Rendezvous

41 8 0
                                    

Zayn menatap lurus bangunan yang ada di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zayn menatap lurus bangunan yang ada di depannya. Ia mendongak, menghitung lantai demi lantai yang ada diatas. Tatapannya dikunci saat hitungannya berhenti di angka tujuh. Lantai tujuh. Tempat tinggal seseorang yang sangat mirip dengan Aleey. Orang yang sangat ia rindukan dan tidak bisa ia lupakan hingga detik ini.

Sejak sepuluh menit yang lalu Zayn terpaku di tempatnya. Hatinya ragu untuk bergerak masuk. Ia amat merindukan Aleey sampai-sampai tadinya ia tak sabaran untuk tiba di tempat. Namun setelah sampai, sisi pengecut itu membuat Zayn bimbang. Ia merindukan sosok Aleey tapi ragu untuk bertemu perempuan yang bernama Keeley itu.

Sejak tadi, Zayn bertanya-tanya. Apa yang akan ia lakukan setelah bertemu Keeley? Terlebih lagi, ia amat ragu dengan hatinya. Ia takut, perasaan pada Aleey akan menyeruak kepada orang yang berwajah mirip dengannya. Sementara Zayn merasa amat bersalah pada Kate. Orang yang dengan bijaksana menenangkan Zayn dan menggerakkan hati Zayn untuk menemui langsung Keeley. Meskipun ia tahu, Kate sedikit terluka karena kehadiran orang yang bisa membuat Zayn goyah dan akhirnya berpaling. Sebab itulah, Zayn bimbang dalam menentukan keputusan saat ini.

Kaki kanannya sudah bergerak maju. Namun kaki kirinya menahan seolah ada beban paling berat dibawah kakinya. Bayangan wajah Aleey dan Kate memenuhi pikiran dan hatinya. Keduanya seolah sedang beradu dan berlomba-lomba untuk menang. Zayn mengusap wajahnya dengan kasar. Frustasi. Ia memalingkan wajah dan akhirnya menjambak pelan rambutnya.

Saat Zayn kembali meluruskan pandangan, tanpa aba-aba Keeley muncul di lobi. Wajah yang sama persis dengan wajah yang pernah ia kenal. Kembar identik. Hanya warna model rambutnya yang sedikit berbeda. Mendadak seluruh dunia Zayn berhenti berputar. Waktu seakan berhenti. Tubuhnya membeku dan kaku. Nafasnya mulai tercekat, perlahan-lahan hingga akhirnya Zayn benar-benar tidak dapat menghirup oksigen ketika wanita itu berjalan mendekat. Celingak celinguk mencari seseorang. Tanpa sengaja, wanita itu melihatnya.

Kedua pandangan mereka bersatu. Cukup lama. Keeley terdiam di tempatnya, mengenal wajah itu. Begitupula dengan Zayn. Dunia tetap berputar. Waktu terus berjalan. Orang-orang tetap bergerak. Tapi keduanya hanya berpandangan dengan isi kepala yang berkecamuk dalam keadaan seperti patung. Bagi keduanya, waktu seakan berputar mundur.

Memori-memori Zayn memutar mundur bagai sebuah video yang diputar mundur dalam hitungan detik. Bermula pada suatu musim panas di restoran ayam yang cukup tua. Udara sangat kering dan panas. Kaos putih yang ia kenakan sudah basah dibagian punggung. Zayn adalah seorang remaja yang baru saja merintis usahanya. Dengan resiko yang tinggi, ia bekerja tanpa kenal takut. Namun tetap saja, pemuda itu butuh makan. Sehebat apapun ia menembak lawan, sehebat apapun ia menusuk-nusuk hingga mati target, meskipun julukannya monster berdarah dingin, bila lapar melanda ia harus segera mengisi perut.

Satu-satunya restoran terdekat saat ini terlihat sangat tua. Zayn punya cukup uang untuk makan di tempat yang lebih bagus, tapi apa boleh buat. Dengan setengah hati dia masuk ke dalam dan duduk disana. Suasana hati Zayn selalu buruk setelah membunuh orang. Tidak. Sebenarnya, suasana hatinya selalu buruk. Oleh sebab itu ia dijuluki monster.

7 Days (One Direction Fanfiction)Where stories live. Discover now