Memories

50 7 1
                                    

Masih jelas diingatan Zayn. Wajah mulus dan pucat yang menjadi pemandangan pertamanya sesudah bangun. Bibir tipis berwarna merah muda yang menarik segaris tipis senyum. Bola mata biru laut yang tenang dan dalam bersamaan bulu mata lentik dan panjang yang tidak terlalu tebal. Perempuan itu selalu yang menjadi pertama bangun tidur dan saat Zayn masih terlelap di alam mimpi, dia selalu memanfaatkannya untuk memandangi wajah Zayn. Seakan sedang menontoh sebuah hasil karya seni.

Kulitnya cenderung selalu pucat. Itu memang sudah menjad tipikal kulitnya. Tapi Zayn selalu khawatir tiap melihatnya, seolah-olah aliran darah dari tubuhnya berhenti dan hal itu pula yang membuat Zayn selalu menangkup wajah kecilnya yang pas sekali di kedua telapak tangan Zayn.

"Apa kau baik-baik saja?"

Selalu menjadi pertanyaan pertama Zayn tiap bangun. Tidak. Sesungguhnya itu adalah kata-kata pertamanya setiap hari.

Kemudian Aleey akan terkekeh lalu merengkuh Zayn dengan erat. Merasakan kedua kulit mereka yang bersatu dan menghantarkan kehangatan satu sama lain.

"Kau selalu mengkhawatirkanmu sampai lupa kalau kau lah yang satu-satunya terluka."

Aleey membuka Kaos putih yang Zayn kenakan. Lalu mencium bekas luka sayatan pisau di dadanya. Dua garis sayatan dari pisau yang cukup dalam itu luka yang baru Zayn dapatkan semalam selagi bekerja.

Zayn tersenyum. Lagi-lagi menangkup wajah kekasihnya dengan lembut. Lalu mendaratkan ciuman singkat pada bibir kekasihnya.

"Kau tahu, itu hal yang biasa."

"Aku selalu mengkhawatirkanmu."

"Aku tahu. Kita selalu mengkhawatirkan satu sama lain. Karena sebanyak itulah rasa suka kita."

Dengan gemas Zayn menyatukan kedua hidung mereka, membuat Aleey tertawa karena rasa geli.

Pagi hari keduanya selalu ceria. Tiap kali Zayn memikirkan momen itu, betapa bersyukurnya ia pernah memiliki seseorang seperti Aleey. Setidaknya, dulu meskipun ia menganggap hidup cukup sulit dijalani tapi ada Aleey yang mengimbangi antara luka menjadi kebahagiaan.

Zayn amat mencintai Aleey begitupula sebaliknya.

Momen bahagia itu selalu Zayn rindukan. Namun ia berhasil mengubur kenangan itu di tempat yang paling dalam dari ingatan.

Alasannya, agar ia tidak hancur tiap kali ingatan Aleey yang bersimbah darah menyeruak di ingatan.

****

Sesudah menemui Louis, Zayn segera menghampiri Kate di rumahnya. Ia turun dari mobil dan membanting pintu, berlarian masuk ke dalam rumah mencari Kate.


Kate yang sedang berada di dapur, sudah melihat lebih dulu Zayn dari luar. Ia agak khawatir saat Zayn begitu terburu-buru lari turun mobil.

Pintu rumahnya dibuka dengan kasar.

Kate bertanya-tanya dalam hati. Apa yang sedang terjadi.

Saat Zayn mengetahui keberadaan Kate di dapur, dia langsung memeluk Kate dengan erat. Pelukan itu dibalas oleh Kate sambil menepuk-nepuk pelan pundak Zayn.

"Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"

Dan saat itu pula pertahanan Zayn runtuh. Untuk pertama kalinya setelah Aleey dikubur, Zayn kembali menangis karena Aleey.

7 Days (One Direction Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang