A Vow

35 8 0
                                    

Louis berdiri disamping mobilnya sambil sesekali mengitari pandangan. Saat ini ia berada di salah satu jalanan yang cukup sering Keeley lewati. Jalan menuju Hotelnya sekaligus jalan yang menghubungkan dengan Restoran tempat Keleey biasa makan siang. Louis melirik sekitar lagi. Sudah hampir sepuluh menit ia berdiri disini namun yang diitunggu tak kunjung muncul. Louis sudah terbiasa menunggu ataupun mengintai. Namun tidak biasanya ia merasa sebosan ini. Louis menyadari bila dia terlalu santai menghadapi wanita itu. Itu karena instingnya mengatakan bila Keeley tidak telalu berbahaya.

Louis mengambil rokok dan menyelipkannya di antara kedua tangannya. Memainkannya dengan cara menggoyang-goyangkan benda itu merupakan hiburan kecil baginya. Louis sendiri tidak merorok. Namun sebagai Steve, dia harus menjadi seorang rokok. Bukan sembarang rokok, tapi rokok yang sangat disukai Keeley.

Saat melihat Keeley berjalan dari kejauhan, Louis mengambil pematik dan menyalakan rokoknya. Ia terbatuk seketika. Ini bukan pertama kalinya ia mencoba rokok tapi setiap kali mencobanya ia selalu batuk. Dia benar-benar tidak cocok untuk merokok.

Louis memantau dari tempatnya berdiri. Rencana yang mereka susun di toko burger kini akan berlangsung. Tampak seorang pria yang sudah mengintai Keeley sedang mengikutinya. Kini pria itu mendekat. Sekarang dia mengajak Keeley berbicara. Entah apa yang mereka bicarakan sepertinya itu bukan obrolan yang bagus karena Keeley terlihat tidak senang. Keeley pun mencoba menghindar dan berjalan lebih cepat. Namun pria itu menarik tangan Keeley dan membawanya ke gang sempit, jalan tikus yang tidak banyak diketahui orang.

Senyuman Louis merekah. Ia menghisap ujung tembakaunya bak seorang ahli karena sudah dihisap tiga kali kini Louis sudah agak terbiasa. Louis mengikuti arah kedua orang di depannya itu. Keeley memberontak melepaskan genggaman pria itu. Namun ternyata gadis itu sangat lemah. Dia bahkan menyerang pria itu dengan cara menginjak kakinya. Sebagai balasan, pria itu mendorong Keeley di ujung gang. Membuat tas Keeley serta dirinya jatuh ke tanah.

"Sialan! Dia kasar juga rupanya!" Louis menikmati tontonannya dengan sebatang rokok.

Keeley tidak terlihat ketakutan, mungkin karena sudah terbiasa dengan berbagai macam intimidasi selama bersama Blackboyle. Justru dia terlihat kesal. Namun tidak menunjukkan berbagai aksi yang hebat. Sejauh ini, gadis itu hanya menyerang bak amatiran.

Entah apa yang dikatakan Ashton si penjahat hari ini, Keeley menamparnya. Lagi-lagi tindakan lemah. Ashton merampas tas gadis itu. Namun dengan mati-matian Keeley mempertahankannya. Sehingga terjadilah adegan rebut-rebutan tas.

"Oh, lucu sekali. Si detektif itu terpaksa harus menyeimbangi Keeley karena sepertinya dia juga menyimpulkan bila Keeley tidak pandai bela diri."

Adegan itu berakhir ketika Ashton berhasil merebut tasnya. Meggeledah dengan kasar segala isinya yang tidak berarti.

"KEMBALIKAN TASKU, DASAR PENJAHAT!"

Louis bisa mendengar suara mereka setelah bersembunyi lebih dekat.

"Heh, yang namanya penjahat tidak akan mengembalikan tas yang sudah dirampasnya!" balas Ashton membuat Louis hampir tertawa.

Tatapan kesal Keeley seakan menembus wajah Ashton. Dia sangat marah pada lelaki itu. Asthon pun tak peduli. Ia memeriksa dompet Keeley dan memeriksa segala kartu yang dia punya. Diantara kantong di dalam dompet, ia menemukan kartu akses Blackboyle. Di suatu tempat khusus dalam dompet.

"Ehm? Mengapa letaknya berbeda dengan kartu lain? Apa ini kartu khusus?" Ashton melihat kartu itu pura-pura bodoh. Ia menatap Keeley yang tampak cemas.

"Heh, sepertinya kau menyimpan banyak uang disini!"

"Tidak!"

"Tidak salah lagi maksudmu?"

7 Days (One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang