1. Gadis tak bernama

29.7K 1.9K 19
                                    

Rhys memejamkan kedua matanya

Meresapi kekosongan menyerang inti jiwanya.

Bosan.

Kata itu terulang kembali untuk kesekian kalinya. Jangan menuduh Rhys tidak berusaha mencari cara untuk membunuh rasa bosannya.

Mulai dari cara dia menenggelamkan dirinya pada pekerjaannya sebagai pembisnis perkapalan; kemudian bermain judi-permainan yang ia geluti sejak dirinya tercantum menjadi pembunuh bayaran; lalu dia pergi ke salah satu Psikolog ternama untuk konsultasi masalah kejiwaanya; setelah itu ia melakukan berbagai macam olah raga berat; lalu mencari wanita, karena pikirnya seks bisa membawa batinnya sedikit lebih relax, bukankah naluri pria tidak jauh dari kata nafsu birahi?

Hingga pilihan terakhir yaitu menghajar Jonathan dan Darcy di ring tinju, mungkin saja memancing amarahnya mampu menstabilkan emosinya, tapi ternyata hasilnya tetap sama saja nol.

Bahkan semakin hari hidupnya semakin suram. Pernah Rhys berfikir, ini adalah karma dari Tuhan atas dosa membunuh banyak orang yang tak bersalah. Bahkan monster masa lalunya masih melekat erat di dirinya, bila ada orang yang berani mencari masalah dengannya, siap-siap saja menikmati hantaman kuat dari Knucklesnya.

Satu kenyataan pasti. Kekayaan, wanita dan kekuasaan tidak memiliki nilai harganya jika si pemilik jiwa tidak mengerti cara menghargainya.

Kini matahari tampak tenggelam menimbulkan semburat mega. Rhys bergerak memakai mantel tebalnya karena salju turun deras di Moskow, Rusia. Kakinya mulai melangkah keluar dari kediamannya menuju Mocba Club, dimana para pekerja kapal The Karen melancarkan pestanya sebelum keberangkatan esok lusa ke Pelabuhan Rotterdam.

Pelayan Rhys segera membukakan pintu mobil untuk tuannya. Hampir seminggu lebih tuannya itu tidak keluar sama sekali dari rumahnya. Bahkan undangan pesta dari beberapa Giovinco diabaikan oleh Rhys. Semua pelayan di rumah akhirnyapun menyadari keanehan yang mendera tuannya, sampai membuat semua merasa khawatir. Tapi sebagai seorang pelayan, masing-masing memiliki sumpah untuk tidak mencampuri urusan majikannya.

"Semoga perjalanan anda menyenangkan tuan." Ujar Andre, pria tua itu memiliki pangkat sebagai kepala pelayan.

Rhys hanya berdehem pelan. Kemudian mobil Audinya melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan mansion. Sedangkan, pikiran Rhys kini lagi melayang ke masa lalu, dimana ketika ia pernah memiliki tujuan hidup, yaitu bebas dari kukuhan ayahnya-Nolan Giovinco. Melalui masa terberat hidup, rasanya Rhys ingin mati saja saat dirinya di lempar ke ring tinju kemudian harus melawan sepuluh pelatih profesional seorang diri. Bila tubuhnya sudah tak sanggup menerima pukulan, dirinya akan limbung ke lantai. Pasti Nolan akan langsung menyiramnya dengan seember air dingin. Luka memarnya sekeika melinu kaku,  mulutnya menggeram penuh kesakitan. Jiwanya selalu dipancing untuk marah. Apalagi Nolan selalu melontarkan cacian makian memekakkan telingannya.

Posisi lain, Rhys bersyukur ketika itu Darcy dan Jonathan menjadi satu angkatan dengannya saat Nolan memulai pendidikan sadisnya. Jadi mereka bisa berbagi keluh kesah bersama.

Ingat! itu dulu. Penyiksaan batin nyatanya lebih mengerikan, dapat membunuh siapapun secara perlahan. Sekilas Rhys ingin melakukan bunuh diri karena ia tak sanggup lagi. Jika Jonathan atau Darcy tau tentang apa yang terjadi dengannya. Mereka akan mengikatnya dan selalu mengawasinya agar hal tersebut jangan sampai terjadi.

Mobil Audinya telah sampai di pintu lobby Mocba Club. Rhys beranjak turun dan memasuki club dengan memberikan tatapan datar dan dingin pada semua orang. Hingga beberapa wanita langganannya terlihat sejenak mengurungkan niat  untuk menyapanya.

Seorang pelayan membantu Rhys melepaskan mantelnya sebelum seseorang menegur Rhys.

"Hai, Rhys bersikap santailah" bujuk Wilton, teman dekat Rhys sembari menunjukkan jalan ke salah satu meja yang telah dia pesan.

The Operational Gentleman ♣︎ [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora