The hidden things have their reasons

23 6 0
                                    

Sudah seharian ini Keeley merasa ada yang mengikutinya. Meskipun ia sudah mencari-cari ke sekelilingnya. Tapi tetap saja batang hidung si penguntit tidak terlihat.

Keeley merasa frustrasi sendiri. Ia mengacak rambutnya dan berkacak pinggang sebentar sembari merasakan seseorang yang sedang mengawasinya. Sekali lagi, Keeley berbalik. Mengedarkan pandangan ke segala penjuru dengan hati-hati tapi tak satupun seserang terlihat mencurigakan.

Bukannya takut, Keeley justru kesal. Seolah permainan ini adalah ancaman untuknya dan Keeley pun merasa demikian.

Kecurigaannya tertuju pada satu orang yang akhir-akhir ini berhubungan dengannya. Bahkan karenanya, Keeley harus meninggalkan Venezuela untuk pertama kali. Si brengsek Harry. Pria licik yang datang padanya menawarkan seribu kebaikan beracun. Meskipun Keeley menyambut uluran tangannya, ada kalanya ia ragu pada keputusannya.

Apakah hal yang dilakukannya ini hal yang benar?

Apakah saudarinya yang ia sayangi itu akan bahagia dengan yang ia lakukan?

Keeley berhenti pada salah satu tempat yang cukup sepi. Tidak ada orang disana. Meskipun jalannya tidak becek tapi permukaannya tidak rata. Terdapat bolong-bolong kecil yang membuat Keeley susah untuk melangkah menggunakan heelsnya.

Ia berpangku tangan sembari menunggu, merasakan penguntitnya sedang mengintil dan bertanya-tanya dalam diam akan hal yang akan Keeley lakukan.

Disaat yang tepat, Keeley menemukan pria bertopi yang sedang bersembunyi di balik dinding itu. Dengan sigap Keeley meraih tangannya dan memelintirnya.

"Kena kau, Harry!"

Erangan si penguntit terasa asing. Ini bukan suara Harry!

Keeley membalikkan badan orang itu dan langsung melepaskan tangannya saat tahu itu orang lain. Dia adalah preman yang mengusiknya waktu itu.

"Aw! Siapa itu Harry? Pacarmu?"

Keeley menaikkan alisnya.

Itu pertanyaan yang aneh untuk seseorang yang kepergok menguntit orang yang hampir menjadi target perampokannya.

Keeley menghela napas jengah.

"Kau menguntitku?"

"Aku duluan yang bertanya. Siapa itu Harry?" Pria itu memegangi tangannya yang masih kesakitan.

"Dia bukan pacarku. Jujurlah, mengapa kau mengikutiku? Apa kau dendam padaku? Atau ada sesuatu yang ingin kau curi lagi? Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? Aku bukan konglomerat. Sepertinya aku tidak bisa memberimu banyak. Jadi percuma saja kau mengusikku."

Ashton menggelengkan kepala takjub pada kecepatan Keeley mengomel.

"Kau cerewet juga rupanya. Aku kesini untuk sesuatu yang lain. Aku tidak akan balas dendam atau mencuri."

Alis Keeley menukik naik saat mendengar kata 'sesuatu yang lain'. Apakah itu berarti orang ini sama seperti Harry. Hanya ingin memanfaatkannya saja?

Yah, meskipun Harry tidak seratus persen memanfaatkannya. Lima puluh persennya juga murni karena kemauan Keeley.

"Apa itu?"

"Ak..aku.. aku.. ingin mengenalmu."

Pria itu menggaruk tengkuknya malu-malu.

Seumur hidupnya, Keeley tidak pernah mendengar seseorang berkata ingin mengenalnya. Entah mengapa saat mendengar ucapan pria itu, ada sesuatu yang hangat menjalar pelan menuju hatinya. Kemudian menghantarkan seutas senyum pada bibir tipisnya.

7 Days (One Direction Fanfiction)Where stories live. Discover now