38. Komplikasi

12.2K 1.2K 62
                                    

"Kau dimana nona...? Berhentilah bermain kucing-kucingan seperti ini Laura!!!" Jeritan lelaki itu menimbulkan ketakutan tersendiri untuk Laura...

Laura mengintip sedikit, untuk menghapal wajah siapa saja yang mengincarnya.

Deg...."Bukankah orang itu sudah mati? kenapa dia bisa disini?"

Laura kembali memundurkan kepala hingga dirinya merapat ke tembok. Hatinya bergemuruh marah tanpa secuilpun ketakutan. Pasalnya lelaki itu adalah orang menjebak Laura dalam penculikan dan pemerkosaan dirinya beberapa tahun silam.

"Laura!" Panggil lelaki itu dengan nada tinggi. Dia meneliti setiap tempat dan matanya menemukan jemari kaki yang muncul sedikit dibalik tumpukan kardus. 

"Aku menemukanmu Laura.." Dijambaklah rambut Luara sampai tubuh perempuan itu terseret berdiri. 

"Bajingan terkutuk kau!" Laura melemparkan kuat ponsel di genggamannya tepat ke hidung lelaki tersebut. Seketika hidungnya mengeluarkan darah. Lalu Laura berlari secepat ia bisa, sambil sesekali menoleh ke belakang, memastikan seberapa jauh jarak ia dengan lelaki terkutuk itu. 

"Pelacur kecil sepertimu benar-benar harus diberi pelajaran!" Lelaki itu mengejar langkah Laura. Tetapi sebuah tembakan meluncur ke inti jantungnya. 

Sedangkan tubuh Laura tiba-tiba bertubrukan dengan dada seseorang, dirinya yang hampir goyah segera ditahan oleh sebuah lengan lalu kepalanya disembunyikan ke dalam dekapan lelaki itu. Ini aroma Darcy Giovinco, aroma Luxury yang menenangkan setiap syaraf-syarafnya. Napas Laura berubah teratur. Ia kini merasa aman dan pastinya Darcy tidak datang terlambat untuk menolongnya, tidak seperti dulu. 

Butuh waktu sesaat untuk membereskan semua kekacauan ini. Setelah itu Darcy melonggarkan dekapannya, melihat keadaan gadisnya yang ternyata sangat parah. 

"Sudahku katakan! Rencana bodohmu ini bisa melukaimu!" Bentak Darcy begitu mengerikan. Mengubah rasa tenang Laura menjadi terluka. 

"Kemana otak cerdasmu itu Laura! Pergi keluar negeri dengan mengganti identitas tetap akan mengancammu. Kau bisa mati! Dan kau tetaplah Giovinco, keturunan pembunuh bayaran tak akan memiliki teman!"

Laura memejamkan matanya, kedua tangannya meremas kuat jaket denim Darcy menyalurkan semua emosinya. Bukankah seharusnya lelaki itu menenangkannya? Kenapa Darcy malah memarahinya? Dan kemarahan Darcy adalah sesuatu yang paling Laura benci. Sebab lelaki itu akan selalu menyangkut pautkan bahwa dirinya tidak boleh memiliki teman selamanya.

"Aku mau pulang." Ujar Laura seperti menelan pil pahit. Ia bahkan enggan menatap Darcy sedikitpun. 

Darcy mendesah keras. Ia mengangkat tubuh Laura ke dekapannya kemudian berjalan menuju mobil Audi. Di dalam mobil, Darcy membiarkan gadisnya tetap di pangkuannya. Menemani perempuan itu menangis sesenggukan atas omelan darinya, sesekali ia menghapus air mata yang mengalir di pipinya. 

"Kau tidak mengerti perasaanku Luara. Nyawamu itu begitu berharga untukku." Ujar Darcy begitu lembut sembari menepuk-nepuk punggung Laura agar gadis itu merasa lebih baik. Darcy akui bahwa dirinya sangat protektif dan terlalu mengekang kehidupan Laura. Namun, sudah menjadi kesepakatan bahwa sebagai laki-laki Giovinco ia memiliki tanggung jawab besar melindungi wanitanya. 

Lihat saja keadaan Laura saat ini. Keningnya mengeluarkan darah dan menimbulkan luka memar berwarna keunguan cukup parah. Kemudian kakinya penuh luka besitan. Pasti Laura sedang berusaha menahan luka-luka menyakitkan ini, karena beranggapan bahwa diri Darcy akan semakin marah. 

"Maafkan aku Darcy..." Ujar Luara sambil berharap kemarahan Darcy mereda. 

"Iya aku maafkan. Jadi berhentilah menangis dan yang terpenting kau selamat." 

The Operational Gentleman ♣︎ [COMPLETED]Where stories live. Discover now