Day 2, France (4)

42 10 3
                                    

Lexy menatap Louis yang sudah tertidur dengan setelan tuxedonya. Bahkan pantofel hitam itu belum dilepaskannya. Kepalanya yang mendongak keatas ditutupi oleh tangan kirinya yang terangkat. Louis tampak kelelahan. Apalagi dengan posisi tidur yang tak nyaman karena ia harus membagi tempat tidur berukuran sedang itu untuk mantan isterinya.

 Apalagi dengan posisi tidur yang tak nyaman karena ia harus membagi tempat tidur berukuran sedang itu untuk mantan isterinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada rasa penyesalan karena memori lama yang terulang lagi. Dulu, Lexy akrab dengan pemandangan ini. Kebiasaan Louis. Dan setiap hari, Lexy akan membuka pantofel itu, melepas tuxedo dan menggantinya jadi piyama kesukaan Louis. Dulu Lexy akan tersenyum tipis saat melihat pemandangan ini. Rasa kasihnya menjadi berkali lipat saat membuka pantofel itu. Namun kali ini, Lexy menghela. Ia merasa takdir selalu mempermainkannya. Harapan yang pernah begitu indah ternyata hancur dengan sangat menyakitkan. Tak cukup bertemu di kantor saja, saat ini ia justru disuguhi pemandangan familier saat masih menjadi pasangan yang begitu manis.

Lexy tak sanggup lagi menangis sejak minggu lalu. Kenyataan ini sudah membuatnya sangat kelelahan. Ia sudah tidak memedulikan perlakuan buruk Louis lagi terhadapnya. Ia berusaha menjalani hidup dengan baik. Memulai lagi semuanya dengan melupakan masa lalu. Tapi mengapa saat ia sudah merelakan semuanya justru masa lalu terulang lagi. Menarik ulur perasaannya. Dan Lexy merasa goyah.

💝💝💝

Louis terbangun pukul dua pagi karena udara yang menjadi dingin. Ia melirik ke sebelahnya. Lexy sedang tidur membelakanginya. Sejenak ia teringat kejadian sebelumnya, saat ia menunggu Lexy memakai toilet dan hendak mandi. Louis membaringkan tubuh sejenak di kasur dan akhirnya ketiduran dengan setelan yang masih lengkap. Namun saat ia melihat penampilannya, ia tercengang saat sepatu, kaos kaki, dan jasnya sudah dilepas. Ia melirik lagi wanita yang dahulu selalu melakukan hal itu padanya setiap hari. Kedua sudut bibir Louis terangkat. Lexy tidak pernah berubah. Dia selalu memedulikan kenyamanan Louis.

Louis menarik selimut yang mereka berdua bagi. Namun karena selimut itu agak kecil, selimut itu membuat setengah tubuh Lexy tak kebagian. Louis rela kedinginan demi Lexy. Ia masih rela memberikan apapun yang ia punya untuk Lexy. Satu-satunya orang yang amat berharga untuknya.

Louis menyelimuti Lexy dengan hati-hati. Ia memperlakukan Lexy dengan sangat lembut seolah-olah gadis itu adalah kaca yang mudah retak dan akhirnya pecah.

"Maaf, aku sudah sangat buruk memperlakukanmu," bisik Louis tepat di daun telinga Lexy.

"Sekali ini saja. Sekali ini saja, izinkan aku memelukmu seperti dulu."

Masih dengan hati-hati dan kerinduan ia memeluk tubuh mungil Lexy dari belakang. Perasaannya kian bercampur aduk. Kerinduan, penyesalan, serta degup menyenangkan yang bangkit saat bisa memeluk Lexy lagi. Louis amat menikmati perasaannya malam itu hingga ia terlelap dan tak meretangkan baramg sedikitpun pelukan hangatnya ditubuh Lexy.

💝💝💝

Lexy membuka mata perlahan. Ia menggeliat sambil meregangkan otot-ototnya. Ia merasakan sesuatu yang nyaman di pinggangnya. Matanya beralih turun dan melihat tangan Louis yang memeluk erat pinggangnya. Lexy membulatkan matanya. Bahkan untuk memastikan hal itu benar, ia mengucek matanya berulang kali sampai membuat tubuhnya bergerak-gerak. Louis yang merasakan gerakan itu, membuka mata perlahan. Kedua mata mereka bertemu. Waktu seakan berhenti. Mereka saling menatap untuk waktu yang lama. Ada kecanggungan dan kemaluan yang menjadi satu.

7 Days (One Direction Fanfiction)Where stories live. Discover now