13. Mengejutkan

17.4K 1.6K 47
                                    

Kesalahan yang bukan kesalah kita. Kenapa kita harus menanggungnya?

_______________________________________

"Kau sudah terperangkap dalam keluarga Giovinco. Jika kau beranjak pergi dari sini tanpa pengawasanku dan izinku, kau bisa mati terbunuh oleh musuhku." Keseriusan Rhys tampak mempengaruhi batin Emma. Bahkan kini Emma menjadi kesulitan untuk berkonsentrasi dalam paduan suara bersama teman Operanya sejak setengah jam yang lalu. Sampai-sampai Rosalinda-perempuan tua sebagai pelatih, mengomelinya seusai scenenya selesai.

"Apa yang sedang kau pikirakan! Ingat Emma, kita tidak memiliki waktu banyak. Beberapa hari lagi pertunjukkan akan dimulai. Kuharap kau fokus." Bukan beberapa hari, tetapi masih ada dua bulan lagi pertunjukkan akan diselenggarakan. Kadang wanita tua itu suka melebih-lebihkan ucapannya, membuat beberapa orang anggota Opera terkekeh serta Díaz, seorang laki-laki yang mendapatkan pemeran sebagai tentara tak kuat menahan tawa di tengah-tengah latihannya seorang diri.

Pertunjukkan Opera L'elisir d'amore - Gaetano Donizetti, menjadi pertunjukkan kedua untuk Emma. Dia tidak mungkin mengecewakan penampilannya, walaupun hanya sebagai penyanyi sampingan. Namun ia berjanji, suatu hari dirinya akan mewujudkan impiannya menjadi pemeran utama.

"Maafkan aku." Emma mengatakan dengan nada bersalah pada beberapa anggota Opera yang mendapatkan scene bersamanya. Rosalinda hanya mendengus sebal lalu melangkah pergi dari hadapannya dengan gaya gemulai.

"Perhatikan napas kalian, kita akan lanjut ke scene pesta berkebun." Ujar Rosalinda kemudian memberi isyarat untuk Emma dan teman sekelompoknya menyingkir, digantikan oleh beberapa orang yang mendapat scene pesta kebun.

Perlahan Emma menuruni tangga panggung, tiba-tiba sebuah tangan hangat mencengkram pelan lengan atasnya untuk membantunya turun. Didetik selanjutnya Emma tenggelam dalam kebingungan saat ia menatap sosok laki-laki asing dihadapannya, tengah tersenyum miring kearahnya dengan sebagian wajahnya hampir tertutup oleh topi? 

Tubuh Emma membeku, sulit untuk di gerakkan, pusing juga tiba-tiba muncul menderanya hingga pandangannya menggelap. Tapi kesadarannya masih tetap utuh, tidak terpengaruhi oleh kegelapan pekat. Emma ingin berteriak meminta tolong, namun kemampuan bicaranya lenyap begitu saja. Napas Emma berubah tersengal karena ketakutan, dia harus tenang. Alam bawah sadarnya mengatakan semua akan baik-baik saja. 

Beberapa detik kemudian, kedua matanya dapat terbuka kembali. Anehnya, dirinya sedang berada di sebuah kamar mandi. Tubuhnya telanjang tanpa sehelai pakaian, di bawah pancuran air. Ia menebak bahwa ini kamar mandi apartemen milik Ally. 

Bukankah rencananya,  setelah ia dari rumah Laura, dirinya akan berlatih Opera dahulu di gedung theater lalu menjemput Ally di toko tempat perempuan itu bekerja. Baru setelah itu mereka akan pulang bersama-sama ke apartemen Ally. Sungguh semua terasa aneh. Emma berniat memutuskan mematikan pancuran air lalu pergi keluar. Sesaat sebuah kesadaran menerpa diri Emma kembali. Kenapa kulitnya tidak bisa merasakan dinginnya atau hangatnya pancuran air?

Emma langsung tersentak. Ia yakin dirinya kini sedang bermimpi. Dan di theater tadi adalah kejadian kemarin lusa. Ia lihat Rosalinda dan Díaz sempat berdebat ketika ia turun dari panggung. Demi Tuhan, ini memusingkannya, lalu siapakah laki-laki yang bertopi tadi yang  membantunya menuruni tangga? 

Potongan-potongan memory kembali merasuki pikirannya. Tangan Emma bergerak memeluk dirinya sendiri. Pandanganya menunduk kelantai kamar mandi, menatap kakinya mengerut putih seperti kedinginan. 

Tiba-tiba diri Emma terseret sekejap ke rumah Laura. Ia menontoni sosok dirinya sedang duduk di sebuah kursi piano dan Ibunya Rhys bersyal tipis berwarna merah, tak jauh darinya, ia mengatakan "Emma, bisa kau memainkan lagu Carpenters-Close to you. Aku sangat menyukai lagu itu."

The Operational Gentleman ♣︎ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang