Days 4 (China 5)

46 8 2
                                    

Setelah insiden menegangkan yang mengguncang grafik hidup Axel Tonies, wakil presiden itu memilih untuk mengalokasikan pertemuan luar dengan beberapa orang-orang penting China menjadi pertemuan tertutup.

Tadinya, setelah insiden itu, Axel Tonies bersikeras untuk pulang. Namun tugas yang berkaitan dengan hubungan antar kedua negara tak bisa dianggap remeh. Meskipun berkaitan dengan nyawa, pekerjaan tetaplah pekerjaan dan Axel Tonies harus seprofesional mungkin.

Atas beberapa saran dari orang-orang terpercaya akhinya apa yang dijadwalkan akan tetap dijalankan dengan syarat bila seluruh pertemuan harus dilakukan di tempat yang sangat aman, di kediamannya saat ini.

Salah satu hal yang membuat Louis curiga sejak menginjak kaki di negara ini, Axel Tonies mendapat begitu banyak hak istimewa.

Buktinya, bila di negara-negara lain Axel Tonies tidak mendapat rumah tinggal, di negara ini Axel Tonies mendapatkannya serta banyak hal mewah lainnya. Louis tidak bisa memastikan hal-hal teknis lebih lanjut karena pengawalan mereka sendiri di rahasiakan. Dan atas perintah Direktur Liam agar mereka tidak terlalu tertarik pada Axel Tonies selain menjaga keamanannya.

Rupanya, bukan Axel Tonies yang meminta FBI dan CIA bersatu untuk mengawalnya. Melainkan adalah Presiden. Axel Tonies sendiri tidak tahu bila selama beberapa hari perjalanan bisnisnya dia di lindungi oleh mata-mata.

Karena hal yang mencurigakan bagi Louis itulah akhirnya mereka berhasil duduk bersatu dalam sebuah kamar. Kamar Calum tepatnya. Merapatkan hal ini dan mengemukakan pendapat masing-masing. Mereka sadar bila ini hal yang mencurigakan dan serius. Mengingat hari pertama kedatangan mereka ke negara ini dan Axel Tonies sudah langsung di targetkan.

Calum kembali dari kulkas dengan membawa cola.

"Minumannya, bro," senyumannya mengembang lebar seperti orang idiot.

"Apakah kita harus minum cola disaat seperti ini?" Lexy menautkan alisnya.

Calum mendadak polos. "Kenapa? Kau tidak suka cola?"

Lexy memutar bola matanya.

"Hey, ayolah. Jangan serius begitu. Aku hanya melayani tamu dengan baik. Lagipula kita butuh minum saat banyak bicara. Terutama Lexy." Calum memamerkan senyum lebar yang ditujukan sebagai ejekan. "Kau terlalu banyak omong sejak pagi tadi. Aku beri kau 2 cola."

Lexy tergelak. Sementara Calum merasa menang.

"Nah, ini untuk Zayn. Ini untuk Louis. Dan ini untuk Niall."

Tatapan mata Nial yang tajam membuat Calum jantungan.

"Ah, jangan menatapku begitu. Baiklah, aku akan memberimu 2 cola. Oke?"

Louis menahan tawa.

Dan mendadak semua orang ikut menahan tawa. Tentu saja kecuali Niall yang mendadak mengubah ekspresi wajahnya yang terlalu datar.

Sebenarnya, Niall tidak berniat untuk terlihat menyeramkan atau sinis. Sudah dari sananya ia memiliki garis wajah yang tegas ditambah auranya yang berwibawa dan tatapan mata yang tajam. Sehingga siapapun yang melihat Niall seolah-olah menganggap cowok itu sedang mengintimidasi.

"Jadi, dari semua yang Louis paparkan, kecurigaanku mengarah kepada negara ini," ucap Calum sambil menunjuk telunjuk ke bawah. Seakan-akan sedang menunjuk negara ini.

"Dari awal Axel Tonies sudah diberikan pelayanan terbaik."

Calum mengarah pada Niall.

"Niall, bila kau diberi hukuman mati apa negaramu akan memberikan hal-hal baik sebelum kau mati? Tentu saja!" Seru Calum. Lalu meneguk colanya.

7 Days (One Direction Fanfiction)Where stories live. Discover now