaanku. Bagaimana perasaanmu bila suamimu mencium perempuan lain dirumahmu sendiri saat kau pergi? Pasti pertanyaan aneh muncul dalam pikiranmu. Apakah dia sering melakukan itu? Siapa perempuan itu? Apakah dia tidak mencintaiku sehingga berani berselingkuh? Apakah dia pikir pernikahan itu main-main? Kau jangan membela Louis karena selama ini dia berteman baik denganmu. Tapi lihat sisi dimana kau menjadi aku. Apakah kau tidak merasakan apa yang aku rasakan?

"lexy." Panggil kate pelan. Aku meliriknya yang sekarang terlihat sedih. "lebih baik kita tidak usah membahas ini, bila itu membuatmu sedih. Maafkan aku, berada diposisimu saat ini memang berat. Kau harus sabar yah. Semangat! Aku akan terus ada untuk membantumu?" kate tersenyum. Ia mengkerutkan dahinya selagi menunggu jawaban lexy.

Aku terkekeh, tak lama aku mengangguk.

"yah, tentu saja kau harus membantuku. Aku kan sahabatmu itu benarkan?"

"kau bukan sahabatku."kelakar kate. Aku melototi kate yang sekarang menahan tawa. Lalu ia tertawa tak lama setelah kupelototi. Akupun menyusulnya tertawa.

"hm, kate. Tiba-tiba saja aku ingin pudding. Aku lupa untuk memesannya tadi. Aku akan memesan lagi, kau mau? Tawarku.

"tidak, Kau saja. Kau mau aku temani?"kate menggeleng sambil meneguk minumannya.

"jangan!" selaku. "aku sendiri saja." Aku tersenyum lalu beranjak pergi dari tempat dudukku. Alasanku sekarang memang benar. Setelah melihat iklan pudding ditv semalam rasanya aku ingin sekali melahap pudding. aku berjalan memperhatikan menu-menu pudding yang ada. Setelah yakin dengan pilihan yang kuingin aku segera memesan pudding itu.

7 Days (One Direction Fanfiction)Where stories live. Discover now