bitterness

250 16 1
                                    

Louis memandangi helikopter yang membawa direktur liam pergi menuju washington dc. Disinilah ia sekarang, berdiri tegak di rooftop tak melepaskan pandangan dari arah helikopter yang melaju dengan cepat tersebut.

Ke washington dc naik helikopter? CIA memiliki alat-alat teknologi yang canggih. Teknologi tersebut telah dikembangkan di helikopter milik CIA agar tak membuang waktu dalam menjalankan tugas. Menuju washington dc yang jaraknya bermil- mil jauh dari langley  tentu tak menjadi hambantan bila menggunakan helikopter CIA. hal itu bisa menjadi alternatif tercepat bagi para agen CIA yang terburu waktu.

Louis memutarkan badan, mengikuti langkahan kakinya yang kini telah menuruni anak tangga. Ia berjalan menuju ruangannya.

Seseorang menepuk pundaknya ketika louis hendak masuk kedalam ruangannya. Spontan ia langsung menoleh dan mendapati seorang wanita berambut pirang tengah memperlihatkan senyumannya saat ini.

"Hi lou, bisa kita bicara sebentar?" tanya kate yang sekarang menunggu jawaban darinya.

"Tentu." louis mengangguk lalu mempersilahkan kate untuk masuk lebih dulu kedalam ruangannya. Sesampainya didalam kate mendaratkan bokongnya pada sofa kulit berwarna cream. Ruangan louis cukup besar untuk menaruh sofa beserta meja yqng dilingkari meja tersebut. Lalu disisi kirinya, kita akan menemukan meja yang lebih besar lagi beserta satu kursi dihadapannya. Dimeja itu pula terdapat komputer serta benda-benda lain. Intinya, sofa ini hanya digunakan untuk menerima tamu dan mempersilahkannya duduk disana. Kate termasuk tamunya saat ini. Meski dikatakan belum sepenuhnya seorang tamu. Louis bahkan sering menerima tamu-tamu penting dari kedutaan AS ataupun orang penting lainnya. Tak heran bila ruangan louis terlihat sedikit berbeda dari agen lain karena louis adalah tangan kanan direktur liam. Orang yang dikenal oleh direktur liam, tentu louis mengenalnya pula.

"Baiklah lou, aku datang kesini tentunya punya alasan dan beberapa pertanyaan." kata kate memulai pembicaraan.

Louis mengangguk. Dalam hati ia yakin bahwa kate pasti akan membahas tentang kejadian tadi pagi saat di lift. Dimana louis lah yang kalah dalam pertengkarannya dengan lexy. Rasa sakit itu, louis baru teringat Perutnya yang disikuti lexy dengan kasar. Beruntung rasa sakit itu tak terasa lagi.

" kau memiliki masalah apa dengan lexy? Kalian terlihat tak biasa. Well, aku tahu perceraian bisa membuat orang saling membenci tapi apakah harus seperti seorang musuh besar?  Kau tahu? Kalian seperti seorang musuh bebuyutan. Siapapun yang melihat kalian, tentu tidak akan menyangka bahwa kalian pernah berhubungan sebelumnya." ujar kate panjang lebar. Kate hanya ingin mengetahui apa permasalahan diantara kedua sahabatnya itu. Tentu hal ini membuatnya merasa aneh berada di antara kedua sahabatnya yang saling membenci. Ia tak tahu harus membela siapa.

"Kau lihat dia seperti apa kan? Aku hanya mengatakan bahwa kami tidak mungkin berbaikan apapun berhubungan kembali. Tidak, itu tidak akan." louis menggelengkan kepalanya dengan tegas. Kate yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang.

"Kau tahu? Kalian sangat mengerikan." kali ini kate nenurunkan nada bicaranya. Ia berkata dengan hati-hati bisa saja louis tersinggung

"Pertama, kalian bertengkar saat diruangan lexy dan kau membanting meja dan kedua, lexy menyerangmu di lift. Kalian hmm.... Tidak tahu tempat?" kate menyadari kata-kata terakhirnya itu agak menyinggung. Sungguh, ia merasa sangat tidak enak sekarang. Tapi ia harus mengatakan apa yang ada dipikirannya. Guna memperoleh jawaban yang sudah lama ingin ia dengar.

Sedikit lama merespon, kate kembali menatap louis yang sekarang telah mengeluarkan tawanya.

"Hahaha aku tidak tahu kate, bila kedua orang saling membenci tentu mereka akan bertengkar dimana saja saat bertemu. Tak peduli ada dimanapun." louis menggidikkan bahunya.

7 Days (One Direction Fanfiction)Onde histórias criam vida. Descubra agora