Day 2, France (5)

64 12 1
                                    

Zayn menghisap rokoknya sambil menatap pemandangan prancis dari atas balkon hotel. Ia menatap jauh ke depan. Dari sini, menara eifel terlihat menjulang dengan gagah. Cuaca pagi itu cukup bagus dan sejuk.

Pertemuan mereka tadi pagi berada di dekat kawasan hotel yang Zayn sewa. Jadi, ia mengajak Louis kesana. Sementara agen yang lain bergantian menjaga wakil direktur sampai siang. Dan mereka akan kembali berkamuflase untuk mengawal wakil presiden ke muka publik.

"Jadi, apa rencanamu?" tanya Zayn saat mendengar langkah kaki Louis dari belakang.

"Aku akan memikirkannya nanti," jawabnya santai.

"Lou, kau gila?!" nada Zayn sedikit meninggi. "Kau memiliki lawan yang tangguh tapi kau belum punya rencana?"

Louis bisa mengerti bagaimana perasaan Zayn sekarang. Sejak saat Zayn tahu kalau Louis mengamnil alih kasus BlackBoyle seorang diri, Zayn selalu menghawatirkannya dan menjaganya seperti seorang ayah. Itulah mengapa ia hanya tersenyum dan merasa bersyukur punya sahabat seperti Zayn.

"Tenang saja, jika aku tak sanggup aku akan memberitahumu," balas Louis.

Bukannya tenang, Zayn tambah resah. Ia menginjak putung rokok itu dengan kesal.

"Apa gunanya itu? Kalau mau memberitahu aku, kasih tau dari sekarang."

"Biar apa, Zayn? Biar kau yang mengambil alih kasusnya? Aku tahu orang seperti kau, kau tidak akan membiarkanku menyentuhnya sedikitpun bila aku memberitahumu."

"Hah!"

"Ah, bahkan kau sudah seperti pacarku saja. Aku merinding! Pergi kencan dengan Kate sana!" Louis memukul bokong Zayn denyan kakinya. Membuat Zayn tersentak ke depan.

"Andai aku bisa mengatakan semuanya dan jujur pada semua orang," ucap Zayn dengan sungguh-sungguh menatap Louis.

"Mengapa juga tidak bisa? Tinggal katakan saja sana!" balas Louis tak acuh.

"Tunggulah sampai waktu yang tepat. Aku pasti akan menceritakan semuanya. Aku janji!" Zayn masih menatap Louis dengan serius. Hanya saja, Louis tidak mengerti apa maksud perkataanya. Bagi Louis, pembicaraan itu hanya tentang Kate dan pernyataan cinta. Tapi bagi Zayn, itu tentang Louis, siapa Zayn, masa lalu, dan penyesalannya yang semakin hari kian menumpuk.

Zayn hanya bisa berbisik dalam hati. "Maafkan aku."

💝💝💝

"Niall!" panggil Calum saat melihat sosok itu berjalan di lobby. Yang dipanggil menoleh. Ia menaikkan satu alisnya. Sementara kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantung celana.

"Apa?"

"Mau sarapan bersama?" Calum menunjukkan cengiran lebarnya.

Niall mengangguk.

Awalnya, Calum hanya iseng dan penasaran untuk melihat reaksi Niall padanya. Apakah sama sinisnya seperti pada Zayn. Ternyata tidak. Raut wajah Niall tampak tenang. Tidak menyiratkan emosi apapun. Tapi tetap saja, berjalan disamping Niall terasa berbeda. Aura yang dikeluarkan Niall memang hebat.

Mereka memesan menu yang sama. Calum yang super aktif memilihkan mereka makanan enak yang ia lihat di acara kuliner. Niall hanya diam. Tidak menyetujui. Tidak juga menolak.

Mereka makandalam khidmat. Sampai membuat Calum canggung karena Niall tipe orang pendiam. Tidak cocok dengan dirinya yang sangat aktif bicara.

"Niall, bagaimana pendapatmu tentang Team 7 Days?" tanya Calum berbasa-basi.

"Menurutmu?"

7 Days (One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang